Ribuan Penyintas Bencana Gempa di Turki Terancam Kedinginan dan Kelaparan

8 Februari 2023 17:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim penyelamat membawa seorang gadis dari bangunan yang runtuh setelah gempa bumi di Hatay, Turki. Foto: Umit Bektas/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Tim penyelamat membawa seorang gadis dari bangunan yang runtuh setelah gempa bumi di Hatay, Turki. Foto: Umit Bektas/REUTERS
ADVERTISEMENT
Jumlah korban jiwa untuk di Turki sendiri akibat gempa bumi meningkat hingga 6.234 orang pada Rabu (8/2) pagi waktu setempat.
ADVERTISEMENT
Jumlah ini kian meningkat dari laporan sehari sebelumnya yang menyebut sebanyak 5.894 korban tewas. Sementara secara keseluruhan bila digabungkan dengan korban dari Suriah maka dapat mencapai hingga 7.800 orang.
Begitu pula dengan korban luka yang kini menyentuh angka 37.011 orang, yang mana Organisasi Kesehatan Internasional (WHO) memperkirakan hingga 20.000 orang kemungkinan meninggal dunia.
WHO kemudian memperingatkan, kemungkinan hingga 23 juta orang dapat terkena dampak negatif dari gempa dahsyat 7,8 magnitudo tersebut.
Memasuki hari ketiga pasca-gempa, sebanyak 79.000 personel yang tergabung dari berbagai negara asing terlibat dalam operasi pencarian dan penyelamatan korban selamat.
Dikutip dari AFP, puluhan negara termasuk Jepang, Jerman, Rusia, China, dan India telah mengerahkan tim penyelamatnya untuk membantu mempercepat proses pencarian.
ADVERTISEMENT
Sementara negara-negara lainnya — termasuk Indonesia, sedang mempersiapkan bantuan kemanusiaan bagi para korban gempa.

Terancam Mati Kedinginan dan Kelaparan

Meski begitu, warga di beberapa daerah yang paling terkena dampak gempa bumi — contohnya di episentrum gempa Kota Kahramanmaras, justru merasa dibiarkan berjuang sendirian.
“Saya tidak bisa membawa saudara laki-laki saya keluar dari reruntuhan. Saya tidak bisa mendapatkan keponakan saya kembali. Lihatlah di sekitar sini. Demi Tuhan, tidak ada pejabat negara di sini,” kata salah seorang warga, Ali Sagiroglu.
Seorang korban selamat dibawa dengan tandu setelah diselamatkan setelah gempa bumi di Antakya, provinsi Hatay, Turki, Selasa (7/2/2023) Foto: Guglielmo Mangiapane/REUTERS
“Sudah dua hari kami tidak melihat negara di sekitar sini. Anak-anak membeku kedinginan,” imbuhnya.
Hal serupa juga dirasakan oleh salah seorang warga bernama Melek (64 tahun) yang tinggal di Kota Antakya, bagian selatan Turki. Melek mengaku belum melihat adanya tanda-tanda kehadiran tim penyelamat.
ADVERTISEMENT
“Di mana tenda-tenda, di mana truk-truk makanan?” Melek bertanya-tanya. “Kami belum melihat distribusi makanan di sini, tidak seperti bencana-bencana sebelumnya di negara kami,” imbuhnya.
“Kami selamat dari gempa bumi, tapi kami akan mati di sini karena kelaparan atau kedinginan di sini,” tutup dia.
Gempa bumi pada 6 Februari 2023 ini menimbulkan penderitaan baru bagi para penduduk yang tinggal di wilayah perbatasan Turki-Suriah.
Foto udara bangunan yang rusak dan runtuh akibat gempa di Kahramanmaras, Turki, Senin (6/2/2023). Foto: Ihlas News Agency/via REUTERS
Mereka telah hidup sulit di tengah konflik dan kini mereka membakar puing-puing bangunan untuk mencoba bertahan hidup di saat musim dingin.
Badai salju yang terjadi saat musim dingin juga memperparah penderitaan mereka yang ingin menyalurkan bantuan — infrastruktur jalanan rusak akibat gempa dan jalanan licin oleh salju, mengakibatkan kemacetan lalu lintas yang membentang berkilo-kilo meter jauhnya.
ADVERTISEMENT
Seluruh deretan bangunan runtuh, meninggalkan beberapa kehancuran terberat di dekat pusat gempa di antara kota Gaziantep dan Kahramanmaras di Turki.