Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Ricuh Supporter Bola Israel yang Berujung Suasana Mencekam di Amsterdam
13 November 2024 7:38 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Kericuhan yang melibatkan suporter bola asal Israel di Amsterdam, Belanda, membuat suasana di kota itu masih mencekam pada Senin (11/11) malam. Puluhan orang mencoba membakar trem di kota tersebut.
ADVERTISEMENT
Polisi setempat menyebut, massa datang membawa tongkat dan kembang api.
Kepolisian menyebut, aksi pembakaran pada Senin ini dapat ditanggulangi dengan cepat. Api dipadamkan sebelum semakin membara.
Kendati demikian, massa merusak sejumlah properti dan bagian trem. Mereka juga melakukan pembakaran di sejumlah titik.
Sampai sekarang polisi masih menyelidiki kejadian itu. Polisi juga belum bisa mengungkap kelompok mana yang melakukan aksi rusuh pada Senin malam itu.
Berawal dari Kericuhan Suporter Bola Israel
Sebelumnya para pendukung sepak bola Israel terlibat bentrokan dengan pengunjuk rasa pro-Palestina di Amsterdam, menjelang dan sesudah pertandingan Liga Europa antara kesebelasan Maccabi Tel Aviv dan Ajax Amsterdam.
Insiden ini berawal dari provokasi suporter Israel yang meneriakkan slogan anti-Arab, menciptakan ketegangan yang memanas di luar Johan Cruyff Arena pada Kamis malam (7/11).
ADVERTISEMENT
Sumber dari Al Jazeera menyebut ratusan pendukung Maccabi Tel Aviv datang ke Amsterdam dan menggelar aksi demonstrasi, mengibarkan bendera Israel, serta menurunkan bendera Palestina.
“Ratusan pendukung Maccabi Tel Aviv datang ke Amsterdam, mengadakan demonstrasi yang sangat vokal di alun-alun utama sebelum insiden tersebut, mengibarkan bendera Israel, dan juga menurunkan bendera Palestina,” katanya, seperti diberitakan Al Jazeera.
Dalam video yang beredar, mereka terdengar meneriakkan, “Biarkan IDF menang, dan persetan dengan orang Arab!”, serta slogan-slogan yang mengejek komunitas Palestina.
Menurut anggota Dewan Kota Amsterdam, Jazie Veldhuyzen, kekerasan pertama kali dipicu oleh para suporter Israel yang merusak rumah warga yang memasang bendera Palestina.
Netanyahu Geram
Merespons insiden ini, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengecam kekerasan yang disebutnya “sangat keras terhadap warga Israel”.
ADVERTISEMENT
Netanyahu mendesak pemerintah Belanda dan aparat keamanan setempat untuk melindungi warganya serta memerintahkan Mossad menyiapkan langkah pencegahan terhadap insiden serupa di masa depan.
“Saya telah menginstruksikan Kepala Mossad [David Barnea] dan pejabat lainnya untuk mempersiapkan tindakan, sistem peringatan, dan organisasi kami untuk situasi baru,” tuturnya dalam pernyataan video saat Menlu Israel menemui pejabat Belanda.
Sebagai upaya pengamanan, pihak berwenang Amsterdam mengerahkan sekitar 600 polisi untuk meredakan situasi.
Wali Kota Amsterdam, Femke Halsema, juga melarang aksi pro-Palestina guna menghindari ketegangan lanjutan.
Meski demikian, bentrokan tetap terjadi hingga mengakibatkan lima orang dirawat di rumah sakit, serta 62 orang ditangkap.
Menlu Israel Bertemu Pejabat Belanda
Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, bertemu dengan Menteri Kehakiman Belanda, David van Weel, dan pemimpin sayap kanan Geert Wilders di Amsterdam pada Jumat sore (8/11). Mereka membahas peristiwa kericuhan yang melibatkan suporter bola Israel.
ADVERTISEMENT
Van Weel menyatakan melalui media sosial X bahwa Belanda mengutuk keras aksi kekerasan itu dan menegaskan “tidak ada tempat untuk kebencian dan antisemitisme.”
Ia juga menegaskan para pelaku akan dilacak dan dituntut sesuai hukum.
Wilders, pemimpin partai terbesar dalam pemerintahan Belanda dan dikenal karena retorikanya yang anti-Muslim, menyampaikan dukungannya kepada Saar.
“Kami memiliki kepentingan bersama untuk mengalahkan antisemitisme dan memastikan bahwa nilai-nilai radikal tidak memiliki tempat dalam masyarakat kita,” katanya.
Wilders juga sebelumnya menyampaikan kemarahan dan rasa malunya atas serangan tersebut dalam panggilan telepon dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.