Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
RIMO Angkat Bicara soal Sahamnya yang Bergerak Bak Roller Coaster
10 November 2017 17:26 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
ADVERTISEMENT
Manajemen PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO) akhirnya angkat bicara terkait pergerakan saham perseroan yang volatile. Saat ini, saham RIMO dalam status disuspensi alias dihentikan sementara perdagangannya oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Suspensi dilakukan di pasar reguler dan pasar tunai sejak perdagangan tanggal 9 November 2017 sampai dengan pengumuman lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Tak hanya disuspen, BEI juga menetapkan status UMA atau Unusual Market Activity atas saham RIMO. Hal tersebut dilakukan karena pergerakan harga saham RIMO yang tidak wajar. Informasi yang disampaikan BEI, telah terjadi penurunan harga dan aktivitas RIMO yang di luar kebiasaan.
Komisaris PR RIMO Pahala Silaban menjelaskan, pergerakan harga saham RIMO yang naik turun secara drastis, sejak diperdagangkan mulai 2 Maret 2017 adalah murni dikarenakan mekanisme pasar.
“Sejak diperdagangkan 2 Maret 2017, value saham sebesar Rp 101. Di bulan Oktober 2017 bisa Rp 650. Ini murni karena mekanisme pasar,” jelasnya di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (10/11).
Dia pun mengungkapkan, nilai nominal saham atau Par Value dari saham RIMO per lembarnya sebesar Rp 101. Kini meski harga saham RIMO hanya di angka Rp 192, namun perseroan saat ini masih memiliki gain sekitar Rp 81.
ADVERTISEMENT
“Kita masih punya profit, kita belum di bawah Par Value,” tegasnya.
Informasi saja, nilai nominal saham atau Par Value merupakan harga saham pertama yang tercantum pada sertifikat badan usaha. Harga tersebut merupakan harga yang sudah disahkan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan tidak berubah dari penetapan RUPS.
Pahala menambahkan, harga saham yang terjun bebas akhir-akhir ini merupakan tindakan panic selling yang dilakukan investor, sehingga memperburuk harga saham RIMO. Dia berharap setelah ini, investor RIMO tak lagi terburu-buru menjual saham RIMO.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama RIMO Teddy Tjokrosaputro mengatakan, laporan keuangan RIMO pada kuartal III-2017, pertumbuhan penjualan naik hingga 27 kali lipat dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 247,08 miliar. Di tahun sebelumnya, pertumbuhan penjualan perseroan itu hanya Rp 9,16 miliar.
ADVERTISEMENT
Adapun kenaikan pendapatan itu ditopang oleh penjualan apartemen yang mencapai Rp 239 miliar atau 96,7% dari total penjualan di periode ini. Sementara pada periode yang sama pada tahun lalu, RIMO belum memasuki bisnis properti sehingga tidak ada kontribusi penjualan apartemen.
“Jadi sebenarnya secara fundamental, keuangan RIMO cukup sehat. Laba bersih yang kita dapat sebesar Rp 118,43 miliar,” paparnya.
Teddy mengungkapkan, untuk meningkatkan kepercayaan investor, pihaknya hanya akan membuktikan dari laporan kinerja perseroan. Berbeda dengan tahun 2015-2016 yang mencatat kerugian, di tahun ini pihaknya sudah meraup laba bersih yang tidak sedikit.
Mengutip laporan keuangan perseroan, laba bersih RIMO di periode yang berakhir 30 September 2017 sebesar Rp 118,434 miliar. Padahal, di periode yang sama tahun sebelumnya RIMO masih mencatatkan rugi Rp 2 triliun.
ADVERTISEMENT
Angka penjualan RIMO juga tercatat naik tinggi di periode 30 September 2017 menjadi Rp 247,077 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 9,162 miliar.
Total liabilitas tercatat Rp 666,548 miliar, sementara total ekuitas dibukukan Rp 5,209 triliun. Sementara total aset perseroan mencapai Rp 5,875 triliun.