Reaksi Mabes Polri soal Video Intel dan Sabhara Saling Pukul Saat Amankan Demo

21 Oktober 2020 12:53 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa peserta menolak UU Cipta Kerja di Kantor DPRD Jambi, Jambi, Kamis (8/10). Foto: Wahdi Septiawan/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa peserta menolak UU Cipta Kerja di Kantor DPRD Jambi, Jambi, Kamis (8/10). Foto: Wahdi Septiawan/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Beredar video di media sosial berdurasi 2 menit lebih yang memperlihatkan seorang peserta aksi ditangkap petugas.
ADVERTISEMENT
Tapi yang menjadi perbincangan soal dugaan perwira polisi menyamar menjadi mahasiswa, lalu terlibat saling pukul dengan pasukan Sabhara.
"Ini perwira saya," teriak pria berpakaian putih bereaksi ketika polisi Sabhara memukul seorang pria lain saat riuh seorang mahasiswa berpakaian almamater hijau diamankan.
Pria berpakaian putih itu kemudian memukul polisi Sabhara hingga terjatuh.
Video tersebut ramai menjadi perbincangan di media sosial. Belum tahu di mana peristiwa itu terjadi namun kabarnya di Jambi.
Merespons hal itu, Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Awi Setiyono mengatakan, peserta aksi yang ditangkap bukanlah perwira polisi.
Namun, peserta aksi yang ditangkap karena anarkis saat unjuk rasa di Jambi.
“Terkait video viral di medsos yang mengatakan bahwa Brimob menyamar sebagai mahasiswa dan ditangkap oleh polisi lalu kena pukul personel Sabhara adalah tidak benar,” kata Awi kepada wartawan, Rabu (21/10).
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Awi Setiyono memberikan keterangan kepada wartawan terkait gelar perkara kasus kebakaran gedung Kejaksaan Agung (Kejagung) di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (1/10). Foto: Reno Esnir/ANTARA FOTO
“Yang ditangkap menggunakan baju almamater hijau (kampus Unbari) saat kejadian adalah benar-benar mahasiswa,” imbuh Awi.
ADVERTISEMENT
Awi mengimbau masyarakat tidak terpengaruh video yang bernada provokatif di media sosial. Salah satunya yang membuat narasi tanpa fakta.
“Iya itu makanya salah paham,” ujar Awi.