Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Ralat: Profil Aung San Suu Kyi, Peraih Nobel yang Dipenjara Junta
3 Juni 2022 21:06 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
(Redaksi meralat berita ini yang sebelumnya berjudul “Profil Aung San Suu Kyi. Peraih Nobel yang Hendak Dieksekusi Mati". Telah terjadi kesalahan penerjemahan pada berita tersebut. kumparan memohon maaf atas kesalahan tersebut).
ADVERTISEMENT
Peraih Nobel Perdamaian 1991 sekaligus mantan pemimpin Myanmar , Aung San Suu Kyi , kini harus mendekam dipenjara. Beberapa anggota partai yang dipimpinnya bahkan menghadapi tuntutan hukuman mati.
Juru Bicara Junta, Zaw Min Tun ada beberapa faktor kenapa Suu Kyi harus mendekam dipenjara. Junta menyasar Suu Kyi karena dianggap melawan kediktatoran militer tersebut. Suu Kyi pun dituduh melancarkan aksi terorisme.
Suu Kyi pun telah menghadapi berbagai rentetan dakwaan. Pada April lalu, Junta memvonis hukuman 5 tahun penjara kepada wanita berusia 76 tahun itu. Dia dinyatakan bersalah atas kasus korupsi.
Suu Kyi juga menghadapi 6 tahun penjara atas tuduhan hasutan terhadap militer, pelanggaran aturan COVID-19, dan pelanggaran Undang-Undang Telekomunikasi.
Total dakwaan yang dihadapi pejuang demokrasi itu diperkirakan bisa memenjarakannya selama lebih dari 150 tahun. Suu Kyi telah mendekam di penjara sejak Junta merebut kekuasaan tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Lalu seperti apa latar belakang tokoh politik terkemuka itu?
Profil Aung San Suu Kyi
Aung San Suu Kyi lahir di Yangon pada 19 Juni 1945. Ayahnya, Aung San, merupakan seorang pendiri Angkatan Bersenjata Myanmar dan salah satu orang yang turut merundingkan kemerdekaan Myanmar dari Inggris pada 1947.
Suu Kyi menjalani masa kecilnya dengan bersekolah di sekolah Katolik Inggris Burma. Pada 1960, ibu Suu Kyi bernama Khin Kyi Ma menjadi Duta Besar Burma di India. Burma merupakan nama resmi Myanmar kala itu.
Sejak itu, Suu Kyi mengikuti jejak Kyi Ma untuk pergi ke India. Dia lalu menimba ilmu di Lady Shri Ram College di New Delhi dan lulus pada 1964.
Suu Kyi kemudian melanjutkan pendidikannya di St Hughs College, Oxford, Inggris, dan memperoleh gelar sarjana di bidang ilmu politik, filosofi, dan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Dia menyelesaikan kuliahnya di tahun 1989 dan kemudian bekerja di New York untuk pemerintah Persatuan Myanmar.
Sepak Terjang Suu Kyi
Suu Kyi memulai kegiatan politik dan advokasi mengenai demokrasi sejak kembali ke Myanmar pada akhir 1980-an.
Suu Kyi mengikuti unjuk rasa untuk menyerukan pembentukan pemerintah demokratis. Ketika itu, Myanmar dipimpin junta militer yang dikenal dengan sikap otoriter dan tangan besi.
Berbeda dengan militer, Suu Kyi masuk dunia politik dengan gaya tak umum. Dia terinspirasi filosofi non-kekerasan dari Mahatma Gandhi dan konsep Buddha yang nyatanya berhasil merebut hati masyarakat.
Suu Kyi lalu mendirikan partai Liga Demokrasi Nasional (NLD) untuk mengakomodir cita-cita politiknya. Pada 1990, Suu Kyi dan NLD mengikuti pemilu. Hasilnya, mereka memenangkan 80 persen suara.
Kemenangan itu ditolak Junta. Alih-alih memberikan kekuasaan, Suu Kyi ditangkap dan dijadikan tahanan rumah selama 15 tahun.
ADVERTISEMENT
Penangkapan Suu Kyi mengundang keprihatinan internasional. Perjuangan Suu Kyi diganjar Nobel Perdamaian pada 1991.
Pada 2015, usai bebas dari tahanan rumah, Suu Kyi mencalonkan diri menjadi presiden dalam pemilu Myanmar 2015. Hasil pemilu 2015 menempatkan dirinya sebagai pemenang.
Namun, berdasarkan konstitusi, dia tak bisa menjadi presiden karena statusnya yang merupakan seorang janda dan ibu dari anak yang bukan penduduk Myanmar.
Suami Suu Kyi adalah penulis asal Inggris, Michael Vaillancourt Aris. Dari perkawinan ini, mereka dikaruniai dua anak, yaitu Alexander dan Kim Aris. Suami Suu Kyi meninggal dunia pada 27 Maret 1999.
Suu Kyi pernah mengatakan bahwa meskipun secara konstitusional dilarang menjadi presiden, dia akan memegang kekuasaan nyata dalam setiap pemerintahan yang dipimpin NLD.
ADVERTISEMENT
Pada 2016, presiden saat itu, Htin Kyaw, menciptakan posisi yang disebut State Counsellor setara PM untuk Suu Kyi. Suu Kyi pun dilantik menjadi kepala pemerintahan pada 6 April 2016.
Suu Kyi dan Rohingya
Semasa Suu Kyi memimpin, krisis kemanusiaan yang menimpa etnis minoritas Muslim Rohingya kembali mencuat. Utusan HAM PBB menyebut apa yang terjadi pada Rohingya adalah 'contoh nyata pembersihan etnis'.
Karena Suu Kyi dianggap diam saja atas penderitaan etnis Rohingya, Nobel Perdamaian yang diberikan kepadanya tahun 1991 sempat dipermasalahkan.
Pada Desember 2019, Suu Kyi bertolak ke Belanda untuk menghadapi sidang internasional tuduhan genosida Rohingya. Ini adalah gugatan pertama terhadap Myanmar dan dihadapi langsung oleh Suu Kyi.
Pada Pemilu November 2020, NLD kembali meraih kemenangan untuk kursi pemerintahan Myanmar. Ini merupakan pemilu kedua yang digelar sejak pemerintah sipil berkuasa. Namun, militer tak mau mengakuinya dan kembali menangkap Suu Kyi.
ADVERTISEMENT
Penulis: Sekar Ayu.