Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Relokasi PKL Demi Wujudkan Malioboro Warisan Budaya Dunia UNESCO, Apa Itu?
27 Desember 2021 18:59 WIB
·
waktu baca 7 menitADVERTISEMENT
Kawasan Malioboro selama ini dikenal sebagai ikon Kota Yogyakarta. Namun, banyak yang tidak tahu bahwa Malioboro juga merupakan bagian dari Sumbu Filosofi Yogya.
ADVERTISEMENT
Sumbu Filosofi Yogya tak lain adalah sumbu lurus yang menghubungkan antara Tugu Golong-gilig atau Pal Putih, Kraton Yogyakarta, dan Panggung Krapyak. Garis imajiner itu turut melintasi Malioboro.
Belakangan, kawasan Malioboro tengah menjadi perbincangan. Pemda DIY berencana merelokasi PKL di Malioboro demi mewujudkan Sumbu Filosofi Yogya di kawasan Malioboro sebagai warisan dunia.
Sumbu Filosofi Yogya memang tengah diajukan menjadi salah satu Warisan Budaya Dunia Tak Benda UNESCO. Sehingga Pemda DIY merasa perlu ada pembenahan untuk mempercantik Malioboro.
"Lho iya, karena kan kita juga ingin membangun kerja sama dengan UNESCO untuk sumbu filosofisnya," kata Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X (Sultan HB X) saat ditemui di Kepatihan Pemda DIY pada 2 Desember lalu.
ADVERTISEMENT
Sultan mengatakan bahwa rencana relokasi PKL Malioboro ke gedung eks gedung Bioskop Indra sudah ada sejak lama. Eks gedung Bioskop Indera ini sebenarnya masih di kawasan Malioboro, tetapi letaknya menjorok ke dalam.
"Kan sudah lama dulu kan sudah dibangun dari Indra (tempat untuk PKL)," kata Sultan.
Berdasarkan website Pemda DIY, pengolahan Sumbu filosofi nantinya akan menjadi perbaikan di segala aspek termasuk transportasi. Termasuk pula untuk meningkatkan potensi wisata, budaya, hingga perekonomian masyarakat dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Sejarah Sumbu Filosofi Yogya
Seperti penjelasan sebelumnya, Sumbu Filosofi Yogyakarta adalah sumbu lurus yang menghubungkan antara Tugu Pal Putih, Keraton Yogyakarta, dan Panggung Krapyak.
Sultan Hamengku Buwana I memang sangat kental filosofi ketika membangun Yogyakarta. Dia membangun Yogyakarta dengan titik pusatnya berada di Keraton Yogyakarta. Lalu didirikan Tugu Golong-gilig (Pal Putih) di sisi utara keraton, dan Panggung Krapyak di sisi selatannya. Dari ketiganya ini ketika ditarik garis lurus membentuk sumbu imajiner yang disebut sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
"Secara simbolis filosofis poros imajiner ini melambangkan keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhannya (Hablun min Allah), manusia dengan manusia (Hablun min Annas) maupun manusia dengan alam termasuk lima anasir pembentuknya yakni api (dahana) dari Gunung Merapi, tanah (bantala) dari bumi Ngayogyakarta dan air (tirta) dari Laut Selatan, angin (maruta) dan akasa (ether)," dikutip dari website resmi Pemda DIY.
"Demikian juga tiga unsur yang menjadikan kehidupan (fisik, tenaga dan jiwa) telah tercakup di dalam filosofis sumbu imajiner tersebut. Sri Sultan Hamengku Buwana yang menyandang gelar Sayidin Panatagama Kalifatullah konsep filosofi sumbu imajiner yang Hinduistis ini kemudian mengubahnya menjadi konsep filosofi Islam Jawa “Hamêmayu Hayuning Bawana”, dan “Manunggaling Kawula lan Gusti”," jelasnya.
Selain itu, Tugu Golong-gilig atau Pal Putih dan Panggung Krapyak merupakan simbol dari Lingga dan Yoni yang memiliki makna kesuburan. Tugu Golong-gilig sendiri melambangkan keberadaan Sultan dalam melaksanakan proses kehidupan.
