Refly Harun Prediksi 4 Paslon di 2024: Anies-AHY hingga Ganjar-Cak Imin

18 Februari 2022 14:05 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Refly Harun pada acara Focus Group Discussion (FGD) Konstitusi di Hotel Ashley, Jakarta, Rabu (13/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Refly Harun pada acara Focus Group Discussion (FGD) Konstitusi di Hotel Ashley, Jakarta, Rabu (13/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun berkomentar soal prediksi pasangan calon capres dan cawapres yang kian menghangat jelang Pilpres 2024.
ADVERTISEMENT
Refly membuat prediksi berdasarkan pernyataan Wakil Ketua Umum PPP Arsul Sani kepada kumparan, yang menyebut kemungkinan parpol koalisi Jokowi akan terpecah menjadi tiga koalisi pada Pemilu 2024.
Menurut Refly, bisa saja nanti akan ada 4 koalisi dalam Pilpres. Salah satu skenario yang dilihatnya mungkin yakni pasangan Prabowo Subianto-Puan Maharani, Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyhono (AHY), Ganjar Pranowo-Muhaimin Iskandar (Cak Imin), dan Airlangga Hartarto-Zulkifli Hasan.
"Mungkin kita punya paslon di koalisi PDIP Prabowo-Puan. Di koalisi NasDem it could be possible Ganjar, misal tiba-tiba di-endorse NasDem dan wakilnya Muhaimin Iskandar. Ini andai, ya. Kemudian Airlangga-Zulhas, kemudian Anies dan AHY misalnya," kata Refly dalam siaran YouTube-nya, Kamis (17/2).
Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto dan Puan Maharani bertemu di Istana Negara. Foto: Instagram/@puanmaharaniri
"Maka ya lumayan, ada 4 calon presiden. Kalau itu yang terjadi bagus sedikit. Ada 4 paslon yang barangkali bisa jadi presidential election yang genuine," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Refly menilai PPP, yang saat ini merupakan peraih kursi terkecil di parlemen, bisa menjadi faktor penentu di Pilpres. Yakni dengan berkoalisi dengan PKS dan Demokrat mengusung Anies Baswedan dan AHY di Pilpres mendatang.
Ambang batas Pemilihan Presiden atau Presidential Threshold untuk dapat mencalonkan capres dan cawapres adalah 20 persen kursi DPR RI, atau setidaknya 115 kursi DPR RI. Refly menerangkan, koalisi tiga parpol tersebut sudah cukup menjadi satu poros dengan kursi yang dimiliki masing-masing saat ini.
Hasil Rekapitulasi Suara Pemilu 2019. Foto: kumparan
"PPP bisa jadi faktor determinatif kalau dia mau bakar diri sedikit. Tapi memang sangat bergantung di Suharsonya karena dia jabat sebagai menteri. Artinya dia harus rela jabatannya direshuffle seandainya dia keluar dari peta istana, dia gandeng PKS dan Demokrat untuk usung satu calon," terangnya.
ADVERTISEMENT
"PKS, Demokrat, plus PPP sudah cukup. PKS 50 kursi, kalau enggak salah Demokrat 54. Jadi ditambah 19 kursi, 123 kursi. Kalau PPP nyebrang ke PKS dan Demokrat maka paling tidak pilpres bisa diselamatkan. Ada genuine presidential election, tidak dari satu perkubuan," tambah dia.
Sementara itu, paslon Prabowo-Puan dinilainya bisa saja terbentuk atas keinginan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Sedangkan Golkar, yang saat ini tegas mengusung Ketum Airlangga Hartarto sebagai capres, berpotensi menggandeng Ketum PAN Zulkifli Hasan.
Airlangga Hartarto dan Zulkifli Hasan Foto: Ferio Pristiawan/kumparan
"Kalau Megawati kekeuh calonkan Puan dengan Prabowo, maka Puan dan Prabowo sudah cukup jadi poros. Sisanya berarti Golkar, bisa gandeng salah satu partai yang ada misal mau enggak mau gandeng Zulhas. PAN 44 kursi, Golkar 85 kursi," paparnya.
ADVERTISEMENT
Terakhir, Refly mengatakan, pasangan Ganjar dan Cak Imin tentu akan diusung NasDem berkoalisi dengan PKB. Sebab keduanya juga sudah cukup menjadi satu poros koalisi mengingat NasDem punya 59 kursi dan PKB 58 kursi di parlemen.
Meski begitu, Refly khawatir skenario 4 paslon akan sulit terwujud apabila masih ada campur tangan oligarki yang kuat untuk ajukan capres dan cawapres.
"Kalau ada tangan yang bisa cengkram partai yang ada di istana saat ini, sudah, the game is over. Mereka bisa ciptakan 2 pasangan calon, dan itu calon disuruh berkelahi tapi di antara mereka dan sisanya bagi-bagi kekuasaan," ujarnya.
Refly Terus Dorong PT 0 Persen
Rapat paripurna DPR pengesahan RUU Ibu Kota Negara (RUU IKN). Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan
Di sisi lain, Refly dan sejumlah pihak menggugat ketentuan Presidential Threshold (PT) atau ambang batas pencalonan Presiden 0 persen ke Mahkamah Konstitusi (MK) akhir tahun lalu. Sebab itu ia menegaskan, sebetulnya siapapun seharusnya bisa menjadi capres.
ADVERTISEMENT
"Sekali lagi prefensi saya PT 0 persen sehingga orang-orang di luar mainstream kekuasaan seperti Gatot Nurmantyo, Rizal Ramli, La Nyala Mataliti dan lain sebagainya bisa nimbrung. Perkara siapa yang jagoan akan kita lihat," ungkapnya.
"Kalau emang jagoan akan shining sendiri, kalau enggak hebat tidak berkilau. Itu andai PT kita lebih benar, jadi enggak belum apa apa sudah sangat sektarianistik pemilihannya," tandas dia.