Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
RI Kaya Energi Panas Laut, Tapi Tak Punya Teknologinya
26 September 2017 10:57 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
ADVERTISEMENT
Indonesia ternyata memiliki potensi energi laut Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) yang terbesar di dunia. Potensi energi panas laut di seluruh perairan Indonesia secara total diprediksi dapat menghasilkan listrik sekitar 240 Gigawatt (GW) alias 240.000 Megawatt (MW).
ADVERTISEMENT
OTEC merupakan bagian dari energi baru terbarukan yang bersumber dari perbedaan temperatur air laut yang mudah ditemukan pada perairan laut tropis.
Energi panas laut sebesar 240 GW itu tersebar pada 17 lokasi di Indonesia, mulai dari Pantai Barat Sumatera, selatan Jawa, Sulawesi, Maluku Utara, Bali, hingga Nusa Tenggara Timur (NTT).
Namun, teknologi untuk mengkonversi uap panas laut menjadi listrik belum dikuasai Indonesia, masih harus impor. Ketergantungan pada teknologi impor ini memengaruhi skala keekonomian pengembangan energi panas laut.
"Teknologinya di dalam negeri belum ada, biayanya tambah besar kalau impor," kata Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Surya Darma, kepada kumparan (kumparan.com), Selasa (26/9/2017).
Biaya investasi untuk pengembangan energi panas laut masih relatif mahal. Bahkan dibandingkan dengan energi baru terbarukan lainnya pun masih tergolong tinggi. "Teknologi yang ada pun belum proven, biayanya masih mahal," ucap Surya.
ADVERTISEMENT
Karena itulah, energi panas laut tidak menjadi prioritas untuk dikembangkan. Dalam pengembangan energi terbarukan, energi air dan panas bumi yang mendapat tempat utama karena teknologinya sudah cukup terjangkau, ekonomis untuk dikembangkan.
"Pengembangan energi panas laut sudah masuk dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN), tapi bukan urutan prioritas. Yang prioritas adalah yang teknologinya sudah proven dan aksesnya mudah," tukasnya.