Ramai Risma Dikritik karena Paksa Seorang Tunarungu Bicara

2 Desember 2021 18:35 WIB
·
waktu baca 5 menit
Mensos Risma menghadiri peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2021. Foto: Kemensos
zoom-in-whitePerbesar
Mensos Risma menghadiri peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2021. Foto: Kemensos
ADVERTISEMENT
Menteri Sosial Tri Rismaharini (Risma) menuai sorotan di media sosial karena memaksa seorang tunarungu agar berbicara dalam Peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2021 pada Rabu (1/12).
ADVERTISEMENT
Di atas panggung, Risma meminta penyandang disabilitas bernama Aldi yang sesungguhnya tidak bisa bicara untuk bicara. Risma mengatakan Aldi harus bicara.
"Aldi, ini Ibu. Kamu sekarang harus bicara. Kamu bisa bicara. Ibu paksa kamu untuk bicara," ucap Risma kepada Aldi yang berdiri di hadapannya, dikutip dari video di Youtube Kemensos Kamis (1/12). Video ini belakangan dihapus, tapi tetap bisa ditemukan di medsos.
Eks Wali Kota Surabaya itu lalu menunjukkan sebuah lukisan karya penyandang disabilitas lain, yang berdiri di samping Risma, berupa pohon. Lukisan itu dimulai dari goresan tangan Risma.
Risma ingin menjelaskan kepada Aldi bahwa lukisan itu adalah buah pikiran temannya bernama Anfield.
Mensos Risma membuka acara pameran produk karya Penyandang Disabilitas, lelang lukisan dan kerajinan tangan karya, Rabu (1/12/2021). Foto: Instagram/@kemensosri
"Nah, Aldi, yang Ibu ingin sampaikan, kamu punya banyak di dalam, apa namanya, apa Bu? Ininya tadi (Risma menengok ke seorang ibu), pikiranmu. Kamu harus sampaikan ke Ibu, apa pikiranmu? Kami semua, kenapa Ibu sengaja melukis pohon, kamu pengin kami semua tidak merusak bumi," paparnya.
ADVERTISEMENT
"Kamu sekarang, Ibu minta bicara. Ndak pakai alat [alat bantu dengar]. Kamu bisa bicara, Aldi. Kamu bicara, kamu bicara," lanjut Risma membujuk Aldi bicara sambil menyodorkan mikrofon ke mulut Aldi.
"Bisa kamu bicara. Aldi, kamu bisa bicara, bicara...," desak Risma.
Aldi tampak ingin bicara, tapi tak terdengar dan terbata.
"Aldi.. Sayang..," kata Risma sambil memegang pundak Aldi.
Risma lalu mengeja sebuah kalimat. Aldi tampak terbata, tapi sangat kecil suaranya dan sedikit yang terucap.
"Aldi.. Mau.. Melestarikan.. Alam..," ucap Risma selesai mengeja dan bertepuk tangan.
"Bisa loh Aldi kamu bicara," lanjutnya, memuji Aldi yang bicara meski tak terlalu terdengar.
Mensos Tri Rismaharini dalam sambutannya usai serah terima jabatan dengan Mensos Ad Interim Muhadjir Effendy di kantor Kementerian Sosial, Jakarta (23/12). Foto: Kemensos RI

Stefanus Menginterupsi Risma

Tiba-tiba, seorang pria berkaca mata menginterupsi Risma dan dipersilakan maju ke panggung. Dia seorang tunarungu yang mengaku bernama Stefanus dari Gerakan untuk Kesejahteraan tunarungu Indonesia (Gerkatin).
ADVERTISEMENT
Stefanus bicara dengan bahasa isyarat yang diterjemahkan juru bicara yang duduk di kursi di depan panggung.
"Ibu, mohon maaf, saya mau berbicara dengan Ibu sebelumnya. Ibu saya harap sudah mengetahui ABD (alat bantu dengar). Bahwasanya anak tuli itu memang menggunakan alat bantu dengar, tapi tidak untuk kemudian dipaksa bicara. Tadi saya sangat kaget ketika Ibu memberikan pernyataan," ucap Stefanus.
Risma menghampiri Stefanus dan bicara tanpa mikrofon sambil memegang pundaknya. Tak terdengar yang disampaikan Risma.
"Mohon maaf, Bu, apakah saya salah?" Stefanus bicara di mikrofon.
"Ya, enggak, enggak," jawab Risma.
"Saya ingin menyampaikan bahwasanya bahasa isyarat itu penting bagi kami, bahasa isyarat itu adalah seperti mata bagi kami, mungkin seperti alat bantu dengar. Kalau alat bantu dengar itu, apa namanya, bisa mendengarkan suara, tapi kalau suaranya tidak jelas itu tidak akan bisa terdengar juga," papar Stafenus melalui juru bicara.
Mensos Risma menghadiri peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2021. Foto: Kemensos

