Riset FKUI dan UNICEF: Remaja RI Krisis Gizi hingga Obesitas karena Junk Food

4 Agustus 2021 16:14 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Obesitas. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Obesitas. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kondisi kesehatan dan pemenuhan gizi remaja Indonesia kini menunjukkan tanda-tanda penurunan. Hal ini terlihat dari menurunnya aktivitas fisik, pola makan, hingga kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji atau junk food.
ADVERTISEMENT
Temuan ini berdasarkan kompilasi penelitian tentang gizi remaja Indonesia yang diterbitkan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), UNICEF, Wageningen University & Research, dan Sight and Life.
Hasil penelitian bersama tersebut menunjukkan penurunan aktivitas, fisik di dalam maupun luar sekolah, gangguan pola makan, kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji dari luar rumah, dan buruknya keberagaman makanan, merupakan faktor yang berkontribusi pada tiga masalah gizi (triple burden of malnutrition) di kalangan remaja Indonesia.
Ketiga masalah gizi tersebut adalah kekurangan gizi, kelebihan berat badan atau obesitas, dan kekurangan zat gizi mikro dengan anemia. Padahal masa remaja merupakan periode penting dalam membentuk perilaku yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi.
Ilustrasi anak obesitas memakan junk food. Foto: Shutterstock
Jika tidak ditangani secara baik dan sesegera mungkin, permasalahan gizi remaja akan berkontribusi pada berbagai penyakit kronis di kemudian hari. Masalah ini pun menjadi perhatian sejumlah pemerhati gizi dalam webinar FKUI bertajuk “Masalah Gizi pada Remaja di Indonesia: Pelajaran dan Langkah ke Depan” yang berlangsung secara daring, pada Jumat (30/7) lalu.
ADVERTISEMENT
Riset mengenai gizi remaja Indonesia dilakukan tim peneliti dari Departemen Ilmu Gizi FKUI-RSCM dan Klaster Human Nutrition Research Center (HNRC) IMERI FKUI berkolaborasi dengan UNICEF, Wageningen University & Research (WUR), dan Sight and Life.
Hasil penelitian ini telah dipublikasi dalam sembilan artikel ilmiah internasional ternama, Food and Nutrition Bulletin (https://journals.sagepub.com/toc/fnba/42/1_suppl.), sebagai salah satu upaya mencari solusi mengatasi tiga masalah gizi.
Hadir sebagai pembicara dalam webinar tersebut adalah Dr. dr. Rina Agustina, M. Gizi dari Departemen Ilmu Gizi FKUI dan HNRC IMERI FKUI, Jee Hyun Rah, MS, Ph.D dari UNICEF, dan Kesso Gabrielle van Zutphen, M.Sc dari Sight and Life.
Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K), MPH, selaku Wakil Dekan bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan, dalam kata sambutan mewakili Dekan FKUI, menyampaikan, pemenuhan gizi pada remaja merupakan langkah awal dan langkah penting untuk mendapatkan generasi emas.
ADVERTISEMENT
"Sayangnya, remaja kita memiliki beban masalah gizi, selain anemia pada remaja putri, kurang energi kronik (KEK), dan juga obesitas. Tiga hal ini sama-sama tidak menguntungkan untuk generasi emas kita, karena (kelak) mereka akan menghasilkan bayi-bayi (keturunan) yang bermasalah,” jelasnya.
Webinar FKUI Masalah Gizi pada Remaja di Indonesia: Pelajaran dan Langkah ke Depan yang berlangsung secara daring, pada Jumat (30/7). Foto: FKUI
Ia berharap, melalui webinar tersebut, FKUI dapat memberikan masukan, rencana intervensi, serta penelitian lanjutan, untuk melahirkan rekomendasi program yang efektif agar dapat memperbaiki masalah kesehatan dan gizi masyarakat Indonesia.
Sementara itu Dr. dr. Rina Agustina, M. Gizi selaku Ketua Klaster HNRC IMERI, dan Staf Departemen Ilmu Gizi FKUI-RSCM, menyebutkan peningkatan masalah kegemukan atau obesitas pada remaja, saat ini berada pada titik yang mengkhawatirkan.
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar Kemenkes Republik Indonesia, tren prevalensi kegemukan dan obesitas pada remaja meningkat secara signifikan selama periode 2013 hingga 2018. Sementara itu, di Indonesia anemia pada remaja masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, anemia dapat menyebabkan gangguan perkembangan kognitif dan motorik pada remaja, penurunan produktivitas kerja, hingga efek merugikan pada bayi yang dilahirkan.

