Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.95.0
ADVERTISEMENT
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebut daerah tidak melulu harus menggunakan APBD. Ia menyebut ada 8 pintu rezeki yang bisa dimanfaatkan, salah satunya APBN. Namun, untuk mendapatkan dana dari APBN memerlukan lobi-lobi.
ADVERTISEMENT
Menurut Ridwan Kamil, lobi-lobi yang dilakukan pemerintah daerah untuk mendapatkan APBN kerap kali berujung Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh KPK. Hal itu disampaikan Ridwan Kamil saat menghadiri Kongres II dan HUT Partai Nasdem.
"Pintu ketiga adalah APBN, ini masalahnya harus dari lobi-lobi. Maka tercatat banyak kepala daerah lebih banyak di Jakarta ketimbang di daerah karena harus melobi yang namanya APBN. Tapi lobi ini banyak ruang abu-abu yang akhirnya terjerat masalah hukum," kata Ridwan Kamil di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (10/11).
ADVERTISEMENT
"Salah satu wali kota saya terkena oleh KPK karena melobi di pusat, difasilitasi DPR pusat. Diminta fee-nya oleh yang mengurusnya terpaksa harus menyediakan. Penerima dan pemberi akhirnya kena," kata RK.
Ia sengaja menceritakan hal itu karena dalam acara itu dihadiri oleh Wakil Ketua DPR RI dari Partai Nasdem, Rachmat Gobel. Ia berharap dalam periode 2019-2024 tidak ada lagi permintaan fee seperti itu.
"Itu jadi masukan Pak Rachmat Gobel. Jadi kami ini kesusahan untuk melobi pemerintah pusat karena proses lobi itu kadang ada cost-nya yang akhirnya membuat kami di daerah balik kanan. Ini mudah-mudahan bisa diperbaiki di era Pak Rachmat Gobel selaku pimpinan DPR," tambah mantan Wali Kota Bandung itu.
Di depan para anggota DPRD Kota dan Kabupaten dari Partai Nasdem, Ridwan Kamil juga mengingatkan, kemajuan teknologi saat ini memudahkan penegak hukum melacak tindak tanduk anggota legislatif. Menurutnya, saat ini ponsel yang digunakan anggota legislatif dapat di-hack untuk merekam maupun memotret kegiatan dari anggota legislatif.
ADVERTISEMENT
"Jadi saya pikir bahwa zaman sekarang jangan macam-macam. Bukan jadi lebih canggih lagi untuk mengelabuinya," ucap RK.