Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Rencana Joe Biden Bertemu Pangeran MBS Dinilai Kontras dengan Janji Kampanye
15 Juni 2022 5:33 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan melakukan perjalanan ke Jeddah, Arab Saudi , pada Juli 2022 untuk menghadiri pertemuan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC).
ADVERTISEMENT
Dalam kunjungannya, Biden dijadwalkan akan bertemu langsung dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (Pangeran MBS ) pada 13 Juli atau 16 Juli 2022 mendatang.
"Kita mengharapkan Presiden Joe Biden bertemu dengan Putra Mahkota," ungkap perwakilan Gedung Putih, dikutip dari AFP.
Hal itu kemudian mendapat kritik dan protes oleh sejumlah kelompok yang mengaku sebagai pembela hak asasi di AS. Pasalnya sikap Biden dinilai berseberangan dengan janji saat kampanye dulu.
Biden pernah membuat pernyataan yang meyakini bahwa MBS terlibat dalam pembunuhan jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi. Hal tersebut membuat ketegangan antara Biden dan keluarga Kerajaan Arab Saudi.
Bahkan Biden menyebutnya layak menjadi negara paria atau yang tersingkir dalam komunitas internasional.
Presiden AS sebelumnya yakni Donald Trump juga memiliki hubungan dekat dengan sang Pangeran.
ADVERTISEMENT
"Saya bersumpah akan membuat Arab Saudi membayar harganya, dan membuat mereka, pada kenyataannya, paria seperti mereka," ujar Biden dalam kampanye 2019 lalu, dikutip dari Reuters.
Namun kini, pejabat Gedung Putih yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa Biden tengah kembali menjalin komunikasi dengan Putra Mahkota MBS sebagai upaya membantu mengamankan perpanjangan gencatan senjata yang ditengahi PBB antara pihak-pihak yang bertikai di Yaman.
"Biden menentukan kepentingannya untuk terlibat dengan pemimpin tertentu, dan jika keterlibatan semacam itu dapat memberikan hasil, maka dia akan melakukannya," ujarnya.
Selain itu, kunjungannya ke Arab Saudi dengan kelompok negara-negara penghasil minyak OPEC+, yang juga dipimpin oleh Arab Saudi, melanjutkan kerja sama meningkatkan produksi minyak untuk mengimbangi kerugian akibat perang Rusia - Ukraina.
ADVERTISEMENT