Penjelasan Risma

Atas interupsi Stefanus itu, Risma pun memberi penjelasan.
ADVERTISEMENT
"Jadi Stefan, Ibu tidak, Ibu tidak mengurangi bahasa isyarat. Tapi Stefan, kamu tahu Tuhan itu memberikan mulut, memberikan telinga, memberikan mata kepada kita. Yang ingin Ibu ajarkan kepada kalian terutama anak-anak yang dia menggunakan alat bantu dengar, sebetulnya tidak mesti dia bisu, sebetulnya tidak mesti bisu. Jadi, karena itu kenapa Ibu paksa kalian untuk bicara? Ibu paksa memang, supaya kita bisa maksimal memaksimalkan pemberian Tuhan kepada kita. Mulut, mata, telinga. Jadi, ibu tidak melarang menggunakan bahasa isyarat, tapi kalau kamu bisa bicara, maka itu akan lebih baik lagi," beber Risma.
"Saya belajar ini dari Mbak Angkie (Angkie Yudistia, Stafsus Presiden). Mbak Angkie dulu pada waktu berapa tahun lalu, waktu Ibu awal jadi wali kota [Surabaya], ketemu dengan Mbak Angkie. Saat itu, Mbak Angkie bicaranya tidak jelas seperti sekarang. Tapi sekarang karena dilatih terus oleh Mbak Angkie, sekarang bicaranya sangat jelas. Mengerti, ya, Stefan?" lanjutnya.
Angkie Yudistia, Stafsus Presiden Jokowi. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Stefan menimpali.
ADVERTISEMENT
"Kemampuan bicara anak-anak tuli itu bermacam-macam. Jadi ada yang memang tuli sejak kecil, ada yang memang tuli sejak kecil seperti Mbak Angkie, dan kemampuan bahasa isyaratnya juga beragam. Ada yang bisa berbahasa isyarat, ada yang tidak bisa berbahasa isyarat. Jadi itu yang harus dihargai," ucap Stefan.
Risma menyimak.
"Plus, bahasa isyarat itu bisa, apa namanya, memberikan pemahaman juga kepada orang tuli. Kalau ada orang tuli, contohnya ada juru bicara bahasa isyarat, nih, orang tuli bisa melihat juru bicara bahasa isyarat dengan jelas ketika situasi acara seperti ini. Itu adalah sebuah akses juga bagi kami," lanjut pria berkaca mata ini.
"Aku setuju, aku sangat setuju itu, tapi Stefan, Ibu sangat setuju sekali, tapi saya berharap kita harus mencoba. Setuju? Kita harus mencoba," jawab Risma.
ADVERTISEMENT

Kritik pada Risma

Surya Sahetapy Foto: Instagram/@suryasahetapy
Video tersebut viral dan di Twitter menjadi trending topic "Bu Risma", Kamis (2/12). Banyak netizen yang menyoroti Risma.
Aktivis tunarungu yang juga juru isyarat Surya Sahetapy juga melayangkan kritik keras pada Risma melalui Instagram.
"Bahasa isyarat oke, bicara oke tapi 'memaksa' sih NO. Memang banyak ragam komunikasi di komunitas kami bukan berarti kami harus 'dipaksa' untuk menyesuaikan kalian seperti orang dengar yang non pengguna bahasa isyarat," tulis Surya.
"Percuma kalau bisa bicara tapi sulit menyimak percakapan orang dengar! Jadi kenapa bahasa isyarat penting bagi kita semua. Jadi disabilitas bukan karena saya tidak mendengar, tetapi pola pikir sempit seseorang yang menyebabkan kami disabilitas," lanjut putra penyanyi Dewi Yull-Ray Sahetapy ini.
Jokowi (kiri) belajar bahasa isyarat dengan Surya Sahetapy (tengah) bersama Mensesneg Pratikno, Selasa (9/10/2018). Foto: Dok. Biro Pers Setpres
Surya lalu mengurai beberapa harapan dia untuk para penyandang disabilitas tuli, yaitu:
ADVERTISEMENT
1. SDM pengajar bahasa isyarat yang tuli berkembang dan berkualitas
2. Bahasa isyarat masuk pendidikan umum
3. Masyarakat Indonesia bisa menguasai bahasa isyarat dasar
4. Kebijakan akses informasi dan komunikasi yang inklusif (takarir tidak terbatas untuk semua media, sdm JBI, captioner serta teknologi Tuli-HoH yang bisa menunjang.)
5. Tidak ada hambatan komunikasi selama tinggal di Indonesia.
"Maka semua bisa kompak membangun negeri ini!" pungkasnya.