news-card-video
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Ratusan Porsi Bubur India untuk Buka Puasa dan Komunitas Orang Khoja di Semarang

6 Maret 2025 17:51 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ratusan mangkok bubur India disiapkan di Masjid Pekojan Semarang. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ratusan mangkok bubur India disiapkan di Masjid Pekojan Semarang. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
ADVERTISEMENT
Aroma harum masakan menyeruak dari Masjid Pekojan saat kumparan menyambangi masjid yang berada di Jalan Petolongan, Semarang Tengah, Kota Semarang ini.
ADVERTISEMENT
Ternyata aroma tersebut berasal dari belakang masjid. Seorang pria bernama Ahmad Paserin (54) terlihat sibuk mengaduk sepanci besar bubur India.
Dengan tangan kanannya, Ahmad Paserin yang lebih akrab disapa Sirin itu mengaduk-ngaduk adonan bubur berulang kali, ke depan-ke belakang-ke kiri dan ke kanan. Sementara tangan kirinya sibuk memasukkan berbagai macam bumbu agar rasanya pas dengan yang ia inginkan.
Ada serai, salam, daun bawang, seledri, kayu manis, santan, bawang putih, iga sapi, dan sengkel sapi untuk kaldu.
Ali Baharun, salah satu keturunan Suku Koja tengah membuat Bubur India untuk takjil di Masjid Pekojan, Semarang. Foto: Afiati Tsalitsati/Kumparan
Bubur India itu seolah sudah menjadi bagian tak terpisahkan bagi identitas Masjid Pekojan. Setiap hari, selama Bulan Ramadan, bubur ini akan disajikan kepada jemaah masjid sebagai menu buka puasa.
Sirin sendiri merupakan penerima tongkat estafet juru masak bubur india dari Ahmad Ali bin Ali Yasin yang telah telah wafat 2 tahun lalu. Ahmad Ali merupakan keturunan asli peracik bubur India, yang kemudian menurunkan ilmunya kepada Sirin.
ADVERTISEMENT
"Saya itu pendatang dari Bojonegoro, Jawa Timur. Pada 2014 saya jadi marbut di masjid ini. Kemudian oleh Pak Ali saya diajak untuk membantu masak bubur India ini," ujar Sirin saat dijumpai, Kamis (6/2).
Ia bercerita, bubur India dibawa leluhur seorang sesepuh warga Pekojan bernama Anas Salim. Anas Salim mendapatkan resep itu turun temurun dari kakek dan ayah kandungnya. Keluarga asal India itu datang ke Indonesia sekitar tahun 1.800 atau sudah 120-an tahun yang lalu dan membentuk komunitas orang Khoja di Kampung Petolongan.
Mereka juga mempopulerkan bubur India. Sekaligus juga menjadi pelopor warga keturunan India di Kota Semarang untuk berdagang sarung, tasbih sampai bermacam rempah-rempah.
"Nah cikal bakalnya seperti itu," kata Sirin.
Ratusan mangkok bubur India disiapkan di Masjid Pekojan Semarang. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
Dalam satu hari masjid Pekojan bisa memasak 23 kilogram beras menjadi bubur. Memasaknya pun butuh tenaga ekstra dan kesabaran yang luas karena butuh waktu berjam-jam.
ADVERTISEMENT
"Kira-kira butuh waktu 3 jam. Saat sudah tercampur di dalam kuali besar, beras dan bumbu harus diaduk selama 1 jam dan tidak boleh berhenti. Lalu 2 jam selanjutnya menunggu Bubur India matang. Bagian ini adalah proses terpenting," jelas Sirin.
Ratusan mangkok bubur India disiapkan di Masjid Pekojan Semarang. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
Setelah matang, Bubur India bisa disajikan dengan bermacam lauk dan sayuran seperti sambal goreng ati, sambal goreng ayam, kare, atau gulai. Kemudian ada juga telur rebus di atasnya.
"Biasanya sekitar 200 mangkok. Terus biasanya ditambahi teh atau susu. Dulu ada air zam-zam, tapi karena pasokannya disetop oleh Pemerintah Arab Saudi, jadi diganti susu," sebut Sirin.
Selain terus menjaga sajian Bubur India, Sirin juga punya tanggung jawab untuk terus melestarikan. Ia pun merekrut satu orang anak buah untuk membantunya masak.
ADVERTISEMENT
"Sampai kapan pun bubur ini harus terus dihidangkan karena sudah menjadi identitas Masjid Pekojan, dan identitas orang Khoja di Semarang," kata Sirin.