Ribuan Orang di Bali Gagal Donorkan Plasma Darah Konvalesen

4 Agustus 2021 11:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi: Perawat memasukkan darah milik pasien sembuh COVID-19 ke dalam tabung vacutainer untuk dijadikan sampel plasma konvalesen di Unit Donor Darah (UDD) PMI DKI Jakarta, Senin (21/6/2021).  Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Perawat memasukkan darah milik pasien sembuh COVID-19 ke dalam tabung vacutainer untuk dijadikan sampel plasma konvalesen di Unit Donor Darah (UDD) PMI DKI Jakarta, Senin (21/6/2021). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Permohonan informasi dan permintaan plasma darah konvalesen untuk merawat pasien COVID-19 ramai diposting warga di media sosial.
ADVERTISEMENT
Pantauan kumparan di Pulau Dewata, postingan permintaan plasma darah konvalesen di media sosial semakin sering memenuhi lini masa sejak Juni 2021 lalu atau sejak meningkatnya kasus COVID-19 di Bali.
Tingginya permintaan plasma darah konvalesen ini dibenarkan oleh Kepala UTD PMI Provinsi Bali dr I Gede Wiryana Patra Jaya. Ia menuturkan, usai libur Lebaran, permintaan plasma darah meningkat hingga lima kali lipat dari hari biasanya atau sebelum kasus COVID-19 meningkat.
"Sebenarnya permintaan plasma konvalesen sejalan dengan jumlah (peningkatan) kasus. Kalau sebelumnya, sempat sebelum lebaran permintaan sedikit bahkan nyaris tidak ada permintaan, dan kami sampai mengirimkan plasma konvalesen ke Jawa seperti Malang, Surabaya, dan Semarang. Sekarang permintaan sekitar 4 sampai 5 kali lipat," kata Patra saat dihubungi wartawan, Rabu (4/8).
ADVERTISEMENT
Patra menuturkan, rata-rata PMI menerima permintaan plasma darah konvalesen 30-40 orang setiap hari untuk kasus baru COVID-19. Namun, permintaan ini tidak selalu dapat dipenuhi karena masalah kecocokan golongan darah atau ketersediaan plasma darah yang terbatas.
"Memang permintaan jadi melonjak data 34 orang yang antre untuk plasma konvalesen. Dan kita tersedia 17 kantong. Memang harus disadari untuk mencari pendonor plasma konvalesen ini lebih spesifik atau lebih ketat jika dibandingkan dengan pendonor darah biasa," kata dia.
Petugas medis menyusun kantong berisi plasma konvalesen dari pasien sembuh COVID-19 di Unit Tranfusi Darah (UTD) RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, Selasa (18/8). Foto: Nova Wahyudi/ANTARA FOTO

Berbagai Kendala Mengumpulkan Plasma Konvalesen

Patra membeberkan sejumlah kendala dalam mengumpulkan plasma darah konvalesen. Pertama, ribuan orang mantan pasien COVID-19 menjadi calon pendonor gagal lolos ditahap skrinning.
Baru-baru ini, Dinkes Bali mengirimkan sekitar 1.200 calon pendonor ke PMI. Dari hasil skrining hanya ada 100-an orang yang dinyatakan lolos. Dari 100-an orang tersebut sebagian besar gagal karena mereka memiliki sistem antibodi yang rendah.
ADVERTISEMENT
Menurut Patra, mantan pasien COVID-19 gejala berat dan sembuh memiliki sistem antibodi yang kuat dan lebih cocok sebagai pendonor dibandingkan mantan pasien COVID-19 dengan gejala ringan, yang biasanya memiliki sistem antibodi yang rendah.
"Kami diberi data 1.200 dari Dinkes, kami lakukan skrining, dari 1.200 berapa yang layak. Kita dapat 100 data setelah kita hubungi, ada yang mau tapi sistem antibodinya yang lemah. Jadi tidak lolos sebagai pendonor," kata dia.
Kedua, persyaratan pendonor sangat ketat. Di antaranya pernah terpapar COVID-19, belum pernah hamil, serta belum pernah menerima transfusi darah.
Ketiga, terkendala jarak. Lokasi pengambilan plasma konvalesen di Bali hanya di RSUP Sanglah. Sehingga warga di Kabupaten Buleleng atau Jembrana membutuhkan waktu 3-4 jam untuk mendonorkan darah ke Kota Denpasar.
ADVERTISEMENT
"Ada juga yang keep plasma konvalesennya dikarenakan berjaga-jaga, jika nantinya ada salah satu saudaranya yang terkena agar bisa melakukan donor," kata dia.
Sementara itu, kategori pasien yang dinyatakan layak menerima plasma konvalesen ini adalah pasien yang memiliki gejala berat atau kritis. Namun, tetap tergantung dokter yang bertanggung jawab.
Ia berharap semakin banyak mantan pasien COVID-19 yang bersedia mendonorkan plasma darahnya untuk meningkatkan kesembuhan pasien COVID-19 di Bali.

Lonjakan Kasus Corona di Bali

Pantauan kumparan, kasus corona di Bali terus melonjak per 19 Juni lalu. Pada pekan III Juni lalu, rata-rata kasus harian di angka 90 orang dinyatakan positif, 40 sembuh dan 5 orang meninggal. Pada pekan IV Juni, di angka 197 orang positif, 87 orang sembuh dan 2 orang meninggal.
ADVERTISEMENT
Pada pekan I Juli, rata-rata kasus harian di angka 332 orang dinyatakan positif corona, 162 orang sembuh dan 6 orang meninggal Pekan II, di angka 665 orang positif, 310 sembuh dan 12 meninggal.
Pada pekan III Juli, di angka 938 orang dinyatakan positif, 472 orang sembuh dan 21 orang meninggal. Pekan IV, rata-rata kasus harian melonjak jadi 1.228 orang, 766 orang sembuh dan 31 orang dinyatakan meninggal dunia.
Total kumulatif kasus terkonfirmasi positif corona di Pulau Dewata hingga saat ini mencapai 79.917 orang. Sebanyak 64.304 orang dinyatakan sembuh, 2.269 orang meninggal dan 13.344 orang yang masih dirawat.