Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Sosok Dosen Fakultas Teknik UGM , Bagas Pujilaksono Widyakanigara, tengah menjadi perbincangan. Musababnya, tulisan Bagas yang berjudul 'Gerakan Makar di UGM saat Jokowi Sibuk Atasi Covid-19' di salah satu media massa dianggap memuat unsur fitnah.
ADVERTISEMENT
Opini Bagas juga viral di grup WA dan medsos. Tulisannya antara lain berbunyi, "Inikah demokrasi, pada saat bangsanya sibuk bergotong-royong mengatasi pandemi Covid-19, kelompok sampah ini justru malah mewacanakan pemecatan Presiden. Ini jelas makar dan harus ditindak jelas."
Tulisan Bagas tersebut merujuk pada diskusi Constitutional Law Society (CLS) atau Komunitas Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM). Judul awal diskusi yaitu 'Persoalan Pemecatan Presiden di Tengah Pandemi Ditinjau dari Sistem Ketatanegaraan' dikritisi Bagas.
Judul diskusi sempat diganti 'Meluruskan Persoalan Pemberhentian Presiden Ditinjau dari Sistem Ketatanegaraan'. Namun teror dan ancaman terhadap narasumber dan mahasiswa kadung terjadi dan diskusi itu pun urung diselenggarakan.
Narasumber diskusi, Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Prof Ni'matul Huda yang belakangan mengadukan Bagas ke polisi. Dia merasa difitnah dengan tulisan Bagas di salah satu media massa. Ni'ma dan Bagas sebenarnya merupakan kawan akrab.
ADVERTISEMENT
"Yang kita adukan Ir KPH Bagas. Diadukan terkait pencemaran nama baik saya. Pelanggaran UU ITE juga fitnah," kata Ni'ma ditemui di Polda DIY, Selasa (2/6).
Lalu, seperti apa sepak terjang Bagas Pujilaksono ini?
Sejumlah informasi menyebut Bagas merupakan dosen Teknik Nuklir di UGM. Isu soal rekam jejak Bagas ini juga beragam, salah satunya dinonjobkan sejak lama.
kumparan sudah berusaha mengkonfirmasi kebenaran isu ini kepada dua Wakil Rektor UGM, yaitu Djagal Wiseso Marseno dan Paripurna Poerwoko Sugarda. Namun tidak ada jawaban.
"Terkait permintaan di atas (isu Bagas dinonjobkan dan mendapat pendampingan psikologis), maaf saya tidak bisa karena saya sebelumnya lama di Lemhannas," kata Djagal, Rabu (3/6).
Namun, satu fakta yang pasti, Bagas ini pernah mencalonkan diri sebagai rektor UGM periode 2017-2022. Dia kalah saing dengan Panut Mulyono, Rektor UGM saat ini.
ADVERTISEMENT
Bagas merupakan satu dari sembilan calon rektor yang resmi menyerahkan formulir pendaftaran dan melengkapi dokumen administrasi.
"Ada 46 pendaftar secara online. Namun, yang mendaftar dan melengkapi dokumen ada 9 orang,” kata Ketua Panitia Kerja (Panja) Seleksi dan Pemilihan Rektor UGM dalam rilis resmi UGM.
Di sisi lain, pada sebuah kesempatan, Bagas mengakui dulu memang gemar mengkritik UGM. Dia beralasan kritik dilakukan karena UGM sudah terpengaruh politik.
"Ya dulu (gemar kritik). Situasi UGM ya terpengaruh dengan politik gitu aja. Nuansa akademiknya kurang kental, politiknya kuat," kata Bagas saat dihubungi kumparan pada 30 Mei 2020.
Kegemaran mengkritik Bagas ini memang benar adanya. Dia tak segan berkomentar segala hal di luar bidangnya. Pada akhir 2018 lalu misalnya, Bagas mengkritik kinerja BMKG terkait deteksi dini tsunami melalui surat terbuka kepada Presiden Jokowi.
ADVERTISEMENT
Dalam surat terbuka tersebut, Bagas meminta adanya perombakan di tubuh BMKG lantaran dianggap lalai dalam memberikan peringatan dini tsunami di Selat Sunda. Akibatnya, bencana tersebut menelan banyak korban jiwa hingga lebih dari 400 orang.
“Bukan bermaksud menyalahkan siapa pun. Namun kasus (tsunami) Selat Sunda jelas ini adalah bentuk kegagalan BMKG dalam memberikan early warning kepada rakyat sehingga harus jatuh banyak korban. Hal ini tidak harus terjadi jika kinerja BMKG sesuai tupoksinya. Ini kegagalan BMKG untuk kedua kalinya pascatsunami Palu,” kata Bagas dalam surat terbukanya itu.
Meski bidang utamanya adalah teknik, Bagas juga tak segan berkomentar soal politik. Misal saja, menyatakan malu punya wakil rakyat seperti Hanum Rais hingga meminta Anies Baswedan mundur dari jabatan gubernur DKI.
ADVERTISEMENT
"Sekali lagi sebagai sesama muslim dan alumni Universitas Gadjah Mada, memohon Pak Anies mundurlah secara terhormat. Balik ke kampus menjadi ilmuwan, Anda lebih pantas dan terhormat. Jaga nama baik almamatermu," kata Bagas dalam surat terbukanya.
Terakhir, gaya kritik main tebas Bagas ini berujung polemik. Tulisannya soal diskusi komunitas Hukum Tata Negara CLS FH UGM dianggap menjadi pemantik sederet aksi teror kepada narasumber dan mahasiswa yang terlibat diskusi. Meski, Bagas sendiri mengelak bahwa dirinya sebagai provokator.
"Saya tidak berlebihan mengembangkan opini pribadi, bagi saya kalau presiden yang terpilih secara sah demokratis diturunkan itu artinya makar. Ini pendapat saya itu sederhana. Itu jelas sekali judulnya provokatif persoalan pemecatan presiden saat pandemi kan begitu," kata Bagas.
ADVERTISEMENT
Saat diwawancara 30 Mei, Bagas mempersilakan kalau ada pihak yang menganggap dirinya memprovokasi. Dia juga menegaskan teror itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan tulisan dirinya.
"Silakan saja nanti kan dibuktikan apakah betul teror tersebut atas tulisann saya," ujar Bagas seraya mengutuk aksi teror tersebut.
Namun, setelah Ni'ma mengadukan dirinya ke polisi, Bagas enggan berkomentar banyak. Bahkan, ketika awak media menghubunginya dia bergegas menjawab meski pertanyaan belum diajukan.
"Saya sudah tidak mau bicara lagi, nuwun," kata Bagas.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )
*****
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.