Rektor UII Minta Gelar Profesornya Tak Ditulis

18 Juli 2024 17:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rektor UII, Fathul Wahid. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Rektor UII, Fathul Wahid. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Fathul Wahid, meminta gelar lengkapnya seperti profesor dan lain sebagainya tak perlu ditulis kecuali untuk ijazah. Hal itu ia sampaikan melalui Surat Edaran Rektor UII.
ADVERTISEMENT
"Dalam rangka menguatkan atmosfer kolegial dalam tata kelola perguruan tinggi, bersama ini disampaikan bahwa seluruh korespondensi surat, dokumen, dan produk hukum selain ijazah, transkrip nilai, dan yang setara itu dengan penanda tangan Rektor yang selama ini tertulis gelar lengkap 'Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D.' agar dituliskan tanpa gelar menjadi 'Fathul Wahid'. Demikian pemberitahuan ini disampaikan, atas perhatian Ibu Bapak kami mengucapkan terima kasih," tulis surat edaran tersebut.
Fathul menjelaskan latar belakang menghilangkan gelarnya di berbagai dokumen. Menurutnya upaya itu sudah dia lakukan sejak lama.
"Sebetulnya upaya itu sudah saya lakukan sejak lama, sejak saya diangkat profesor, karena kami menganggap itu kan terkait dengan jabatan akademik, yang lebih banyak punya tanggung jawab daripada berkah," kata Fathul melalui sambungan telepon dengan wartawan, Kamis (18/7).
ADVERTISEMENT
Gelar tersebut memiliki tanggung jawab akademik dan moral. Sehingga menurut Fathul itu tidak relevan untuk dicantumkan di dalam dokumen-dokumen. "Termasuk dalam kartu nama dan lain-lain," bebernya.
Fathul menjelaskan ini adalah pendapat personal. Dia tak memaksa orang lain untuk mengikuti dirinya.
"Saya mencoba menjadikan ini sebagai gerakan kultural. Kalau ini bersambut maka itu akan sangat baik. Sehingga jabatan profesor ini lebih dianggap sebagai amanah dengan tanggung jawab," kata Fathul.
Paling tidak ke depan dia ingin di Indonesia tidak ada sekelompok orang, maupun politisi dan pejabat mengejar-ngejar jabatan profesor. "Karena yang dilihat tampaknya lebih (mengejar) ke status ya. Bukan sebagai tanggung jawab amanah," bebernya.
Meski merupakan inisiatif personal, dirinya akan senang bila hal ini dilakukan pula oleh orang lain. "Dan kalau media ikut melantangkan saya juga senang," katanya.
ADVERTISEMENT

Soal Struktural UII

Soal struktural UII apakah harus mengikuti ini, Fathul membebaskan. Menurutnya hal ini personal dan dia tak bisa melarang.