Rektor Universitas Indonesia: Ekonomi RI Masih Terbaik di Tengah Krisis Global

30 Agustus 2022 12:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rektor UI Ari Kuncoro. Foto: Feru Lantara/ANTARA
zoom-in-whitePerbesar
Rektor UI Ari Kuncoro. Foto: Feru Lantara/ANTARA
ADVERTISEMENT
Rektor UI Ari Kuncoro menyebut beberapa faktor yang memicu perekonomian Indonesia di kuartal-II tahun 2022 tumbuh sebesar 5,4% di tengah krisis global. Di antaranya adalah ekspor dan ketahanan ekonomi dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Konsumsi masyarakat tumbuh 5,51% yang didukung oleh sektor-sektor yang berorientasi mobilitas seperti transportasi, perdagangan, pariwisata dan manufaktur ringan.
Selain itu, Ari Kuncoro mencoba menjelaskan lebih spesifik terkait dampak yang terjadi terhadap resiliensi pertumbuhan ekonomi dan ketahanan fiskal.
“Subsidi dari pemerintah berdampak positif ditengah pandemi, salah satunya terhadap UMKM. Namun masalah saat ini adalah konflik Ukraina-Rusia yang menyebabkan harga minyak naik. Jadi, strategi untuk mendorong perekonomian dalam negeri dengan mengandalkan mobilitas memerlukan penyesuaian-penyesuaian untuk ketahanan anggaran,” kata dia dalam Wawancara bertema “Resiliensi Pertumbuhan Ekonomi dan Ketahanan Fiskal, dikutip Selasa (30/8).
Meski demikian Rektor Universitas Indonesia tersebut melanjutkan bahwa terdapat kemungkinan dunia akan terfragmentasi, termasuk potensi eskalasi konflik AS-China tentang Taiwan. Dan konflik antar negara lainnya sehingga Pemerintah harus mengandalkan ketahanan dalam negeri.
ADVERTISEMENT
"Di situlah APBN berfungsi menyiapkan kapasitas produksi dalam negeri."
Jika melihat dari data lainnya, berdasarkan catatan World Bank, maka kenaikan harga komoditas mampu mendukung pertumbuhan ekonomi negara-negara eksportir komoditas di Asia Timur dan Pasifik, seperti Indonesia dan Malaysia.
“Krisis pangan mungkin akan ada perbaikan dengan dibukanya koridor ekspor yang disetujui oleh Ukraina dan Rusia untuk gandum. Namun energi dijadikan senjata oleh negara-negara yang berkonflik,” terang dia.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap harga minyak seperti resesi AS dan ketidakpastian kondisi global yang menyebabkan belum adanya ketetapan harga minyak serta mempengaruhi harga komoditas lainnya, khususnya kebutuhan pokok.
Ari melanjutkan, masyarakat yang terdampak pandemi memerlukan relaksasi mobilitas, sehingga kebutuhan BBM bersubsidi melebihi kuota yang tersedia. Hal ini menjadi bahaya karena semua tersedot ke arah subsidi dan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Ini menyebabkan harus ada kompromi antara subsidi dengan ketahanan fiskal. Tatanan fiskal perlu ditingkatkan untuk bisa menunjang kapasitas produksi di masa depan.
ADVERTISEMENT
“Perekonomian harus ada geliatnya. BLT merupakan hal penting, tapi untuk UMKM hanya menyangga sebagian dari pendapatannya. Untuk itu, ketahanan fiskal sangat diperlukan,” ucapnya.
Hal lainnya adalah berupa database yang digunakan pemerintah untuk membagikan BLT saat Covid-19 bisa dipakai saat ini. Hal tersebut akan menjadi semacam bantalan untuk berjaga-jaga jika penyesuaian harga BBM harus dilakukan.
Selain itu, ini akan membuat tidak adanya penurunan konsumsi secara drastis. Jadi kombinasi ini diharapkan akan membuat pertumbuhan ekonomi tetap bisa berjalan seandainya ada penyesuaian harga BBM, dan hal ini akan mempertahankan keseimbangan antara resiliensi pertumbuhan dan ketahanan fiskal.
“Nantinya sebagian APBN yang dapat dibebaskan karena penyesuaian harga BBM bisa digunakan untuk cadangan lain. Bisa untuk kesehatan, irigasi, infrastruktur jalan, dan lain-lain,” tegas Ari Kuncoro.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, dalam Hukum Philips disebutkan bahwa semakin tinggi pertumbuhan ekonomi semakin tinggi inflasi. Dalam situasi saat ini kita lebih moderat karena yang dibutuhkan adalah pertumbuhan positif di jalur pertumbuhan jangka panjang Indonesia dan masyarakat menengah ke bawah bisa memperoleh kehidupan dan inflasi terkendali.
Dalam diskusi tersebut, Ari Kuncoro menekankan bahwa infrastruktur yang berkaitan dengan pertanian menjadi penting dan pengeluaran-pengeluaran untuk infrastruktur pertanian. Termasuk untuk jalur-jalur di pedesaan perlu terus dijaga karena akan menjaga mobilitas dan produksi dari kota ke desa maupun sebaliknya.
“Tantangan ke depan adalah bagaimana Indonesia masuk ke dalam rantai pasokan dunia, yang ada kemungkinan relokasi industri ke Indonesia. Untuk menunjangnya diperlukan kawasan-kawasan industri dan transportasi,” tutupnya.
ADVERTISEMENT