Ratu Kalinyamat Layak Diperjuangkan Jadi Pahlawan Nasional, Ini Bukti Sejarahnya

18 Agustus 2022 14:40 WIB
·
waktu baca 10 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri di acara Napak Tilas Ratu Kalinyamat Pahlawan Maritim Nusantara, Kamis (11/8/2022). Foto: PDIP
zoom-in-whitePerbesar
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri di acara Napak Tilas Ratu Kalinyamat Pahlawan Maritim Nusantara, Kamis (11/8/2022). Foto: PDIP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tim Pakar Ratu Kalinyamat Yayasan Dharma Bakti Lestari yang diketuai Prof. Dr. Ratno Lukito menanggapi pernyataan Bagas Pujilaksono yang menyebut Ratu Kalinyamat tidak berhak menyandang gelar pahlawan nasional. Apa saja bukti yang disampaikan?
ADVERTISEMENT
Bagas yang merupakan budayawan lulusan UGM mengatakan, Ratu Kalinyamat tidak layak dijadikan pahlawan karena hal berikut:
1. Nilai perjuangannya dalam skala/scope nasional
2. Sifat/perilaku terpuji/terhormat sepanjang masa.
Menjawab penolakan Bagas, pernyataan akademik Tim Pakar Ratu Kalinyamat yang mengungkap bukti sejarah terkait kepahlawanan tokoh asal Jepara itu pun diungkap. Mereka beranggotakan parah ahli terkait yaitu: Prof. Dr. Ratno Lukito (Ketua), Dr Alamsyah (anggota), Dr Chusnul Hayati (anggota), Dr Connie Rahakundini Bakrie (anggota), dan Dr Irwansyah (anggota) pada Rabu (17/8).
“Pada pokok surat tersebut, Bagas Pujilaksono menyatakan tidak setuju jika Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional. Tentang ketidaksetujuan tersebut, Tim Pakar Ratu Kalinyamat melihat sebagai hak pribadi,” tulis Tim Pakar Ratu Kalinyamat pada pernyataan akademik yang dikutip Rabu (17/8).
ADVERTISEMENT
Tim Pakar Ratu Kalinyamat menjawab Bagas Pujilaksono yang mempertanyakan dari perspektif apa Ratu Kalinyamat bisa dijadikan sebagai Pahlawan Nasional dan apa dampak nasionalnya yang diberikan.
Mereka menegaskan Ratu Kalinyamat layak memperoleh predikat pahlawan nasional bila merujuk pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2009 Tentang Gelar, Tanda Jasa, Dan Tanda Kehormatan.
UU tersebut menerangkan bahwa Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara.
Atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Untuk menjadikan seseorang memperoleh gelar pahlawan maka harus memenuhi persyaratan umum yang dibuktikan melalui beberapa kriteria mulai dari WNI atau seseorang yang berjuang di wilayah yang sekarang menjadi wilayah NKRI. Juga memiliki integritas moral dan keteladanan, berjasa terhadap bangsa dan negara, berkelakuan baik, setia dan tidak mengkhianati bangsa dan negara.
Serta tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun.
Bukti Sejarah
Tim Pakar Ratu Kalinyamat menegaskan menurut mereka Ratu Kalinyamat telah memenuhi syarat tersebut meski perjuangannya tercatat pada catatan Portugis. Menurut mereka Ratu Kalinyamat adalah seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Memiliki nama asli Retna Kencana, ia disebut sebagai warga Jepara yang membantu Aceh serta Hitu-Maluku melawan kolonialisme Portugis. Keberadaan Portugis di Malaka dipandang mengancam perdagangan dan pelayaran berbagai suku bangsa di nusantara mulai dari kawasan Aceh, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
Tim Pakar Ratu dalam pernyataan akademik mereka menyebutkan bahwa penyerangan pasukan Ratu Kalinyamat ke Malaka dan Maluku dicatat oleh orang-orang Portugis melalui catatan primer dari Franscisco Peres, Diogo da Cout, Manuel Faria e Sousa, Jorge de Lemos, Dom Afonso de Noronha, Dom Sebastian, Cristovao Martins, dan
Artur Basilio De Sa.
