Rhea Health Tone, Suplemen yang Bakal Naik Tingkat Jadi Obat Corona

20 Agustus 2020 15:47 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suplemen Rhea Health Tone. Foto: Dok. Eko Sandjojo
zoom-in-whitePerbesar
Suplemen Rhea Health Tone. Foto: Dok. Eko Sandjojo
ADVERTISEMENT
Masih ingat Rhea Health Tone? Ya, suplemen corona yang diinisiasi oleh mantan Mendes Eko Putro Sandjojo dan eks Menkominfo Rudiantara.
ADVERTISEMENT
Suplemen ini telah digunakan di Armenia, negara pertama yang memberikan surat semacam rekomendasi atau anjuran bahwa RHT bisa dijadikan terapi penyembuhan pasien COVID-19.
Saat ini RHT sudah mendapat izin edar dari BPOM. Ia terdaftar sebagai suplemen dengan nomor registrasi 204633151.
Eko Putro Sandjojo mengatakan, saat ini RHT masih dalam tahapan sejumlah uji klinis II agar statusnya naik tingkat menjadi obat corona.
"Banyak orang yang mengkonsumsi Rhea HTO dan terbantu percepatan penyembuhan terhadap Covid-19. Namun itu sifatnya hanya testimoni dan bukan merupakan hasil clinical trial," kata Eko melalui pesan singkat, Kamis (20/8).
"Jadi kami belum boleh klaim apa pun sampai ada hasil clinical trial nya. Clinical trial dilakukan agar secara bertahap statusnya dapat ditingkatkan," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Eko kemudian menjelaskan sejumlah proses yang akan dilakukan dalam clinical trial tersebut. Dari mulai uji di lab hingga dicoba ke hewan dan manusia.
"Jadi dalam proses pembuatan obat dan obat herbal yang benar itu ada tahapannya," tutur dia.
Rhea Health Tone Oil. Foto: Dok. Istimewa
Sukses Uji Toksisiti dan Uji Coba ke Hewan
Rhea Health Tone, kata Eko, sudah pernah dilakukan invitro test terhadap SARS-CoV-2 (Virus Covid-19) di University of Texas.
ADVERTISEMENT
"Rhea Health Tone di lab dalam uji invitro juga berhasil mematikan Virus Corona IBV yang 99% mempunyai kemiripan dengan Virus Covid-19," ujar Eko.
RHT juga sudah diujikan ke hewan. Hasilnya juga memuaskan.
"Ke hewan sudah. Ke embrio hewan. Namanya invivo test," tutur dia.
Hasil invitro test suplemen corona Rhea Health Tone yang di fasilitasi oleh A-Star, Singapore Government Funded Research Institution. Foto: Rhea Health Tone
Saat ini, kata Eko, sedang memasuki uji klinis tahap II. Artinya diberikan ke pasien dalam jumlah terbatas.
"Sejak Maret sudah kita berikan ke sejumlah rumah sakit seperti RSHS Bandung dan RSD Wisma Atlet. Clinical trial untuk pencegahan di RS Persahabatan dan RSUD Cengkareng," ungkap dia.
"Harapannya 2 bulan lagi (Oktober) clinical trial phase II-nya selesai," sambungnya.
Rhea Health Tone di Lab dalam uji Invitro juga berhasil mematikan Virus Corona IBV yang mempunyai kemiripan dengan Virus Covid19. Foto: Rhea Health Tone
Sejauh ini, kata Eko, ada beberapa kabar menggembirakan terkait penggunaan RHT di beberapa rumah sakit.
ADVERTISEMENT
"Banyak teman-teman yang keluarganya kena kita bantu Rhea Health Tone rata-rata dalam 5-7 hari sudah negatif PCR. Namun lagi-lagi kita belum boleh klaim karena belum melakukan clinical trial," ujar dia.
Eko menambahkan, setelah uji klinis II selesai akan langsung masuk tahap III. Artinya pasien yang diberikan RHT akan lebih banyak.
Sejauh ini, kata Eko, apabila ada pihak rumah sakit yang memesan RHT ia sangat terbuka.
"Kalau RS yang pesan kita kasih free," ungkapnya.
Kata BPOM soal Izin Edar Obat
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito menjelaskan ada sejumlah tahapan yang mesti dilalui sebelum pemberian izin edar untuk obat COVID-19.
Semua obat harus memiliki tiga hal: aman, bermanfaat, dan ilmiah.
ADVERTISEMENT
"Itu jadi perhatian dari BPOM, seperti pada umumnya, nanti akan dijelaskan, disampaikan ke pemberi izin, yang memberikan izin, memonitor, menginspeksi, mengkoreksi, harus disampaikan ke yang pemberi izin yaitu BPOM," terang Penny.
Konsumsi suplemen pada seseorang sejatinya perlu pertimbangan dan anjuran dari dokter. drh. Retno Murwanti, selaku dosen di Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, menekankan bahwa suplemen harus dikonsumsi ketika tubuh membutuhkannya.
"Jika diperlukan, bacalah label kemasan terlebih dahulu untuk mengetahui bahan yang terkandung, jumlah konten, dan bahan tambahan lainnya," jelasnya dilansir dari situs UGM.
Harus Ada Anjuran Dokter
Konsumsi suplemen perlu pertimbangan dan anjuran dari dokter. drh. Retno Murwanti, selaku dosen di Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, menyarankan agar seseorang menghindari mengkonsumsi suplemen untuk keperluan pengobatan tertentu.
ADVERTISEMENT
Cara terbaik adalah dengan melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter, karena setiap orang memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda.
Retno menekankan bahwa suplemen harus dikonsumsi ketika tubuh membutuhkannya. "Jika diperlukan, bacalah label kemasan terlebih dahulu untuk mengetahui bahan yang terkandung, jumlah konten, dan bahan tambahan lainnya," jelasnya dilansir dari situs UGM.