Rektor ITB: SBM Tahun 2003 Berbeda dengan Sekarang, Perlu Ada Integrasi

24 Maret 2022 17:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gedung SBM ITB. Foto: Dok. SBM ITB
zoom-in-whitePerbesar
Gedung SBM ITB. Foto: Dok. SBM ITB
ADVERTISEMENT
Kisruh SBM ITB telah sampai dibicarakan di meja rapat DPR Komisi X. Rektor ITB Reini Wirahadikusumah memenuhi panggilan DPR untuk memberikan pernyataannya terkait polemik yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Reini menyebut bahwa hak swakelola SBM ITB yang tercantum pada SK Rektor Nomor 203 tahun 2003 didorong oleh faktor situasi pada tahun 2000-an kala SBM ITB didirikan.
Menurutnya, Rektor ITB pada masa itu ingin memberikan kekhususan agar SBM ITB dapat tumbuh dengan lebih cepat sebagai fakultas baru di ITB.
"(Diberikan kekhususan) bagi suatu program yang baru waktu itu dan juga suasananya adalah tahun 2000-an, berbeda dengan sekarang," tutur Reini di DPR, Kamis (24/3).
Menurutnya, kekhususan yang diberikan kepada SBM ITB itu juga tidak berlaku selamanya, melainkan bisa berhenti pada waktu tertentu atau sifatnya terbatas.
Dia menjelaskan pendirian SBM merupakan pilot project ITB BHMN, dengan kekhususan untuk kebutuhan proyek tersebut, sesuai PP 155 2000. Pada masa itu status ITB sebagai BHMN.
ADVERTISEMENT
"SK 2003 itu kan suasana kita tahu arahnya otonomi yang mungkin masih mencari-cari bentuk. ITB melakukan banyak catatan pada waktu itu dan kekhususan diberikan dalam waktu yang terbatas degan misi khusus," papar Reini.
Selain itu, status keuangan swakelola otonomi jika masih berlaku maka tidak sesuai dengan Statuta ITB berdasarkan PP Nomor 65 Tahun 2013 yang berinduk pada UU No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
Reini juga menyebut, fasilitas di SBM ITB saat ini sudah terpenuhi. Sementara untuk penyelenggaraan lab dan fasilitas di prodi atau fakultas-fakultas lain perlu disejajarkan. Karenanya dibutuhkan transformasi yang bertujuan untuk mengintegrasikan semua sistem di ITB.
"Ini sesuatu yang diperdebatkan secara internal, didengarnya baru sekarang, tapi bukan masalahnya baru sekarang. Ini perdebatan internal yang selalu ada evaluasi. Saat ini kita tidak ada pilihan lain selain integrasi karena keniscayaan untuk transformasi," tegasnya.
ADVERTISEMENT