Ratusan NGO Dunia Desak Negara Produsen Jet F-35 Setop Kirim Senjata ke Israel

18 Februari 2025 16:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang aktivis berpakaian Patung Liberty ditarik dengan belenggu saat unjuk rasa "Arrest Netanyahu at the White House Rally" mendukung warga Palestina di dekat Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Selasa (4/2/2025). Foto: Mandel Ngan/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seorang aktivis berpakaian Patung Liberty ditarik dengan belenggu saat unjuk rasa "Arrest Netanyahu at the White House Rally" mendukung warga Palestina di dekat Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Selasa (4/2/2025). Foto: Mandel Ngan/AFP
ADVERTISEMENT
Lebih dari 200 organisasi masyarakat sipil (LSM/NGO) di berbagai penjuru dunia mendesak negara-negara yang terlibat dalam produksi jet tempur F-35 untuk menghentikan pengiriman senjata ke Israel.
ADVERTISEMENT
Mereka menilai pemerintah negara-negara tersebut gagal mencegah penggunaan jet dalam pelanggaran hukum internasional.
Surat yang ditandatangani 232 lembaga swadaya masyarakat (LSM) itu dikirim pada Senin (17/2) kepada pemerintah Australia, Kanada, Denmark, Italia, Belanda, Norwegia, AS, dan Inggris.
Penanda tangan berasal dari negara produsen F-35 serta Belgia, Yordania, Lebanon, Swiss, Irlandia, dan India. Lembaga seperti Human Rights Watch, Amnesty International, dan Oxfam termasuk dalam daftar pendukung.

Tekanan terhadap Program F-35

Ilustrasi pesawat F-35. Foto: Shutterstock
Jet tempur F-35 dibuat oleh konsorsium global yang dipimpin Lockheed Martin.
Inggris menyuplai 15 persen komponen dalam program ini, termasuk untuk Israel.
Kampanye Campaign Against Arms Trade (CAAT), koordinator surat tersebut, menyebut program F-35 tidak mematuhi hukum internasional karena tidak memiliki mekanisme untuk mengontrol pengguna akhir.
ADVERTISEMENT
“Selama 15 bulan terakhir, jelas bahwa Israel tidak berkomitmen terhadap hukum internasional. Negara-negara dalam program F-35 telah gagal mencegah penggunaan jet ini dalam pelanggaran serius,” tulis surat tersebut, seperti diberitakan Guardian.
Sejumlah negara menghadapi gugatan hukum terkait ekspor senjata ke Israel, termasuk AS, Inggris, Belanda, Denmark, Kanada, dan Australia.
Inggris sebelumnya menangguhkan 30 dari 350 lisensi ekspor senjata ke Israel, tapi tetap mengizinkan komponen F-35 dengan alasan kepentingan strategis NATO dan dukungan militer untuk Ukraina.

Perang Gaza

Foto udara warga Palestina menunggu untuk diizinkan kembali ke rumah mereka di Jalur Gaza tengah, Minggu (26/1/2025). Foto: Stringer/REUTERS
Perang di Gaza telah berlangsung lebih dari 480 hari. Sedikitnya 48 ribu orang tewas, dan sebagian besar penduduk kehilangan tempat tinggal. PBB melaporkan 69 persen infrastruktur Gaza hancur akibat pemboman Israel.
Manajer advokasi di CAAT, Katie Fallon, menyebut program F-35 sebagai simbol keterlibatan negara-negara Barat dalam serangan Israel terhadap warga Palestina.
ADVERTISEMENT
“Jet ini berperan dalam pemboman 466 hari di Gaza, dalam kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida,” katanya.
Sementara itu, pemerintah Inggris menegaskan pihaknya telah menangguhkan beberapa lisensi ekspor ke Israel, tetapi tetap mempertahankan suplai komponen F-35 karena alasan strategis.