RI Buka Pertemuan MIKTA, Bahas Pencapaian Agenda Pembangunan 2030

7 Februari 2019 12:01 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertemuan ke 14 Menteri Luar Negeri MIKTA di Yogyakarta. Foto: Darin Atiandina/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pertemuan ke 14 Menteri Luar Negeri MIKTA di Yogyakarta. Foto: Darin Atiandina/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Luar Negeri RI AM Fachir resmi membuka dan memimpin Pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri ke 14 negara-negara MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki dan Australia). Pertemuan MIKTA ke-14 yang digelar di Hotel Grand Hyatt, Yogyakarta, Kamis (7/1) itu dihadiri oleh Wamenlu RI AM Fachir, Wamenlu Meksiko Julian Ventura Valero, Wamenlu Korea Selatan Tae Ho Lee, Wamenlu Turki Faruk Kaymakci, Deputi bidang Kebijakan Multilateral Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia Justin Lee. Terdapat sejumlah isu yang dibahas dalam pertemuan tertutup itu, yaitu pencapaian Agenda Pembangunan 2030, penguatan kemitraan multilateral, penanganan terorisme, isu Semenanjung Korea, serta kerja sama global terkait migrasi. Pertemuan kali ini juga membahas mengenai berakhirnya keketuaan Indonesia di MIKTA 2018 yang diikuti dengan penyerahan resmi posisi kepemimpinan MIKTA 2019 kepada Meksiko.
Suasana pertemuan ke 14 Menteri Luar Negeri MIKTA di Yogyakarta. Foto: Darin Atiandina/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pertemuan ke 14 Menteri Luar Negeri MIKTA di Yogyakarta. Foto: Darin Atiandina/kumparan
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan itu, Fachir juga menyampaikan perkembangan kegiatan MIKTA di bawah keketuaan Indonesia dan hasil-hasil sejumlah pertemuan internasional di Indonesia. MIKTA adalah forum konsultasi lima negara yang dibentuk pada 2013. Forum ini pertama kali digagas pada pertemuan informal Menteri Luar Negeri G20 di Los Cabos, Meksiko, bulan Februari 2012. Namun, MIKTA sendiri baru resmi berdiri setelah pertemuan pertama para Menteri Luar Negeri MIKTA di sela-sela Sidang Majelis PBB di New York tahun 2013 lalu. Kerja sama informal antar lima negara ini terjalin di tujuh area utama, yakni kerja sama dalam melawan terorisme, di bidang komersial dan ekonomi, energi, pembangunan berkelanjutan, kesetaraan gender, operasi pemeliharaan perdamaian, tata kelola pemerintahan dan juga demokrasi yang baik.
Pertemuan tingkat menteri negara anggota MIKTA di Jogjakarta. Foto: Darin Atiandina/kumparan
Dari tujuh area kerja sama MIKTA, Indonesia meletakkan prioritas utama pada dua isu, yakni ekonomi kreatif serta perdamaian dan keamanan. Oleh karenanya, Indonesia mengangkat tema "Fostering Creative Economy and Contributing to Global Peace" untuk MIKTA di tahun 2018. Direktur Jenderal Multilateral Kementerian Luar Negeri RI Febrian Ruddyard mengatakan Indonesia telah berhasil menginisiasi dua program andalan selama memimpin MIKTA. “Ekonomi kreatif ini kita menyelenggarakan World Concern of Creative Economy, artinya kita mengajak negara MIKTA sebagai motor dari penggerak ekonomi kreatif, sedangkan di isu menciptakan perdamaian, kita bahas juga mengenai Women Role in Peace Keeping waktu itu di Bandung” ujar Ruddyard kepada kumparan, Rabu (6/2). Berakhirnya kepemimpinan Indonesia tahun 2018 dan beralihnya posisi koordinator kepada Meksiko tahun 2019 menandakan selesainya siklus pertama MIKTA, semua anggotanya telah memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan MIKTA. Koordinator MIKTA secara berturut-turut, yaitu Meksiko (2013-2014), Korea Selatan (2014-2015), Australia (2015-2016) dan Turki (2017).
ADVERTISEMENT