Ratusan Siswa SMP di Buleleng Tak Bisa Baca dan Langkah Pemerintah Atasi Ini

24 April 2025 10:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti tiba di kediaman Presiden terpilih Prabowo Subianto, Kertanegara, Jakarta Selatan, Senin (14/10/2024). Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti tiba di kediaman Presiden terpilih Prabowo Subianto, Kertanegara, Jakarta Selatan, Senin (14/10/2024). Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Ratusan anak SMP di Buleleng, Bali, dilaporkan tidak bisa membaca. Temuan ini pun menjadi bahasan serius pemerintah dan anggota DPR.
ADVERTISEMENT
Pembahasan dilakukan oleh Komisi X DPR dengan Mendikdasmen Abdul Mu'ti pada rapat Senin (21/4).
"Itu kami sudah komunikasi dengan Dinas Pendidikan di Buleleng. Jumlahnya itu ada sekitar 400 dari sekian puluh ribu murid. Jadi prosentasenya itu 0,0011%," kata Mu'ti dikutip Kamis (24/4).
Kata Mu'ti ada sejumlah faktor yang membuat itu terjadi. Misalnya kurangnya perhatian dari keluarga hingga disleksia.
Disleksia adalah gangguan belajar yang ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, dan mengeja.
"Banyak mereka yang mengalami masalah itu, Sebagian dari anak-anak yang memang mengalami disleksia, anak-anak yang berkebutuhan khusus," ujarnya.
"Dan memang anak-anak dari keluarga yang kurang mendapatkan perhatian dengan baik. Sebagian karena ada alasan motivasi belajar yang rendah," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi siswa SMP Foto: Diah Harni/kumparan
Belum ada solusi terang yang disampaikan Mu'ti. Namun, pihaknya terus berkomunikasi dengan Disdik setempat untuk peningkatan kemampuan para siswa.
"Jadi kami sudah komunikasi dengan Dinas Pendidikan dan pihak terkait juga sudah membantu melayani murid-murid yang dianggap atau yang kemampuannya memang dianggap rendah. Dan karena itu maka langkah itu sudah ditindaklanjuti," tutur dia.
"Dan mudah-mudahan ke depan mereka dapat meningkat kemampuan literasi dan memorasi," sambung Sekum Muhammadiyah itu.
Sorotan dari Komisi X
Sementara itu, menurut Ketua Komisi X Hetifah Sjaifudian, penting untuk menelusuri akar masalah dari fenomena tersebut. Ia mempertanyakan apakah persoalan itu terjadi karena kualitas pengajar, keterbatasan fasilitas, atau faktor lain yang lebih kompleks.
Menurutnya, pendidikan adalah fondasi penting yang harus dijaga kualitasnya. Jika ada masalah seperti yang terjadi di Buleleng, pemerintah harus bergerak cepat agar tidak menyebar ke daerah lain.
ADVERTISEMENT
“Kalau itu sampai terjadi, maka kita harus memastikan hal seperti itu bisa segera diatasi dan tidak ada di tempat-tempat yang lainnya juga,” lanjutnya.