Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Ratna Sarumpaet, dari Seniman Hingga Jadi Pendukung Prabowo
3 Oktober 2018 10:44 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Publik digegerkan dengan beredarnya foto aktivis dan seniman Ratna Sarumpaet yang babak belur. Meski Ratna secara pribadi belum angkat bicara terkait dugaan penganiayaan ini, sejumlah politisi telah mengklaim bahwa wanita 70 tahun tersebut dianiaya oleh sejumlah orang tak dikenal di kawasan Bandung, Jawa Barat, pada 21 September.
ADVERTISEMENT
Bila selama ini publik mengenal Ratna sebagai sosok yang vokal mengkritik Jokowi-Ma'ruf Amin, namun sebenarnya ibunda artis Atiqah Hasiholan ini sudah lama malang melintang sebagai seniman, penulis, pemain teater, hingga aktivis.
Wanita kelahiran Tarutung, 16 Juli 1949 tersebut, lahir dari keluarga yang paham betul politik Indonesia. Sang ayah, Saladin Sarumpaet, merupakan Menteri Pertanian dan Perburuhan di kabinet Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Sementara ibunya, Julia Hutabarat, seorang aktivis hak-hak wanita.
Sejak remaja, Ratna sudah memperlihatkan ketertarikannya pada dunia teater, khususnya saat pertama kali menyaksikan pementasan teater 'Kasidah Berzanji' yang dipimpin oleh seniman W.S. Rendra. Ratna yang saat itu sedang kuliah sebagai mahasiswi arsitektur Universitas Kristen Indonesia, memutuskan untuk berhenti studi dan bergabung dengan grup teater tersebut.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu, sejumlah naskah teater lahir dari tangan Ratna, seperti Rubayat Umar Khayam (1974) sebagai penulis naskah dan sutradara, Marsinah: Nyanyian dari Bawah Tanah, yang mengkritik kematian aktivis buruh Marsinah, Pelacur dan Presiden pada 2006, yang berisi protes terhadap buruknya perdagangan anak di Indonesia.
Selain menjadi penulis naskah teater, Ratna juga terlibat dalam produksi beberapa film, antara lain film televisi 'Balada Orang-orang Tercinta' di tahun 1990, 'Rumah untuk Mama di tahun 1991, hingga film layar lebar 'Jamila dan Sang Presiden' di tahun 2009.
Sejak muda Ratna memang terkenal vokal menyuarakan sejumlah protes atas ketidakadilan yang ia lihat di masyarakat. Pada zaman Orde Baru, Ratna beberapa kali dicekal oleh pemerintahan saat itu.
Di era 90-an, Ratna dikenal aktif sebagai aktivis kasus Marsinah, dan perang antara TNI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Saat kampanye Pemilu 1997, ia dan kelompok teaternya bergabung dengan PPP, dan sempat diinterogasi pihak kepolisian atas aksi yang dia lakukan di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Di tahun 1998, Ratna sempat mendekam di Rutan Pondok Bambu selama 10 hari karena menggelar sebuah Sidang Rakyat bertajuk “People Summit” di Ancol, yang menyerukan agar Presiden Ke-2 RI Soeharto turun.
Pemerintahan berganti, Ratna tetap nyaring kepada penguasa. Terbaru di tahun 2016, Ratna sempat ditangkap di sebuah hotel di Jakarta, karena diduga menjadi bagian yang sedang merencanakan kudeta terhadap Presiden Joko Widodo, meski dilepas keesokan harinya.
Memang, sejak 2014, Ratna cukup vokal mengkritik sejumlah kebijakan pemerintah di era Jokowi-JK. Ratna kerap mengkritik sejumlah kebijakan Jokowi yang dianggapnya sering melakukan pencitraan.
Menjelang Pilpres 2019, Ratna menyatakan diri mendukung capres-cawapres Prabowo Subianto- Sandiaga Uno. Ia juga didapuk sebagai juru kampanye nasional tim pemenangan Prabowo-Sandiaga.
ADVERTISEMENT
Pada Selasa (2/10/2018), berita dugaan penganiayaan terhadap Ratna Sarumpaet menyeruak. Anggota timses Prabowo-Sandi dari Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean, mengatakan Ratna dianiaya oleh orang tak dikenal sehingga mengalami syok dan trauma. Ferdinand memposting foto Ratna yang tampak babak belur di bagian mata, meski kemudian menghapusnya dengan alasan tidak tega.
Kabar penganiayaan diperkuat oleh Rachel Maryam dan Dahnil Anzar Simanjuntak yang menyebut Ratna dianiaya 3 orang tak dikenal di dekat Bandara Husein Sastranegara, Bandung, 21 September lalu. Namun kejadian itu tak dilaporkan Ratna ke polisi dengan alasan Ratna masih syok, trauma, dan ketakutan. Imbauan aparat agar Ratna melapor tak digubris, menurut Fadli Zon karena mubazir.
Ratna pun mendapat banjir simpati. Prabowo Subianto dan Amien Rais menemuinya di sebuah tempat yang dirahasiakan.
ADVERTISEMENT
Belakangan diketahui, dari penyelidikan polisi, pada tanggal Ratna disebut dianiaya pada 21 September, Ratna Sarumpaet berada di Jakarta, tepatnya sedang menjalani operasi bedah plastik di RS Bina Estetika, Menteng, Jakarta Pusat. RS Bina Estetika populer di kalangan para artis dan sosialita. Jasa yang ditawarkan antara lain facelift (tarik wajah) dan operasi kantung mata untuk menambah estetika.
Hingga kini belum ada komentar dari pihak Ratna Sarumpaet terkait temuan ini. Ponselnya mati saat ditelepon. Namun, politikus Demokrat Ferdinand Hutahanean menyebut polisi yang menyelidiki kasus itu juga manusia, bisa saja luput.