Ramzan Kadyrov Yakin Mariupol Akan Segera Jatuh ke Tangan Rusia

21 April 2022 10:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Republik Chechnya Ramzan Kadyrov. Foto: Alexey NIKOLSKY / Sputnik / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Republik Chechnya Ramzan Kadyrov. Foto: Alexey NIKOLSKY / Sputnik / AFP
ADVERTISEMENT
Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov menegaskan, pasukan Rusia akan segera merebut kota pelabuhan Mariupol. Kini, tentara Ukraina yang masih bertahan sudah terpojok di pabrik baja Azovstal.
ADVERTISEMENT
Mariupol merupakan kota pelabuhan di pesisir Laut Hitam yang telah dikepung berminggu-minggu. Apabila jatuh ke tangan Rusia, Mariupol akan menjadi kota terbesar pertama di Ukraina yang berhasil direbut Moskow, sejak invasi pada 24 Februari 2022.
Kadyrov merasa, jatuhnya Mariupol tinggal tunggu waktu. Sebab, pasukan Ukraina yang bertahan di Azovstal hanya tinggal sedikit.
Citra satelit menunjukkan kawasan pemukiman yang hancur di Mariupol, Ukraina. Foto: Maxar Technologies/via REUTERS
"Sebelum jam makan siang, atau setelah makan siang, Azovstal akan sepenuhnya berada di bawah kendali pasukan Federasi Rusia," kata Kadyrov, dikutip dari Reuters.
Pabrik Azovstal adalah kompleks industri di sudut tenggara Mariupol. Kompleks ini menduduki area seluas lebih dari 6,4 km persegi dan digunakan untuk mempekerjakan lebih dari 10.000 orang.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan, ada sekitar 1.000 warga sipil berlindung di sana. Sementara, hingga saat ini belum diketahui berapa banyak tentara Ukraina yang masih bertahan di sana.
ADVERTISEMENT
Seorang komandan marinir Ukraina, Serhiy Volny, mengatakan para tentara yang tersisa di pabrik baja itu mungkin tidak dapat bertahan lebih lama lagi. Sejumlah tentara dilaporkan terluka dengan perawatan medis yang sangat terbatas. Volny meminta bantuan internasional untuk memulai proses evakuasi.
Zelensky mengatakan, saat ini, pasukan Ukraina tidak memiliki cukup senjata untuk mengalahkan tentara Rusia di Mariupol. Dia menguraikan dua cara potensial untuk mengakhiri pengepungan kota itu.
Pemandangan gedung teater yang hancur akibat konflik Ukraina-Rusia di selatan kota pelabuhan Mariupol, Ukraina, Minggu (3/4/2022). Foto: Stringer/Reuters
“Pertama, itu melibatkan senjata berat, saat ini kita tidak memiliki cukup senjata ini untuk membebaskan Mariupol. Jalur kedua adalah diplomatik. Sejauh ini Rusia belum menyetujui hal ini,” tutur Zelensky, dikutip dari CNN.
Negosiator senior Ukraina Mykhailo Podolyak pada Rabu (20/4/2022) menawarkan untuk mengadakan pembicaraan khusus dengan Rusia di Mariupol tanpa syarat. Hal itu dilakukan bagian dari upaya evakuasi pasukan dan warga sipil dari kota tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya pada Rabu, puluhan warga sipil berhasil meninggalkan Mariupol dengan konvoi bus kecil melalui koridor kemanusiaan yang telah disepakati. Namun, Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan upaya evakuasi ini tidak bekerja sesuai rencana.
“Karena kurangnya kontrol atas militer mereka di lapangan, penjajah tidak dapat memastikan gencatan senjata yang tepat. Juga, karena ketidakteraturan dan kelalaian, penjajah tidak dapat menyediakan transportasi orang yang tepat waktu ke titik di mana belasan bus dan ambulans kami sedang menunggu," papar Vereschuk.
Penulis: Airin Sukono