Remaja Israel Dipenjara Gara-gara Tolak Wamil dan Bertempur di Jalur Gaza

29 Desember 2023 15:24 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang tentara Israel berjaga di dekat pintu masuk yang menurut militer Israel adalah terowongan serangan lintas batas yang digali dari Gaza ke Israel, di sisi perbatasan Jalur Gaza Israel dekat Kissufim 18 Januari 2018. Foto: Jack Guez/Pool via Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Seorang tentara Israel berjaga di dekat pintu masuk yang menurut militer Israel adalah terowongan serangan lintas batas yang digali dari Gaza ke Israel, di sisi perbatasan Jalur Gaza Israel dekat Kissufim 18 Januari 2018. Foto: Jack Guez/Pool via Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pengadilan militer Israel telah menjatuhkan hukuman selama 30 hari penjara kepada seorang remaja yang menolak mengikuti wajib militer (wamil) untuk kemudian dikerahkan bertempur di Jalur Gaza. Hal itu dia lakukan sebagai bentuk ketidaksetujuannya atas agresi penjajah di wilayah yang diblokade total Israel sejak 2016 itu.
ADVERTISEMENT
Remaja bernama Tal Mitnick (18) itu merupakan warga Israel pertama yang dipenjara akibat perlawanannya terhadap pemerintah zionis sejak peristiwa 7 Oktober meletup.
Dikutip dari The Jerusalem Post, cerita Mitnick dipublikasikan melalui pernyataan tertulis yang menjelaskan soal pandangannya atas agresi Israel terhadap warga Palestina selama puluhan tahun.
Tumbuh besar di keluarga yang biasa menyelesaikan masalah tanpa kekerasan, Mitnick berpendapat bahwa dirinya tidak ingin terlibat dalam sebuah 'perang balas dendam'.
"Saya dibesarkan di sebuah rumah di mana kehidupan itu suci, di mana diskusi dihargai, dan di mana wacana dan pemahaman selalu muncul sebelum mengambil tindakan kekerasan," sambung dia.
Tentara Israel bersiap memasuki Jalur Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di perbatasan Israel dengan Gaza di Israel selatan, 13 Desember 2023. Foto: Ronen Zvulun/Reuters
Di dunia ini yang penuh dengan orang-orang mengejar kepentingan pribadi, kata Mitnick, kekerasan dan perang adalah cara lain untuk memperkuat dukungan kepada penguasa dan membungkam kritik.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Mitnick juga menggarisbawahi soal kurangnya kemampuan negosiasi Israel dengan Hamas โ€” yang menurut dia tidak benar, harus diperbaiki. Sebab, ia menilai diperlukan diplomasi dan upaya politik untuk mencari jalan keluar dari krisis ini.
"Karena kebohongan kriminal bahwa 'tidak ada warga sipil tak berdosa di Gaza', bahkan sandera yang mengibarkan bendera putih dan berteriak dalam bahasa Ibrani pun ditembak mati," sambung dia.
Mitnick merujuk pada insiden 'salah tembak' yang dilakukan tentara Israeli Defense Forces (IDF), ketika mereka secara keliru menembak mati tiga sandera warga Israel beberapa pekan lalu.
Warga Israel yang dibunuh oleh pasukan Israel di Gaza. Foto: Courtesy of the Shamriz, Al-Talalka and Haim families via AP
Padahal, kala itu ketiga sandera โ€” pemuda berusia 20-an tak bersalah, telah mengibarkan kain putih ke arah IDF dan meminta pertolongan dalam Bahasa Ibrani.
ADVERTISEMENT
Jeritan minta tolong itu tak terdengar dan mereka tewas di tangan pihak yang seharusnya bisa menyelamatkan mereka. "Saya tidak ingin membayangkan berapa banyak kasus serupa yang tidak diselidiki karena para korban lahir di sisi yang salah," ucap Mitnick.
Pemuda berusia 18 tahun itu diperkirakan bakal dijatuhi hukuman penjara lainnya setelah bebas dari hukuman 30 hari dibui.