ADVERTISEMENT
"Hal tersebut ditunjukkan dengan menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa secara tulus yang disertai satu tekad menuju kesejahteraan rakyat (golong-gilig) dan didasari hati yang suci (warna putih). Itulah sebabnya Tugu Golong-Gilig ini juga sebagai titik pandang utama (point of view) sultan pada saat melaksanakan meditasi di Bangsal Manguntur Tangkil di Sitihinggil Utara," jelasnya.
"Hubungan filosofi antara Tugu, Kraton dan Panggung Krapyak dan sebaliknya yang bersifat Hinduistis ini oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I diubah menjadi konsep filosofi Islam Jawa “Sangkan Paraning Dumadi”," terangnya
Dijelaskan bahwa, dari Panggung Krapyak ke utara memiliki filosofi manusia sejak lahir hingga menikah dan melahirkan anak. Kemudian Alun-alun Selatan menggambarkan manusia yang sudah dewasa dan berani meminang gadis karena sudah akhir baligh.
ADVERTISEMENT
Tugu Golong-Gilig/Tugu Pal Putih ke arah selatan juga memiliki filosofi tersendiri yaitu menggambarkan perjalanan manusia menghadap Sang Kholiq.
"Golong gilig melambangkan bersatunya cipta, rasa dan karsa yang dilandasi kesucian hati (warna putih) melalui Margatama (jalan menuju keutamaan) ke arah selatan melalui Malioboro (memakai obor/pedoman ilmu yang diajarkan para wali), terus ke selatan melalui Margamulya, kemudian melalui Pangurakan (mengusir nafsu yang negatif)," jelasnya.
"Keberadaan Kompleks Kepatihan dan Pasar Beringharjo melambangkan godaan duniawi dan godaan syahwat manusia yang harus dihindari. Sepanjang jalan Margatama, Malioboro dan Margamulya ditanam pohon asem (Tamarindus indica) yang bermakna sêngsêm/ menarik dan pohon gayam (Inocarpus edulis) yang bermakna ayom/teduh," jelasnya.
Relokasi PKL Awal 2022
Pemda DIY berencana bahwa pada Januari 2022, PKL sudah bisa direlokasi. Kepala Dinas Koperasi dan UKM (Dinkop UKM) DIY Srie Nurkyatsiwi mengatakan dua tempat untuk relokasi yaitu eks Bioskop Indera maupun eks gedung Dispar DIY akan selesai bulan Desember untuk sarana dan prasarana.
ADVERTISEMENT
"Sambil berproses kita targetnya 2022. Iya Januari. Kita belum tahu (mulainya) kita berproses, harapannya Januari menjadi bulan yang kita targetkan," kata Siwi di Kepatihan Pemda DIY, Senin (27/12).
Selama ini pihaknya telah melakukan pendataan PKL yang akan direlokasi. Sejauh ini jumlah PKL berkisar 1.700an orang.
"Data sementara total 1.700an (PKL) ya yang ada di area di Malioboro dan sekitarnya. Karena data pasti akan mengikat terhadap legalitasnya," ujarnya.
Selanjutnya, dari data tersebut akan dipetakan mana PKL yang direlokasi ke gedung eks Bioskop Indera dan mana yang akan direlokasi ke eks gedung Dispar DIY.
"Karena nggak mungkin mereka akan menjadi satu. Sambil berbenah ini menjadi ketugasan kita bersama pasti kita akan sinergi dengan teman-teman PKL," jelasnya.
Sinergi yang dimaksud adalah agar relokasi ini tidak hanya sekadar memindahkan PKL saja tetapi juga memastikan keamanan dan kenyamanan PKL. Selain juga memastikan usaha para PKL ini tetap hidup meski harus berpindah.
ADVERTISEMENT
Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji menjelaskan alasan relokasi ini menurutnya adalah untuk penataan Sumbu Filosofi. Selain juga untuk memberikan kepastian PKL dalam mengembangkan usahanya karena mendapatkan tempat yang lebih bagus.
