Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.7
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Ricuh Demo RUU TNI di Surabaya: 2 Jurnalis Jadi Korban Kekerasan Oknum Aparat
24 Maret 2025 22:50 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Jurnalis beritajatim mendapat intimidasi dan kekerasan oleh aparat kepolisian saat meliput demo terkait RUU TNI di Surabaya, Senin (24/3).
ADVERTISEMENT
Pantauan kumparan, awalnya polisi memukul mundur massa yang bertahan di depan Balai Pemuda Jalan Gubernur Suryo hingga ke arah Jalan Pemuda, Surabaya, sekitar pukul 18.30 WIB.
Kemudian, kumparan melihat jurnalis beritajatim, Rama Indra, sedang dikepung oleh sejumlah aparat kepolisian—ada yang berseragam dan ada yang mengenakan kaus hitam.
Terlihat, sejumlah polisi itu berusaha mengintimidasi Rama dan merampas ponselnya.
Kemudian, Rama ditarik menuju ke trotoar dekat salah satu pom bensin. Lalu, kumparan berusaha menarik Rama dan memberi tahu polisi bahwa Rama sesama rekan jurnalis.
"Ini media, kenapa!?" teriak reporter DetikJatim, Esti, kepada sejumlah aparat kepolisian berpakaian kaus berwarna hitam.
Akhirnya, polisi mengembalikan ponsel milik Rama dan meninggalkannya.
Awal Mula
Rama menceritakan mulanya ia sedang meliput polisi yang memukul mundur massa di Jalan Pemuda, Surabaya. Lalu, ia merekam aksi polisi yang menangkap dan memukuli dua orang.
ADVERTISEMENT
"Sekitar pukul 18.28 WIB, saat itu saya melakukan aktivitas mengambil rekaman video pembubaran massa aksi di Jalan Pemuda, saya semula berada di pinggir jalan sisi samping belakang aparat kepolisian. Barikade polisi dan polisi tidak berseragam saat itu mengejar massa aksi, hingga berlarian kejar-kejaran di ruas Jalan Pemuda," kata Rama saat dikonfirmasi.
"Tepat saat kamera ponsel saya masih merekam, terlihat beberapa petugas polisi berseragam dan tidak berseragam ini menangkap dua orang massa pendemo. Polisi berjumlah 5-6 orang kemudian memukul, mengeroyok, 2 orang pendemo hingga tersungkur dan menginjak badan mereka," lanjutnya.
Lantas, kata Rama, ia dihampiri sekitar 3 hingga 4 polisi dan memaksa untuk menghapus video saat polisi melakukan pemukulan ke dua orang tersebut.
ADVERTISEMENT
"Memaksa saya untuk menghapus rekaman video itu, sambil memukul kepala saya serta menyeret," katanya.
Rama lalu menyampaikan ke polisi bahwa dirinya jurnalis beritajatim dan mengenakan tanda pengenal.
"Namun, kelompok polisi saat itu tidak menghiraukan dan mereka ini berteriak suruh hapus video pemukulan. Merebut handphone saya, dan masih berteriak memanggil rekan polisi lain, bahkan handphone saya diancam akan dibanting. Kepala saya dipukul dengan tangan kosong, kayu," terangnya.
Akhirnya Rama diselamatkan oleh dua rekannya yang sedang diintimidasi oleh aparat kepolisian.
"Dan beruntung ada rekan reporter dari media lain detik.com bersama kumparan.com, yang saat itu datang menolong saya, dengan memarahi aparat polisi berseragam dan tak berseragam yang saat itu memiting saya," ucapnya.
Akibat peristiwa itu, Rama mengalami sejumlah luka di kepalanya. "Kepala saya benjol, luka baret di pelipis kanan, dan bibir bagian dalam sebelah kiri lecet," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Kesaksian Jurnalis Lain yang Jadi Korban
Selain itu, jurnalis SuaraSurabaya, Wildan Pratama, juga mengaku mengalami intervensi saat mengambil foto massa aksi yang diamankan di dalam Gedung Grahadi, Surabaya.
"Kejadian intervensi menghapus dokumen foto massa yang diamankan oleh polisi itu saya alami sekitar pukul 19.00 WIB," kata Wildan.
"Saat itu saya masuk ke Grahadi setelah aparat kepolisian memukul mundur massa di Jalan Gubernur Suryo hingga ke Jalan Pemuda kemudian mengamankan sejumlah orang," lanjutnya.
Wildan lalu menuju ke orang-orang yang diamankan di sisi timur dalam Gedung Grahadi Surabaya. Tujuannya untuk mengambil foto serta memastikan jumlah orang yang diamankan.
"Kemudian saya menemukan sejumlah orang sedang duduk berjejer. Dari informasi yang saya dapat jumlahnya sekitar 25 orang. Massa aksi yang diamankan posisinya berada di deret belakang pos satpam Grahadi," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Setelah bertanya jumlah massa yang diamankan ke polisi, Wildan mencoba mengambil foto kemudian didatangi oleh polisi.
"Dia menjelaskan bahwa massa aksi yang diamankan masih diperiksa. Kemudian polisi itu meminta saya menghapus dokumen foto itu sampai ke folder dokumen sampah. Sehingga dokumen foto saya soal massa aksi diamankan hilang," jelasnya.
Kata Polrestabes Surabaya
Sementara itu, Kasi Humas Polrestabes Surabaya, AKP Rina Shanty Dewi, membantah bahwa ada jurnalis yang mendapat intimidasi dan kekerasan oleh aparat kepolisian saat meliput demo itu.
"Enggak ada (intimidasi dan kekerasan ke jurnalis)," kata Rina.