Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Rekan Kian Lantang Bersuara: HDS ‘Krimi’ Tipu Instansi Malaysia
26 November 2017 12:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
ADVERTISEMENT
Terbongkarnya kebohongan Krimi alias HDS, mantan mahasiswa Universitas Indonesia yang kini berkuliah di Universitas Malaya Kuala Lumpur, bak membuka kotak pandora. Teman dan rekan sejawat Krimi, baik di UI maupun UM, muncul dan kian lantang bersuara di media sosial, memberikan kesaksian mereka.
ADVERTISEMENT
Setelah seorang alumni UM menghubungi kumparan, Sabtu (25/11), untuk menginformasikan bahwa Anugerah Tokoh Mahasiswa Berprestasi Internasional 2016/2017 yang diraih Krimi di Malaysia diperoleh dengan cara curang , beberapa rekan Krimi lainnya menyuarakan hal serupa.
Ksatriya Ananta, pelajar Indonesia yang juga berkuliah di Malaysia, menyatakan Krimi berhasil menipu Kementerian Pendidikan Tinggi Malaysia--instansi yang memberikan Anugerah Tokoh Mahasiswa Berprestasi Internasional.
“Saya tidak bermaksud merendahkan UM atau Ministry of Higher Education-nya Malaysia. Tapi, kalau instansi setinggi itu saja bisa tertipu, kita harus waspada dengan sepak terjang dia (Krimi),” kata Ananta via akun Twitter-nya, @The_Ananta.
Ananta yang menempuh studi di Universitas Teknologi Malaysia itu mengatakan, Krimi memalsukan salah satu syarat untuk meraih Anugerah Tokoh Mahasiswa Berprestasi Internasional.
ADVERTISEMENT
“Dia mengaku menjadi handler untuk Indonesian Festival di UM, padahal dia bukan handler acara tersebut,” ujar Ananta.
Atas Anugerah Mahasiswa Berprestasi itu, ujar Ananta, Krimi berhak memperoleh sejumlah uang. “Juga full scholarship untuk lanjut postgraduate di universitas negeri di Malaysia, terserah dia mau pilih yang mana.”
Padahal sebelumnya, Krimi dalam klarifikasinya , Jumat (24/11), menyatakan, “Segala pencapaian saya di Malaysia termasuk sebagai peraih Anugerah Tokoh Siswa (Mahasiswa Berprestasi Nasional) 2016/2017 untuk International Students dan CoCurriculum Excellence Award adalah murni usaha saya dan bukan rekayasa.”
Soal klaim jujur Krimi atas Anugerah Mahasiswa Beprestasi yang ia raih itulah, yang kemudian membuat berang sejumlah rekannya di Malaysia.
“Saya selaku mantan mahasiswa University Malaya pada masa yang sama dengan HDS (Krimi), menemukan beberapa fakta yang tidak akurat dari pernyataan HDS tersebut, terutama terkait Anugerah Tokoh Mahasiswa International yang diraihnya,” kata teman seangkatan Krimi di Universitas Malaya yang enggan disebut namanya.
ADVERTISEMENT
Anugerah Tokoh Mahasiswa Internasional, ujarnya, mensyaratkan kandidatnya menjadi project director untuk dua event skala nasional. Masalahnya, untuk memenuhi syarat itu, HDS mengklaim posisi sebagai project director Festival Kebudayaan Indonesia ID Fest 2015, meski nyatanya ia tak memegang jabatan itu.
HDS kala itu tepatnya menjabat ketua fundraising ID Fest 2015, namun disebut tak berkontribusi apapun terhadap ID Fest karena tengah mengikuti program pertukaran pelajar ke Korea Selatan.
Masalah kian meruncing ketika HDS ketahuan teman-temannya memalsukan dokumen proposal dan lembar pertanggungjawaban (LPJ) ID Fest 2015.
“Maret 2017, salah satu housemate HDS yang juga crew ID Fest menemukan salinan proposal dan LPJ program ID Fest yang mengatasnamakan HDS sebagai project director program tersebut. Hal ini mengundang kecaman seluruh crew ID Fest 2015. Terlebih pada masa itu HDS tengah mengikuti seleksi kompetisi Tokoh Mahasiswa Internasional, di mana ia selalu mempromosikan diri melalui akun media sosialnya,” kata sumber kumparan yang juga salah satu kru ID Fest 2015.
ADVERTISEMENT
HDS akhirnya memang memenangi Anugerah Tokoh Mahasiswa Internasional lewat pemalsuan perannya sebagai Project Director ID Fest 2015 itu. Ini membuat HDS dihujani celaan oleh rekan-rekannya. Namun ia disebut bersikap tak peduli.
Kesaksian alumni UM di atas bak gayung bersambut. Berikutnya, muncul keterangan serupa dari alumni UM lain yang juga mengenal HDS.
“Saya ikut bersuara karena memiliki wewenang, juga menjadi bagian dari acara tahunan kebanggaan anak Indonesia di kampus kami (UM), ID Fest 2015,” kata dia, yang juga meminta namanya tak disebutkan.
Ia mengatakan sama sekali tak punya masalah personal dengan HDS. “Cuma gak mau dia ngulangin kesalahan yang sama fatalnya. Karena semakin kita membiarkan, risiko manipulasi akan terulang.”
Dia juga menegaskan, “Sebagian yang diklarifikasi HDS masih berselubung kebohongan. Full of lies. Saya tahu betul sepak terjang yang bersangkutan.”
ADVERTISEMENT
Selama ini, ujarnya, kawan-kawan HDS masih toleran dengan manipulasi yang ia lakukan. “Tapi kali ini kami betul-betul tidak bisa tinggal diam. Perilakunya sudah melampui batas dan perlu dihentikan. Efek jera perlu diterapkan.”
Sementara HDS secara terpisah mengatakan tak ingin membahas kasus ini lebih lanjut. “Karena apapun tanggapan orang dan bagaimanapun klarifikasi saya, kalau orangnya tidak suka dengan saya dan tidak puas dengan klarifikasi saya, masalah ini tidak akan selesai,” kata dia.
Kisah tentang HDS mulai viral saat Fauziah Zen, seorang dosen UI, melalui akun Twitter-nya, @fautherklots, Selasa (21/11), mencuit tentang kronologi kebohongan HDS ketika masih menjadi mahasiswa UI hingga akhirnya hijrah ke Negeri Jiran.