Diet dan Mengubah Gaya Hidup Remaja Indonesia

Oleh karena itu, perubahan diet dan gaya hidup diyakini sangat berkontribusi pada terjadinya masalah ini di Indonesia. Ia mendorong masalah ini menjadi perhatian bersama, karena masa remaja merupakan fase yang sangat penting dalam membentuk perilaku yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi.
Mengingat remaja sangat rentan terhadap risiko kekurangan gizi, kurangnya aktivitas fisik, pergaulan bebas, dan berbagai perilaku yang dapat memicu berbagai masalah kesehatan.
Hingga saat ini, hanya sedikit penelitian, kebijakan, dan program yang ditargetkan guna mengatasi ketiga masalah gizi di Indonesia, khususnya bagi remaja.
Webinar FKUI Masalah Gizi pada Remaja di Indonesia: Pelajaran dan Langkah ke Depan yang berlangsung secara daring, pada Jumat (30/7). Foto: FKUI
Padahal menurut dr Rina, Indonesia mengambil langkah besar untuk mengatasi masalah kekurangan gizi, kelebihan berat badan, dan masalah anemia pada remaja putri, tetapi, kesenjangan besar tetap ada dalam pemahaman tentang gizi remaja di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Terutama, pada faktor penentu ketiga masalah gizi, intervensi berbasis bukti yang didukung dengan implementasi dan evaluasi skala besar, serta platform penyampaian yang efektif untuk menjangkau remaja yang paling rentan.
Hal senada juga disampaikan Chief Nutrition UNICEF Indonesia, Jee-Hyun Rah. Ia melihat remaja Indonesia kini menghadapi krisis gizi, stunting, hingga obesitas.
“Remaja putri dan putra di Indonesia saat ini menghadapi krisis gizi. Satu dari empat remaja mengalami stunting, satu dari tujuh kelebihan berat badan atau obesitas, dan hampir seperempat remaja putri mengalami anemia," rincinya.
"Kumpulan 9 artikel yang termasuk dalam edisi ini menyajikan kesempatan emas untuk memajukan pemahaman kita mengenai berbagai masalah gizi remaja dan memperkuat pendekatan berbasis bukti untuk memperbaiki gizi remaja di Indonesia,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Pada penelitian ini ditemukan fakta, status sosial dan kesenjangan kehidupan di perkotaan dan pedesaan merupakan faktor risiko terhadap timbulnya masalah gizi. Selain itu, persepsi citra tubuh juga menjadi faktor penting yang memengaruhi perilaku makan dan aktivitas fisik mereka.
Strategi komunikasi perubahan perilaku yang efektif guna mempromosikan perilaku makan sehat dan aktivitas fisik, perlu menyertakan pesan yang mendorong citra tubuh yang positif dengan mempertimbangkan aspek gender di kalangan remaja.
Penelitian ini juga mengungkapkan terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan kaya zat besi dan vitamin A dengan prevalensi anemia.
Webinar FKUI Masalah Gizi pada Remaja di Indonesia: Pelajaran dan Langkah ke Depan yang berlangsung secara daring, pada Jumat (30/7). Foto: FKUI
Selanjutnya, hasil penelitian dr. Rina Agustina dan peneliti FKUI menunjukkan adanya hubungan positif antara pengetahuan, sikap, dan praktik terkait anemia pada remaja putri dengan parameter tinggi menurut umur, akan tetapi tidak ditemukan berhubungan dengan anemia itu sendiri.
ADVERTISEMENT
“Sehingga, temuan ini menekankan perlunya kebijakan untuk menjalankan strategi promosi kesehatan, yang berkontribusi pada peningkatan pemahaman tentang anemia dan kaitan antara kejadian anemia pada pertumbuhan linier di kalangan remaja putri,” ujar dr Rina.
Penelitian yang dilakukan menekankan pentingnya menempatkan remaja sebagai pusat dari pengembangan rencana, strategi, dan kebijakan di bidang kesehatan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk rencana intervensi dan penelitian lanjut untuk melahirkan rekomendasi program yang efektif, guna memperbaiki masalah kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya remaja Indonesia.
Dalam kesempatan terpisah, Dekan FKUI Prof. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, menyampaikan FKUI sebagai institusi pendidikan kedokteran ternama di Indonesia mendorong para peneliti untuk melakukan eksplorasi atas permasalahan yang terjadi, sehingga langkah dan strategi penanganan yang tepat dapat dipersiapkan.
ADVERTISEMENT
"Masukan ini tentu sangat berharga untuk mengatasi permasalahan gizi remaja, karena masa depan bangsa dan negara ada pada para remaja ini,” ujarnya.