“Dalam menyusun pernyataan argumentasi akademik, Tim Pakar Ratu Kalinyamat menggunakan data dari sumber primer yang sudah diverifikasi dengan menggunakan metode penelitian sejarah yang disepakati bersama,” tulis Tim Pakar Ratu Kalinyamat pada pernyataan akademik tersebut.
ADVERTISEMENT
Tim Pakar Ratu Kalinyamat menyebut pernah mengundang sebanyak dua kali Profesor Vitor Rui Gomes Teixeira, Staf pengajar pada Sekolah Seni (School of Fine Arts) Fakultas Teologi dan Sekolah Bisnis Porto (Porto Business School) di Universidade Católica Portuguesa (UCP) Porto, Portugal yang meneliti tentang sejarah Portugis di Malaka.
Contoh-contoh bukti peran Ratu Kalinyamat yang didapat dari sumber-sumber primer dari Portugis:
SERANGAN JEPARA KE MALAKA 1551.
- Seperti digambarkan oleh Manuel Faria e Sousa:
Allilo moftra fpn los Reyes de Pera,Pan, Marruaz, y la Reyna de la* paraen lalava.Entrava lunio quando de todaefta liga fe vieron correr por el agua más de dozientos navios con más de diez mil hombres (Faria e Sousa, 1674:256)
ADVERTISEMENT
Terjemahan: “…Bersekutulah para raja dari Pera, Pao, Marruas dengan Ratu Jepara dari Jawa. Persekutuan itu membentuk armada di lautan dengan 200 kapal dan lebih dari 10.000 orang…” (Faria e Sousa, 1674:256).
- Diogo do Couto, sang penulis kronik Decada da Asia, menyampaikan informasi serupa.
“...Pera ifto fe carteou com ElRey de Pera, Pao, Marruas, e outros feus vifinhos, que folgaram de entrar naquella liga, e mandou convidar pera ella, Rainha de Japora, na cofta de jaoa com quem tinha razao, comettendo-lhe feus partidos, e facilitando-lhe a jornado, pelo defeuido com que os Portugueses eftavam, e pela falta que de tudo tinham. Convocada efta liga, fizeram todos os della fuas juntas, e lancaram fuas armadas ao mar, negociado artilehria, municoes, e mantimentos…” (Couto, 1626-75:251-2).
ADVERTISEMENT
Terjemahan: “…Bersama dengan raja-raja Pera, Pao, Marruas, dan tetangga-tetangganya yang lain, serta mengundang Ratu dari Jepara yang terletak di pesisir pantai Jawa, yang merupakan sekutunya sejak lama, sembari memanfaatkan situasi armada Portugis yang sedang lemah-lemahnya dan banyak kekurangan pasukan. Berkat persekutuan itu, mereka menjadi armada laut siap tempur dengan artileri, amunisi, dan perbekalan yang lengkap…” (Couto, 1626-75:251-2)
Reys da liga, que fe foram ajuntar com cile, formando-fe huma Armada de mais de duzentos navios, em que entravam mais de quarenta juncos da Rainha de Japora, cujo Capitao mor era hum Jao muito valente homem, chamado Sangue de Pate, que trazia quatro, ou finco mil homens de peleja (Couto, 1626-75:253-4).
