Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Media sosial diramaikan dengan wacana pembangunan camping ground mewah (glamping) di Gunung Rinjani. Dikabarkan, wahana tersebut akan dibangun di area Danau Segara Anak. Selain itu, ada juga wacana heli tourism di lokasi yang sama.
ADVERTISEMENT
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Dedy Asriady, membenarkan soal wacana glamping tersebut. Lebih lanjut, pengajuan usaha itu diajukan oleh PT Rinjani Glamping Indonesia (RGI).
“Permohonannya sudah sejak 2017 dan sudah mendapatkan pertimbangan teknis dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok Tengah dan dari Kepala Balai TNGR pada 2017 juga,” kata Dedy kepada kumparan, Rabu (19/2).
Proses selanjutnya, kata Dedy, RGI harus membuat Rencana Pengusahaan Pariwisata Alam. Dedy menyebut dokumen tersebut berisi di antara lain detail usaha pengembangan, dampak ekonomi, analisis ekonomi dan bersinergi dengan masyarakat mana.
“Lalu kami teliti dengan melihat dampak ekologi dan kemanfaatan dengan melibatkan stakeholder. Kalau diizinkan, habis itu izin dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL), masing panjang prosesnya,” ungkap Dedy.
ADVERTISEMENT
Untuk luas lokasi pengembangan, Dedy menyebut, RGI mengajukan 4 hektare. Berdasarkan aturan, untuk pembangunan sarana maksimal hanya 10 persen dari luas keseluruhan area (4 hektare).
Sementara itu, Dedy menambahkan, RGI telah melakukan audiensi di Balai BTNGR, Selasa (18/2). Pertemuan itu dihadiri pejabat di antaranya dari Dinas Pariwisata NTB dan Lombok Timur, LHK, ESDM, Basarnas, BP Majelis Adat Sasak, dan Forum Porter Guide Rinjani.
Untuk heli tourism, Dedy menyebut PT Airbus Helicopters Indonesia (AHI) akan menjadi investornya. Ia menambahkan belum ada aturan terkait izin pariwisata jenis ini.
“Program heli tourism akan diawali studi kelayakan dan uji coba yang rencananya akan dilaksanakan antara September hingga Desember 2020 untuk mempelajari dan melakukan review operasional,” ujar Dedy.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, tambah Dedy, AHI telah melakukan audiensi mengenai heli tourism ke KLHK, KSDAE, Kemenpar, Pemprov NTB, dan Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani sejak tahun 2015.
Sales Manager Corporate Airbus Helicopters Indonesia, Sussy Kusumawardani, mengatakan, heli tourism digagas agar keindahan Gunung Rinjani tidak hanya dinikmati kalangan tertentu.
"Kami juga tertarik menyediakan fasilitas transportasi udara karena pemerintah Indonesia menjadikan pariwisata sebagai prioritas. Dan akses merupakan salah satu kuncinya," kata Sussy sebagaimana dikutip dari Antara, Rabu (19/2).