"Ya saya kira dalam rangka untuk dua duanya, pertama dalam rangka penataan sumbu filosofi. Yang kedua untuk memberikan kepastian orang berusaha. PKL kalau kita berikan tempat yang lebih permanen lebih menjadi keberadaannya kan menjadi lebih bagus. Tujuan bukan untuk hal yang tidak baik tapi memberikan kepastian dia berusaha," kata Aji.
PKL Khawatir
Rencana relokasi membuat PKL Malioboro khawatir. Wakil Ketua Paguyuban Handayani Sukino (50) dihubungi wartawan melalui sambungan telepon pada Senin (29/11) lalu mengatakan bahwa kabar ini membuat mereka khawatir soal pendapatan. Pasalnya pandemi telah membuat mereka terpuruk dua tahun ini.
ADVERTISEMENT
Eks gedung Bioskop Indra meski masih berada di kawasan Malioboro tetapi dianggap tidak strategis lantaran lokasinya menjorok ke dalam. Selain itu, lokasi juga disebut sempit.
"Tentu kami juga sangat kesulitan pertama saat kondisi ekonomi kaya gini, itu salah satu yang membuat teman-teman keberatan," ujarnya.
Malioboro juga disebut akan kehilangan ciri khasnya. Sukino yang menjadi PKL sejak 1995 mengatakan bahwa PKL juga turut andil membuat Malioboro menjadi ramai.
"Kami sebagai PKL salah satu masyarakat walaupun kecil-kecilan tapi mampu tidak membebani negara, pemerintah. Bisa usaha walaupun hanya jualan soto, mi ayam," katanya.
Kekhawatiran juga dirasakan sejumlah pedagang yang tergabung dalam DPD Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI) Kota Yogyakarta. Mereka kemudian datang ke DPRD DIY untuk menyampaikan aspirasi.
ADVERTISEMENT
APKLI ini membawa aspirasi dari sejumlah paguyuban PKL Malioboro seperti Paguyuban Handayani, KPPKLY, Angkringan Padma Malioboro, dan Lesehan Malioboro.
Ketua DPD APKLI Kota Yogyakarta Wawan Suhendra menjelaskan bahwa pihaknya mengerti akan keinginan pemerintah untuk menata Malioboro. Namun, rencana mengubah wajah Malioboro diharapkan dilakukan tanpa dengan memindah PKL.
"Kami berharap tetap di tempat yang kami tempati tadi. Ditata tanpa dipindah. Kami siap ditata," kata Wawan di DPRD DIY, Rabu (15/12).
Menurut Wawan pihaknya juga sudah siap menggandeng perguruan tinggi untuk mendesain wajah Malioboro yang lebih bagus tanpa memindah PKL. Seperti memoles penampilan PKL menjadi lebih rapi. Dengan begitu diharapkan rencana relokasi dapat diurungkan pemerintah.
"Kami punya jaringan banyak dengan perguruan tinggi membantu kami untuk mendesain. Harusnya seperti apa bagusnya PKL-nya itu," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ada sejumlah alasan mengapa para PKL ini enggan direlokasi. Wawan menjelaskan bahwa keberadaan PKL ini menjadi salah satu keunikan di Malioboro. Keberadaannya selama ini menjadi daya tarik bagi wisatawan.
"Uniknya Malioboro kan kaki limanya bukan apa-apanya. Daya tariknya Malioboro kan PKL-nya ini yang perlu pertimbangan," ujarnya.
Selain itu, gedung eks Bioskop Indra dinilai tidak representatif bagi pedagang. Meski berada di kawasan Malioboro tetapi lokasi gedung tersebut menjorok ke dalam. Selain itu sebelum dipindah ke sana mereka juga akan ditempatkan sementara di gedung eks Dinas Pariwisata DIY.
"Bahwa relokasi kan harus representatif sementara yang sekarang ada tidak representatif. Apakah sudah pantas ditempati kan tidak," ujarnya.