Terjemahan: “…(Sultan Johor) berangkat dengan 5.000 sampai 6.000 prajurit terpilih, dan di laut bergabung dengan prajurit-prajurit dari kerajaan yang bersekutu, membentuk satu armada dengan lebih dari 200 kapal laut (navios), belum lagi ditambah dengan 40 kapal besar (juncos) kiriman Ratu dari Jepara, yang Kaptennya terkenal sebagai orang hebat/tangguh, ‘Sang Adipati’, yang membawa 4.000 sampai 5.000 prajurit siap tempur…” (Couto, 1626-75:253-4)
ADVERTISEMENT
- Romo Francisco Peres:
Assi que não somente nos tiverão cerquados, mas tomarão a parte da cidade onde habitavão os mercadores qeuillins e mouros e chins e outras muytas gentes, donde se se levarão (sic) grande presa de ouro e prata e çeda, sândalo, e muyta roupa, e não pouca porçelana. E dizem que levarião mais de vinte mil almas, entre as quaes, erão alguns christãos, que soma a perda que fizerão hum conto de ouro, segundo dizem os homens que disso sabem (Carta do Francisco Peres a Seus Reino, 24 de Novembro 1551, BAL (Biblioteca da Ajuda Lisboa) 49-IV-49, fl.131v - 134 (De Sa, Documentacao, Vol.II, No.9, pag.54)
Terjemahan: “…Dengan demikian, kami tak hanya dikepung, namun mereka juga menduduki bagian kota yang dihuni para pedagang Keling, Arab, dan Tiongkok, serta banyak warga lain, di mana mereka mengambil banyak muatan emas, perak, dan sutra, sandal dan banyak pakaian, serta porselen yang tidak sedikit. Konon mereka pun mengambil lebih dari dua puluh ribu jiwa, di antaranya beberapa umat Kristen yang memiliki rekening emas, demikian menurut mereka yang mengetahuinya…” (Surat dari Francisco Peres pada Raja, 24 November 1551, BAL (Biblioteca da Ajuda Lisboa) 49-IV-49, fl.131v - 134, DHMPPOI, II, No.9, 54).
Ilustrasi ratu Kalinyamat. Foto: kumparan
6 Kesimpulan Faktor Ratu Kalinyamat Layak Jadi Pahlawan
ADVERTISEMENT
1. WNI atau Seseorang yang Berjuang di Wilayah yang Sekarang Menjadi Wilayah NKRI
Ratu Kalinyamat melakukan perjuangan melawan kolonialisme Portugis di Malaka dan Maluku. Ratu Kalinyamat melawan kolonialisme Portugis sebanyak empat kali. Pertama tahun 1551 Ratu Kalinyamat bersama Johor mengirim pasukan ke Malaka, kedua tahun 1564–1565 membela dan mengirim pasukan ke Hitu, ketiga tahun 1568 mengirim pasukan ke Malaka, dan keempat tahun 1574 mengirim pasukan ke Malaka.
Upaya pembebasan wilayah perairan pantai timur Sumatra termasuk Aceh dan Maluku yang saat ini menjadi wilayah bagian dari Nusantara (wilayah NKRI sekarang) menunjukkan sikap perlawanan kolonialisme Portugis yang melakukan monopoli perdagangan dan blokade pelayaran. Begitu pula keberadaan Jepara sebagai kekuatan maritim besar di bawah Ratu kalinyamat dalam posisi keindonesiaan saat ini merupakan bagian dari wilayah NKRI.
ADVERTISEMENT
2. Memiliki Integritas Moral dan Keteladanan
Sebagai putri dari Sultan Trenggana, Ratu Kalinyamat dipercaya mendidik Pangeran Arya atau Pangeran Jepara, putra Sultan Hasanudin dari Banten. Pada tahun 1579, ketika Ratu Kalinyamat telah meninggal dunia, Pangeran Arya yang bergelar Pangeran Jepara menjadi penguasa Jepara menggantikan Ratu Kalinyamat.
Setelah Pangeran Hadiri meninggal pada 1549, Ratu Kalinyamat tetap menjanda hingga meninggalnya (1579). Ratu Kalinyamat, dapat memberikan keteladanan dalam segala aspek. Dari sisi agama, selain berguru pada Sunan Kudus, dia mendirikan masjid Mantingan tahun 1559 yang ditandai adanya candra sengkala “rupa brahma warna sari.”
Masjid peninggalan Ratu Kalinyamat masih berdiri hingga saat ini. Masjid ini merupakan lembaga yang mengajarkan nilai-nilai luhur yang berkaitan dengan moral masyarakat. Dari aspek budaya, pada masa kepemimpinannya lahir kerajinan ukir yang ditandai adanya motif ragam ukir di dinding masjid Mantingan.
