Rektor USU Bicara 'UKT Mahal': Ada Kesalahan Mahasiswa, Sistem Kampus Juga Lalai

15 Mei 2024 18:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rektor USU, Muryanto Amin. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Rektor USU, Muryanto Amin. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rektor Universitas Sumatera Utara (USU), Muryanto Amin, turut bicara soal ramai pembahasan mahalnya dan ketidaksesuaian penggolongan uang kuliah tunggal (UKT).
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, mahasiswa USU juga sudah menggelar demo di depan Gedung Rektorat USU pada pekan lalu terkait hal ini.
“Intinya begini, salah satu sumber pembiayaan karena negara belum bisa memenuhi kebutuhannya maka ada partisipasi masyarakat. UKT salah satu aja yang bisa memenuhi tadi kesenjangan itu,” kata Muryanto di Gedung DLCB USU pada Rabu (15/5).
“Kalau dilihat dari strukturnya dari BKT (biaya kuliah tunggal) , BKT itu biaya yang dibutuhkan mahasiswa selama satu semester. UKT yang ditetapkan USU itu dan kategorinya paling tinggi Rp 16 juta untuk kesehatan dan paling BKT tertinggi Rp 29 juta. Dan sisanya masih ada tuh 46 persen lagi. Dari kerja sama USU, pemanfaatan aset,” sambung dia.
Menurut Muryanto, kenaikan UKT sudah dipertimbangkan secara matang. Sementara untuk penggolongan UKT, kata Muryanto, masih bisa disanggah.
ADVERTISEMENT
“Kalau ada UKT di luar kemampuan orang tuanya atau yang membiayai bisa ajukan keringanan,” kata dia.
Menurut Muryanto, ada dua penyebab permasalahan soal penggolongan UKT. Pertama, kesalahan mahasiswa dalam mengisi data. Kedua, kesalahan sistem verifikasi kampus.
“Misal anak tukang es disuruhlah keponakannya isi data UKT. Diisilah data keluarga dia, tinggilah jadinya (golongan UKT-nya),” kata dia.
“Ada (pula) verifikasi kampus mungkin lalai. Tapi itu sebenarnya sistem. Di sini pada saat mengajukan sanggah, data baru masuk, kesalahan kita mungkin malas memverifikasi ulang, itu tadi saya ingatkan enggak boleh malas,” ujarnya.