news-card-video
28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Februari 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Ramadan di Lebanon: Warga Hidup Tanpa Listrik, Tempuh 15 Km untuk Makanan

4 Maret 2025 9:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sisa-sisa sebuah rumah kecil terlihat setelah penghancuran yang dilakukan oleh pasukan Israel di Kfarshuba di Lebanon (17/2/2025). Foto: Rabih Daher/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Sisa-sisa sebuah rumah kecil terlihat setelah penghancuran yang dilakukan oleh pasukan Israel di Kfarshuba di Lebanon (17/2/2025). Foto: Rabih Daher/AFP
ADVERTISEMENT
Di Kfarshuba, kota kecil di perbatasan selatan Lebanon, Ramadan tahun ini dimulai dengan perjuangan.
ADVERTISEMENT
Setelah 14 bulan dihantam serangan Israel, hanya sekitar 100 warga yang bertahan di kota yang dulu dihuni lebih dari 1.200 orang.
Tanpa akses air bersih, listrik, dan bahan makanan, kini kehidupan sehari-hari menjadi tantangan.
“Tidak ada lagi toko. Untuk membeli roti, kami harus ke Rashaya,” kata Ali Hassan (80 tahun), kepada Anadolu.
Masjid satu-satunya di Kfarshuba hancur, dan memaksa warga mengubah rumah menjadi tempat salat.
Warga berusia 47 tahun, Ferial Abdul Aal, turut mengeluhkan sulitnya memenuhi kebutuhan dasar selama Ramadan.
“Tidak ada sayur, tidak ada toko, semuanya hancur,” ujarnya.
Pasukan tentara Israel berpatroli di desa Kfarshuba di Lebanon selatan (17/2/2025). Foto: Rabih Daher/AFP
Untuk mendapatkan bahan makanan, warga harus menempuh perjalanan lebih dari 15 kilometer.
Banyak yang kembali ke Kfarshuba bukan karena pilihan, tetapi karena tidak mampu membayar sewa di tempat lain.
ADVERTISEMENT
"Kami kembali karena tidak sanggup membayar sewa yang mahal di daerah lain. Situasinya sangat sulit," kata warga Kfarshuba lainnya, Suleima (90 tahun).

Gencatan Senjata Israel-Lebanon yang Rapuh

Suasana hari pertama bulan suci Ramadan di alun-alun utama kota Nabatieh, Lebanon selatan, Sabtu (1/3/2025). Foto: Mahmoud Zayyat/AFP
Sejak gencatan senjata disepakati pada 27 November, lebih dari 1.000 pelanggaran dilaporkan.
Setidaknya 83 orang tewas dan 280 lainnya terluka akibat serangan Israel yang masih berlanjut.
Di tengah kondisi ini, ada warga yang berusaha bangkit. Katherine Qumra (26 tahun), kembali membuka toko kecilnya setelah dihancurkan perang.
“Semua toko di kota hancur, termasuk toko saya, tetapi kami telah kembali dan merenovasinya,” tutur Katherine, seperti diberitakan Anadolu.
Ia pun mengenang dan menyayangkan kondisi Lebanon yang belum sepenuhnya pulih.
“Keadaannya tidak sama seperti sebelum perang, tetapi setidaknya kami dapat menyediakan roti untuk anak-anak,” katanya.
ADVERTISEMENT