ADVERTISEMENT
Motif ukir di masjid Mantingan merupakan motif lokal Jepara sebagai bentuk perpaduan antara motif China, motif Hindu, dan motif Islam. Ini menandakan Ratu Kalinyamat merupakan perintis lahirnya ekonomi kreatif ukir di Jepara
3. Berjasa terhadap Bangsa dan Negara
Selain karya monumental yang masih dirasakan manfaatnya sampai sekarang (masjid Mantingan, kerajinan ukir, motif ukir, benteng, makam, dan lain-lain), Ratu Kalinyamat telah mengirim armada perang melawan kolonialisme Portugis sebanyak empat kali yaitu tahun 1551 mengirim pasukan ke Malaka, tahun 1964- 1565 membela dan mengirim pasukan ke Hitu, tahun 1568 mengirim pasukan ke Malaka, dan tahun 1574 mengirim pasukan ke Malaka.
Itu artinya bahwa peran Ratu Kalinyamat tidak hanya dalam lingkup lokal, tetapi juga lingkup regional dan nasional. Dalam konteks sekarang ini, dapat dimaknai bahwa Ratu Kalinyamat mempunyai jiwa dan semangat nasionalisme yang cukup kuat melawan kolonialisme.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu kolonialisme Portugis tidak hanya merugikan pedagang Jepara, tetapi juga pedagang lain yang ada di Nusantara. Ini artinya bahwa Ratu Kalinyamat memikirkan kepentingan yang lebih luas, tidak hanya mementingkan dirinya sendiri.
5. Berkelakuan Baik
Ratu Kalinyamat adalah seorang istri yang setia kepada suaminya dan menyayangi keluarganya. Ratu Kalinyamat beserta suaminya, Pangeran Kalinyamat (Pangeran Hadiri) sangat sedih atas kematian saudaranya, Sunan Prawata sehingga sang Ratu naik banding ke Sunan Kudus.
Ratu Kalinyamat seorang yang berahlak baik sehingga Ratu Kalinyamat mau menjadi pelindung anak-anak saudaranya. Dua anak almarhum Sunan Prawata yang dibunuh Arya Penangsang diambil sebagai anak angkat. Selain itu, Pangeran Arya, anak Sultan Hasanudin dari Banten, bahkan diangkat sebagai putra mahkota Jepara karena Ratu Kalinyamat tidak memiliki anak.
ADVERTISEMENT
6. Setia dan Tidak Mengkhianati Bangsa dan Negara
Kekalahan melawan kolonialisme Portugis dalam empat serangan ke Malaka dan Maluku tahun 1551 ke Malaka, 1564–1565 ke Hitu, 1568 ke Malaka, dan 1574 ke Malaka, menunjukkan bahwa Ratu Kalinyamat merupakan sosok yang setia terhadap wilayah yang sekarang menjadi NKRI. Ratu Kalinyamat tidak pernah jera dalam melakukan perlawanan terhadap kolonilisme.
Meskipun serangan ini juga gagal, tidak membuat Ratu Kalinyamat menyerah dan berkhianat untuk bekerja sama dengan penjajah Portugis. Ratu Kalinyamat tetap berjuang melawan hegemoni Portugis dan tidak ada satu sumber pun yang menyebutkan Ratu Kalinyamat bekerja sama dengan Portugis sampai meninggal tahun 1579.
Tidak Pernah Dipidana Penjara Berdasarkan Putusan Pengadilan yang Telah Memperoleh Kekuatan Hukum Tetap karena Melakukan Tindak Pidana yang Diancam dengan Pidana Penjara Paling Singkat 5 (lima) Tahun.
ADVERTISEMENT
Tim pakar ini menegaskan bahwa pengusulan Ratu Kalinyamat sebagai Pahlawan Nasional bukan hanya keinginan mereka melainkan keinginan masyarakat Jepara yang didukung oleh pemerintah daerah kabupaten bahkan direkomendasikan oleh gubernur Jawa Tengah.
“Pengusulan Ratu Kalinyamat sebagai Pahlawan Nasional merupakan keinginan masyarakat Jepara yang diusulkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Jepara dan direkomendasikan oleh Gubernur Provinsi Jawa Tengah. Tim Pakar Ratu Kalinyamat mencari fakta dan sumber primer yang didukung oleh keinginan bersama untuk berbangsa dan bertanah air dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tulis Tim Pakar Ratu Kalinyamat pada pernyataan akademik tersebut.