Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Ramai Prajurit hingga Danrem Kecam Effendi Simbolon Sebut TNI Gerombolan
14 September 2022 7:28 WIB
·
waktu baca 5 menit
ADVERTISEMENT
Sejumlah anggota TNI dari berbagai kesatuan merespons ucapan Anggota Komisi I DPR Effendi Simbolon yang menyebut TNI sebagai gerombolan. Hal ini dia ucapkan saat rapat dengar pendapat Komisi I dengan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Effendi dalam rapat bersama dengan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa pada 5 September 2022 di DPR. Saat itu Effendi menyinggung soal banyaknya permasalahan yang melibatkan TNI, karena itu ia menilai TNI tak patuh akan aturan yang ada.
Berikut sedikit pernyataan Effendi Simbolon yang menyebut TNI sebagai gerombolan melebihi ormas:
Kalau soal terbuka tertutup, saya minta terbuka ya, karena kita justru semua ini kita hadir di sini untuk mendapatkan penjelasan dari Panglima TNI, dari Kepala Staf Angkatan Darat, bukan dari Wakasad dan dari Menhan dalam kaitannya ada apa yang terjadi di tubuh TNI. Kita agak kesampingkan soal pembahasan anggaran. Anggaran sudah hampir pastilah sama, mungkin nggak perlu lagi dibantu.
Tapi ada apa di TNI ini perlu, gitu. Kalau perlu, setelah kita pembahasan anggaran, kita jadwalkan nanti malam, ya, kita hadirkan Kepala Staf Angkatan Darat, hadirkan Panglima TNI, kepala staf, untuk membahas, kami banyak sekali ini temuan-temuan ini, yang insubordinary, disharmoni, ketidakpatuhan. Ini TNI kayak gerombolan ini, lebih-lebih ormas jadinya. Tidak ada kepatuhan.
Effendi Simbolon diminta untuk meminta maaf secara terbuka kepada TNI atas pernyataannya itu. Tagar Effendi Simbolon juga menjadi trending di Twitter.
ADVERTISEMENT
"Hi Effendi Simbolon Anggota Dewan Komisi I DPR RI, saya Kopral tidak terima TNI dibilang seperti gerombolan. Saya minta kamu segera minta maaf secara terbuka kepada TNI. Kalau kamu tidak minta maaf sampai di mana pun kamu akan saya cari sampai di ujung dunia. Nih Kopral Dua Arif," berikut salah satu penyataan anggota TNI yang mengaku berpangkat Kopral Dua.
Selain video tersebut, ada lagi video dari kesatuan TNI yang berbeda. Mereka turut mengecam pernyataan Effendi Simbolon dan menuntut permintaan maaf.
"Saya Brigadir Ruslan Effendy Komandan Korem 043 Garuda Hitam menyatakan tidak terima dan mengutuk keras ucapan Effendi Simbolon yang mengatakan bahwa TNI kaya gerombolan dan lebih-lebih ormas. Terlebih lagi menyatakan pimpinan TNI tidak harmonis. Kau mau mengadu domba internal TNI atau ingin menyeret kami ke ranah politik," ucap Komandan Korem 043 Garuda Hitam Brigadir TNI Ruslan Effendy dalam sebuah video yang beredar.
ADVERTISEMENT
Saat Effendi menyampaikan hal itu di DPR, Dudung memang sedang melakukan kunjungan ke sejumlah satuan di Lampung. Termasuk ke markas Korem 043/Garuda Hitam.
Di sana, Dudung melakukan pemeriksaan pasukan dan pengarahan. Termasuk meminta prajurit berperan aktif dalam pananganan stunting di masyarakat.
Tak hanya itu, Dudung juga berjung ke Yonif 143/TWEJ di Lampung dalam rangka memeriksa secara langsung kesiapan operasi Yonif 143/TWEJ yang akan melaksanakan penugasan sebagai Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan RI-PNG Sektor Utara, di Natar Lampung Selatan, Lampung.
Jenderal Dudung mengatakan, kehadirannya ini untuk memastikan personel, material dan aspek-aspek lainnya telah siap dengan baik sebelum melaksanakan penugasan.
“Kita pastikan semua aspek terjaga dengan baik, terutama kemampuan, kesiapsiagaan dan keterampilan prajurit, disiplin dan kepatuhan pada hukum, kesiapan alat perlengkapan, dan sarpras yang akan digunakan," kata Dudung.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad) Brigjen Hamim Tohari buka suara perihal munculnya video kemarahan sejumlah prajurit TNI Angkatan darat (TNI AD) kepada anggota Komisi I DPR, Effendi Simbolon. Dalam video itu, prajurit tak terima TNI disebut gerombolan lalu disamakan dengan ormas.
Meski viral di sejumlah sosial media, Hamim menegaskan tidak ada instruksi atau perintah apa pun yang disampaikan pimpinan untuk para prajurit membuat video semacam itu.
”Saya sampaikan bahwa organisasi atau pimpinan TNI AD tidak pernah mengeluarkan instruksi atau perintah untuk melakukan hal tersebut,” ujar Hamim saat dihubungi, Selasa (13/9).
Ia menduga hal itu dilakukan para prajurit sebagai reaksi spontan mereka atas pernyataan Effendi Simbolon yang dinilai merendahkan TNI sebagai sebuah institusi.
ADVERTISEMENT
Jika benar demikian, ia menilai hal itu sah-sah saja dilakukan. Terlebih saat ini siapa pun dapat menyampaikan apa pun yang dirasakannya ke sejumlah platform media sosial.
”Mungkin saja itu terjadi sebagai reaksi spontan, bukan cuma dari prajurit, bahkan dari masyarakat juga, atas pernyataan seorang tokoh di ruang publik yang dianggap memancing kegaduhan,” kata Hamim.
”Saat ini siapa pun bisa menyampaikan dan mengakses apa pun melalui medsos,” pungkasnya.
Dilaporkan ke MKD DPR Buntut Sebut TNI sebagai Gerombolan
Anggota Komisi I DPR Effendi Simbolon dilaporkan ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR pada Selasa (13/9).
Politikus PDIP itu dilaporkan karena dinilai tak etis usai menyebut TNI sebagai gerombolan dalam rapat dengar pendapat Komisi I dengan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum DPP Gerakan Muda Penerus Perjuangan Kemerdekaan (GMPPK) Bernard D. Namang merupakan pihak yang melaporkan Effendi ke MKD DPR.
"Miris pernyataan dari Bapak Effendi Simbolon pada saat tanggal 5 September dengan Panglima TNI. Salah satu kata yang kalimat yang tidak enak didengar, membias, tentang TNI kayak gerombolan," kata Bernard di MKD DPR.
"Kita masih dalam keadaan perdebatan tentang BBM. Kita mengharapkan [kinerja] TNI, bagaimana dibilang kayak gerombolan? Saya minta Bapak Effendi Simbolon mohon maaflah atas ucapannya itu kepada prajurit TNI," imbuh dia.
Bernard melanjutkan, pernyataan Effendi telah menyakiti berbagai lapisan TNI termasuk yang berjuang di perbatasan.
"Kasihan mereka-mereka yang menjaga perbatasan ini seperti di Papua, NTT, Kalimantan, Aceh, kalau mereka mungkin kita tahu. Zaman gadget ini, kan, di pelosok mana aja bisa mengakses dan ini sudah viral. Kalau sampai dinyatakan kayak gerombolan begitu, kan, sangat miris, dengarnya juga enggak enak," ujar Bernard.
ADVERTISEMENT