Riset: Kebiasaan Menyikat Gigi Dua Kali Sehari Turun selama Pandemi COVID-19

19 Maret 2021 18:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak sikat gigi. Foto: Melly Meiliani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak sikat gigi. Foto: Melly Meiliani/kumparan
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 ternyata menimbulkan persoalan lain selain upaya untuk mencegah tertular virus corona. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Unilever Indonesia, dampak COVID-19 membuat kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari turun jika dibandingkan hasil survei yang sama pada 2018.
ADVERTISEMENT
Survei menyebutkan kebiasaan dalam merawat gigi mengalami penurunan, termasuk untuk pergi ke dokter gigi. Hasil menunjukkan 2 dari 5 orang dewasa mengaku tidak menyikat gigi seharian, dan ada 7 dari 10 orang menghindari pergi ke dokter gigi.
Kebiasaan tidak menyikat gigi ini yang dilakukan orang dewasa ini kemudian ditiru oleh anak-anak. Survei juga menyatakan, mengungkapkan apabila orang tua tidak menyikat gigi dua kali sehari, anak-anak 7 kali lebih memungkinkan untuk tidak menyikat gigi.
com-Ilustrasi keluarga yang menggunakan sikat gigi masing-masing. Foto: Shutterstock
"Kebiasaan menjaga kesehatan tersebut tidak tercermin pada kebiasaan menyikat gigi. Sebagian besar orang mengaku telah mengabaikan kebiasaan menyikat gigi. 9 persen orang tua tidak menyikat gigi dua kali sehari, kemudian 11 persen anak-anak tidak menyikat gigi dua kali sehari," jelas Head of Sustainable Living Beauty and Personal Care and Home Care, Unilever Indonesia Foundation, drg. Ratu Mirah Afifah, dalam keterangan Kemenkes, Jumat (19/3).
ADVERTISEMENT
Setidaknya, terdapat 5 masalah gigi dan mulut yang sering dialami selama pandemi corona. Antara lain mulut kering, bau mulut, gusi dan gigi berdarah saat menyikat gigi atau saat menggunakan benang gigi, kemudian nyeri pada gigi gusi atau mulut, dan adanya lubang pada gigi yang baru terbentuk.
Survei ini dilakukan Unilever Indonesia terhadap 1.000 responden berusia 18 tahun ke atas. Hasil menunjukkan terdapat 7 dari 10 orang mengatakan selama pandemi mereka lebih fokus pada kesehatan dan kesejahteraan menyeluruh. Namun, hasil yang lebih rendah ditunjukkan khusus pada perawatan gigi.
''Terjadi peningkatan dari kebiasaan-kebiasaan seperti makan makanan yang sehat, berolahraga, mengurangi merokok, dan mengurangi minum minuman beralkohol,'' kata Ratu.

Kata Kemenkes soal Layanan Kesehatan Gigi

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi memberikan keterangan pers saat kedatangan Vaksin corona Sinovac tahap 4, di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Selasa (2/2) Foto: Youtube/Sekretariat Presiden
Sekjen Kemenkes yang juga seorang dokter gigi, drg. Oscar Primadi meminta pelayanan kesehatan gigi di tengah pandemi COVID-19 harus beradaptasi dengan menerapkan protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
Saat ini, di Indonesia, dokter gigi yang tersedia berjumlah 35.188 orang, dokter gigi spesialis 4.540 orang, dan terapis gigi dan mulut 19.600 orang.
Artinya, 1 dokter melayani 7.500 orang dan rasio SDM dokter gigi ini dinilai sudah mencukupi. Namun, masih ada persoalan dari sisi distribusi, mengingat di Indonesia terdapat beribu pulau dengan disparitas daerah yang tidak sama.
Dengan jumlah dokter yang tersedia, maka pelayanan kesehatan gigi dengan menerapkan adaptasi kebiasaan baru harus dapat terlaksana.
"Perlu dilakukan penyesuaian dalam memberikan pelayanan sehari-hari, khususnya pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk dapat mengantisipasi penularan COVID-19," tutur Oscar.
"Kita harus sehat, harus betul-betul mampu memproteksi diri sendiri dari ancaman penularan ini. Sehingga dokter gigi dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, menjadi pelaku utama dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan," tutup Oscar.
ADVERTISEMENT