Ribuan Demonstran dan Polisi Kembali Bentrok di Hong Kong

20 Oktober 2019 18:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana protes di Hong Kong. Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Suasana protes di Hong Kong. Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
Aksi protes ribuan orang di Hong Kong kembali berujung bentrok dengan aparat kepolisian. Massa kembali melempari aparat dengan batu dan bom molotov, merusak toko-toko dan bank milik China, sementara polisi menembaki gas air mata dan menangkapi demonstran.
ADVERTISEMENT
Aksi Minggu (20/10) adalah kerusuhan pertama setelah dua minggu Hong Kong tenang dari demo. Polisi menetapkan aksi kali ini ilegal karena sebelumnya telah dilarang. Selain itu, massa juga melanggar larangan memakai masker atau penutup wajah.
Seorang demonstran melempar bom molotov saat kerusuhan di Hong Kong. Foto: Reuters
Ribuan orang tetap turun ke jalan kendati Carrie Lam menetapkan undang-undang darurat. Massa mengenakan pakaian hitam dan masker gas air mata. Beberapa di antara mereka membawa payung untuk menghindari dari lemparan batu atau kaleng gas.
Kantor polisi Tsim Sha Tsui dilempari molotov. Massa baru bubar setelah dihujani gas air mata. Polisi juga melepaskan tembakan cat biru agar massa perusuh bisa teridentifikasi.
Suasana kerusuhan saat demo di Hong Kong. Foto: Reuters
Puluhan mobil polisi Hong Kong dikerahkan ke Nathan Road beserta truk meriam air. Polisi juga menggunakan truk untuk menghancurkan barikade demonstran. Stasiun kereta bawah tanah dan ratusan toko dirusak, barang-barangnya dilempar ke jalan.
ADVERTISEMENT
Tuntutan mereka masih sama, yaitu agar pemimpin Hong Kong Carrie Lam mundur karena dinilai terlalu pro-China daratan.
Seorang demonstran melempar bom molotov saat kerusuhan di Hong Kong. Foto: Reuters
Lam telah memenuhi tuntutan utama demonstran yaitu membatalkan RUU ekstradisi narapidana ke China, namun masyarakat Hong Kong menganggap pemerintah mulai mengikis kebebasan mereka.
Demonstran membawa spanduk bertuliskan "Hong Kong Bebas". Mereka menuliskan kalimat perlawanan dominasi Partai Komunis di tembok-tembok kota, di antaranya berbunyi: "Kami memilih mati berdiri dibanding hidup berlutut".
Seorang warga melewati kerusuhan saat demo di Hong Kong. Foto: Reuters