Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Reza Indragiri Bicara Fenomena Teriakan Maling Berujung Pengeroyokan Maut
9 Februari 2022 19:40 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Polisi kembali mengungkap kasus pengeroyokan berujung maut karena korban diteriaki maling. Padahal, korban bukan seorang maling.
ADVERTISEMENT
Terbaru, seorang remaja di Bekasi berinisial LEH tewas dikeroyok sekelompok pemuda di kawasan Tarumajaya, Bekasi. Ia diteriaki maling pada Minggu (6/2) saat sedang mencari kucing.
Pelaku berjumlah enam orang. Namun empat di antaranya sudah ditangkap dan dua masih buron.
Ahli Psikologi Forensik Reza Indragiri memberikan tanggapannya terhadap masalah ini. Menurutnya, ini adalah fenomena klasik.
"Klasik. Fenomena massa. Dalam situasi massa, rasionalitas menguap. Kepribadian individu melebur ke dalam kepribadian massa," kata Reza kepada wartawan, Rabu (9/2).
"Peniruan sangat mungkin terjadi sebagai perilaku spontan. Termasuk peniruan perilaku jahat," tambah dia.
Reza menuturkan, seiring terjadi pertambahan jumlah orang di satu waktu di satu lokasi. Akibatnya, kecenderungan mereka menjadi overestimate terhadap diri sendiri.
ADVERTISEMENT
"Merasa sangat yakin menjadi lebih kuat, mampu mengatasi segala hambatan, mampu menaklukkan risiko, terhindar dari pertanggungjawaban, dan seterusnya. Semakin ramai, semakin overestimate, semakin nekat alias gelap mata," tutur dia.
Lebih lanjut, Reza memberikan pendapat dalam kasus lansia berinisial WH yang tewas akibat dikeroyok massa di kawasan Pulogadung, Jakarta Timur, pada Minggu (23/1). WH sebelumnya sempat menabrak pemotor dikejar lalu diteriaki maling.
"Dalam kasus lansia, relevan pula faktor situasi. Jam 2, badan dan otak pada dasarnya sudah capek. Tak mampu memproses yang susah-susah. Cahaya mungkin juga kurang," tutur Reza.
Lebih lanjut, terkait dengan hukuman yang layak diberikan terhadap para pelaku pengeroyokan, Reza mengatakan hal itu harus menyesuaikan dengan kondisi saat peristiwa terjadi.
ADVERTISEMENT
"(Hukuman) maksimal atau minimal kan ada rentangnya. Sepanjang masih dalam rentang itu, ya wajar. Yang jelas, perlu dibedakan mana otak peristiwa, mana fasilitator, mana eksekutor, mana ikut-ikutan," tutup dia.