Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Remaja AS Mengaku Merencanakan Pembunuhan Paus Fransiskus
6 April 2017 2:47 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT

Seorang remaja asal New Jersey, Amerika Serikat, memberikan pengakuan rencana pembunuhan mengejutkan pada awal pekan ini di Pengadilan Federal, Camden. Santos Colon (17) mengaku berniat membunuh Paus Fransiskus saat misa terbuka di Philadelphia di akhir tahun 2015 silam.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, juru bicara Kejaksaan New Jersey Amerika Serikat Matthew Reilly mengatakan Colon berupaya bersekongkol dengan seseorang yang mengaku penembak jitu untuk menembak Paus saat berkunjung ke Philadelphia dan meledakkan bom di daerah sekitarnya.
Colon menjalin hubungan dengan orang tersebut sejak 30 Juni hingga 14 Agustus 2015. Namun orang itu sebenarnya adalah anggota FBI yang menyamar.
"Colon menjalin hubungan dengan sumber rahasia FBI dan meminta sumber tersebut membeli alat untuk membuat bahan peledak," kata Reilly.
Serangan dua tahun silam itu, kata Reilly, dapat digagalkan dan agen FBI berhasil menangkap Colon. Ia mengatakan tidak ada dokumen pengadilan yang menyebutkan soal motivasi remaja itu terkait rencananya membunuh Paus.
ADVERTISEMENT
Beberapa media melaporkan bahwa ulah Colon diduga terinspirasi dari ISIS. Setelah melalui proses hukum yang panjang, Colon akhirnya ditetapkan sebagai terdakwa pada Senin (3/4) atas kasus perencanaan pemberian dukungan materi kepada para teroris.
Colon terancam hukuman penjara 15 tahun dan denda sebesar 250.000 dolar AS (sekitar Rp3,3 miliar) atau dua kali lipat dari keuntungan atau pun kerugian aksi. Hingga saat ini penyelidikan masih berlangsung, dan tanggal persidangan untuk penjatuhan vonis belum ditentukan.
Untuk diketahui, Paus Fransiskus mengunjungi Philadelphia pada tanggal 26 dan 27 September 2015 dalam rangka memimpin misa terbuka yang dihadiri oleh ratusan ribu orang.