Rekonstruksi Penembakan Sugianto: Rp 200 Juta untuk Eksekusi-Adegan Kesurupan

26 Agustus 2020 8:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tersangka NL (otak pembunuhan) memberikan uang ke pembunuh bayar dalam rekonstruksi di Polda Metro Jaya. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Tersangka NL (otak pembunuhan) memberikan uang ke pembunuh bayar dalam rekonstruksi di Polda Metro Jaya. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Polda Metro Jaya telah menggelar rekonstruksi kasus penembakan terhadap pemiliki perusahaan pelayaran bernama Sugianto di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (25/8). Rekonstruksi itu dilakukan di 2 lokasi, yakni di Polda Metro Jaya dan di lokasi penembakan.
ADVERTISEMENT
Total ada 12 tersangka yang ditetapkan dalam kasus penembakan ini. Sejumlah fakta-fakta menarik muncul dari rekonstruksi yang dilaksanakan. Apa saja?
Rp 200 Juta Untuk Eksekusi
Dalam adegan rekonstruksi polisi menghadirkan 12 tersangka termasuk Nur Luthfiah selaku pegawai yang juga otak pembunuhan. Uang Rp 200 juta disiapkan untuk membayar 'pasukan' eksekusi yang hendak disewa Nur.
Dalam video yang diterima kumparan, tampak Nur Luthfiah memberikan uang Rp 200 juta ke suami sirinya, Ruhiman, sebagai biaya merancang penembakan di Kelapa Gading.
Setelah itu, tampak para pelaku pembunuhan melakukan pertemuan di salah satu lokasi. Dalam pertemuan tersebut, turut hadir Nur Luthfiah setelah dihubungi oleh salah satu pelaku.
Tersangka NL (otak pembunuhan) memberikan uang ke pembunuh bayar dalam rekonstruksi di Polda Metro Jaya. Foto: Dok. Istimewa
34 Adegan Rekonstruksi
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus mengatakan para tersangka memperagakan 34 adegan dalam kasus penembakan di Kelapa Gading ini. Rekonstruksi dilakukan mulai dari mendapatkan pistol hingga selesai eksekusi.
ADVERTISEMENT
"Di tempat ini kita lakukan ada sekitar 34 adegan karena ada tambahan 1 LP (laporan polisi) yang berbeda dalam hal senjata api yang diancam UU Darurat nomor 12 tahun 1951," kata Yusri kepada wartawan, Selasa (25/8).
Yusri menyebut rekonstruksi dibagi dalam tiga bagian. Pertama adalah adegan saat Arbain Junaedi (56) membeli pistol dari tersangka Totok Hariyanto (64) dengan perantara Supriyanto (57). Adegan ini dilakukan pada 2012.
Bagian kedua adalah proses perencanaan mulai dari Nur meminta suami sirinya Ruhiman untuk membunuh Sugianto hingga satu hari sebelum eksekusi dilakukan. Di bagian ini ada 20 adegan yang diperagakan para tersangka.
Lalu bagian terakhir ialah saat semua tersangka berkumpul usai melakukan eksekusi pada 13 Agustus. Dalam rekonstruksi ditunjukan pembagian uang Rp 200 juta sebagai imbalan pembunuhan.
ADVERTISEMENT
"Ada 7 adegan terakhir pasca dilakukan eksekusi bagaimana mereka membagi hasil uang yang disiapkan NL (Nur Luthfiah) yang dititipkan kepada J (Arbain Junaedi) maupun M (Dikky Mahfud) sampai dengan bagaimana dia menyimpan kendaraan dan barang bukti yang lain," kata Yusri.
Minta Suami Siri Bunuh Sugianto Sejak Maret
Fakta permintaan pembunuhan yang dilakukan oleh Nur Lutfiah kepada suami sirinya disampaikan sejak Maret 2020. Hal tersebut terungkap dalam rekonstruksi pada bagian kedua.
"Bagaimana dia mengeluh pada suami sirinya mulai dari Maret lalu dengan alasan-alasan motifnya dia kenapa sakit hati dengan korban juga merasa akan dilaporkan polisi masalah penggelapan pajak yang dituduhkan ke NL (Nur Luthfiah) ini," kata Yusri.
Permintaan pembunuhan itu baru disanggupi oleh Ruhiman pada awal Agustus 2020. Saat itu, Nur menyiapkan Rp 200 juta untuk semua kebutuhan yang diperlukan dalam penembakan di Kelapa Gading itu.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Glock 17. Foto: Shutter Stock
Ada Adegan Kesurupan!
Dari 34 adegan rekonstruksi yang dilakukan, ada satu yang menarik perhatian. Otak pembunuhan Nur Luthfiah kemasukan arwah orang tuanya.
Peristiwa kesurupan itu diperagakan dalam adegan ke-9 yang merekonstruksi kejadian pada 9 Agustus 2020 di Hotel Ciputra, Cibubur, Jakarta Timur. Saat itu para tersangka tengah berkumpul di salah satu kamar kemudian tiba-tiba saja Nur kerasukan.
"Assalamualaikum apakah kalian siap berjuang?" kata penyidik menirukan perkataan Nur saat kerasukan.
"Siap eyang," jawab para tersangka.
"Maman kapan kamu menepati janjimu?" tutur kembali penyidik menirukan ucapan Nur.
Nur sempat pingsan saat kesurupan pada 9 Agustus itu. Usai kerasukan roh, ia kembali sadar dan duduk kembali.
Ayah Nur diketahui merupakan seorang guru spiritual. Para tersangka yang terlibat dalam pembunuhan merupakan murid dari orang tua Nur. Termasuk eksekutor penembakan, Dikky Mahfud.
ADVERTISEMENT
Coba Kelabui Polisi
Menyambung adanya adegan kesurupan, polisi tidak langsung begitu saja percaya. Tingkah Nur itu justru membuat polisi semakin mencurigainya. Ditambah pernyataannya yang kerap berubah-ubah kepada penyidik.
"Dari situ kami melakukan tes poligraf juga ternyata hasilnya bahwa ada semacam kebohongan dari hasil ahli poligraf," kata Kasatreskrim Polres Jakarta Utara Kompol Wirdhanto Hadicaksono.
Poligraf adalah alat untuk uji kebohongan. Alat ini digunakan dengan sistem gelombang. Jika berbohong gelombang yang ditunjukkan alat ini akan bergetar cepat.
Polisi memastikan adegan kesurupan itu hanyalah usaha Nur untuk menutupi perbuatannya. Karena pada akhirnya ia dan komplotannya menjadi tersangka pembunuhan itu.
"Yang jelas ketika faktanya akhirnya terungkap bahwa ternyata penyampaian pada saat kesurupan tidak benar, berarti patut diduga bohong," kata Wirdhanto.
ADVERTISEMENT
Latar Belakang Kasus
Sugianto ditembak oleh tersangka Dikky Mahfud pada 13 Agustus 2020 di depan kantornya wilayah Kelapa Gading, Jakarta Utara. Pelaku penembakan itu ialah orang suruhan Nur.
Pembunuhan itu bermotif sakit hati karena Nur yang merupakan karyawati Sugianto yang kerap dilecehkan oleh bosnya tersebut.
Selain itu Nur juga merasa takut karena Sugianto mengancam akan melaporkan Nur ke polisi karena diduga menggelapkan uang pajak kantor. Total 12 dijerat tersangka di kasus ini.