RI Beli 1 Juta 'Obat Corona' Molnupiravir Desember, Harga di Bawah Rp 1 Juta

8 November 2021 13:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menghadiri Global COVID-19 Summit dalam UN General Assembly secara virtual, Rabu (23/9). Foto: Biro Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menghadiri Global COVID-19 Summit dalam UN General Assembly secara virtual, Rabu (23/9). Foto: Biro Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan Indonesia akan segera mendatangkan hingga 1 juta tablet Molnupiravir buatan perusahaan Amerika Serikat, Merck & Co., sebagai obat COVID-19.
ADVERTISEMENT
Budi Gunadi menjelaskan, rencananya obat ini akan dibeli pemerintah pada Desember mendatang.
"Kemarin saya sudah ke Amerika Serikat deal dengan Merck, rencananya kita akan beli dulu sementara 600 ribu sampai 1 juta tablet bulan Desember. Jadi mempersiapkan diri [gelombang ketiga], tapi mudah-mudahan enggak terjadi. Tapi [kalau] terjadi, seenggaknya kita punya stok obatnya dulu," ujar Budi Gunadi dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR, Senin (8/11).
Untuk jangka menengah, pihaknya sedang berusaha mengajukan lisensi pembuatan obat Molnupiravir kepada Merck & Co. atau Medicines Patent Pool (MPP) di bawah United Nations. Pengajuan lisensi ini juga melibatkan perusahaan BUMN maupun swasta.
Sehingga, jika nantinya paten pembuatan obat ini berhasil didapatkan Indonesia, selanjutnya pemerintah akan memproduksi sendiri obat Molnupiravir di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
"Jadi Merck sudah alihkan, meminta tolong ke United Nations, badannya Medicines Patent Pool bisa diberikan grant patentnya oleh dia, sehingga kita bisa berhubungan dengan mereka. Sekarang sedang finalisasi," ungkap Budi.
"Kita ada beberapa perusahaan BUMN dan swasta yang kita ajak untuk bisa apply patentnya dari mereka, sehingga bisa membuat di Indonesia. Kalau syukur bisa cepat, mudah-mudahan tahun depan kita bisa bikin ini [Molnupiravir] di sini, sehingga memperkuat sistem pertahanan kesehatan kita," imbuh dia.
Ilustrasi Molnupiravir. Foto: Shutter Stock
Lebih lanjut, Budi Gunadi bakal memberikan obat Molnupiravir ini kepada pasien COVID-19 yang masih bergejala ringan hingga sedang, dengan saturasinya masih sekitar 95 persen.
"Molnupiravir ini diberikan ke orang yang saturasinya masih di atas 95 persen. Jadi kalau dia positif tapi saturasinya enggak harus ke RS, masih di atas 94 atau 95 dikasih obat ini, hasil uji klinis di luar negeri 50 persen bisa sembuh, tidak masuk ke RS," jelas Budi.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, menurut perhitungannya, obat ini bisa diberikan kepada pasien selama lima hari perawatan, dengan dosis 2 x 800 mg. Atau setara dengan 40 tablet untuk satu kali siklus terapi.
"Kita sudah lihat bahwa dia butuh lima hari masing-masing harusnya 8 tablet, jadi kira-kira butuh 40 tablet dan hitung-hitungan kami antara 40-50 dolar [AS]. Jadi enggak terlalu mahal di bawah Rp 1 juta," tutup dia.
Molnupiravir digadang-gadang merupakan calon kuat obat COVID-19 produksi Amerika Serikat. Menurut Merck & Co, sequencing virus yang mereka lakukan sejauh ini menunjukkan Molnupiravir efektif melawan seluruh varian corona, termasuk Delta. Dalam pengembangannya, Merck bekerja sama dengan perusahaan farmasi Ridgeback Biotherapeutics.
Meski demikian, sampai sekarang Molnupiravir masih menunggu izin penggunaan di beberapa negara dunia. Namun, analisa awal menunjukkan Molnupiravir ampuh mengurangi risiko COVID-19, seperti dirawat di rumah sakit sampai merasakan gejala berat.
ADVERTISEMENT
Sebelum Indonesia, sejumlah negara di Asia Tenggara sudah membeli obat tersebut. Sebut saja Malaysia dan Filipina yang akan diberikan kepada pasien COVID-19 di negara mereka.