Remaja Citayam Tetap Bertahan di SCBD di Tengah Gempuran Anak Jaksel

26 Juli 2022 21:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Remaja berkumpul di kawasan Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta, Selasa (26/7/2022). Foto: Ainun Nabila/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Remaja berkumpul di kawasan Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta, Selasa (26/7/2022). Foto: Ainun Nabila/kumparan
ADVERTISEMENT
Bonge, Jeje, Kurma dan Roy kini tidak lagi nongkrong di kawasan Dukuh Atas setiap hari. Meski begitu, remaja asal Citayam dan Bojong Gede lainnya tetap memadati Dukuh Atas.
ADVERTISEMENT
Belakangan banyak masyarakat mulai dari artis, influencer, tokoh publik dan model profesional ikut menyambangi Citayam Fashion Week.
Berdasarkan pantauan kumparan di lokasi, Selasa (26/7), remaja asal Citayam dan sekitarnya yang jadi pencetus Citayam Fashion Week tetap adem ayem nongkrong sambil bermain gitar di sebelah jalur masuk MRT Dukuh Atas.
Udin, Otman, Pito dan Nganga mengaku tidak merasa tersaingi dengan banyaknya orang yang datang ke sini.
"Enggak sih kak, emang lebih cakep-cakep juga. Masih banyak yang wawancara," kata Pito yang ditemui kumparan.
Remaja berkumpul di kawasan Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta, Selasa (26/7/2022). Foto: Ainun Nabila/kumparan
Remaja berkumpul di kawasan Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta, Selasa (26/7/2022). Foto: Ainun Nabila/kumparan
Pito menjelaskan, dirinya dan remaja Citayam lainnya masih punya banyak 'job'.
Dalam satu hari, mereka bisa mengambil video konten sampai 6 video wawancara. Dengan demikian, ada atau tidaknya kelompok yang kerap disebut 'Anak Jaksel' yang datang ke Dukuh Atas tidak mengganggu eksistensi mereka.
ADVERTISEMENT
"Tergantung sih kak, kadang 5 ngonten. Itu juga tergantung dia yang ngonten kita," jelas Pito.
Sedangkan Otman, remaja asal Tangerang yang ikut nongkrong dengan remaja asal Citayam mengatakan, ia juga tidak keberatan dengan banyaknya orang yang datang ke Dukuh Atas.
Justru ia lebih keberatan bila keberadaan mereka sampai dipindahkan ke PIK. Sebab biaya ongkos yang mahal dan transportasi yang sulit.
"Kita itu sangat nggak setuju. Ongkosnya lebih mahal terus yang bisa masuk ke sana itu hanya orang orang punya kayanya," jelas Otman.