Riset Terbaru Sinovac di Dunia: Efikasi Turun 6 Bulan, Efektif Cegah Kematian

27 Juli 2021 13:15 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pekerja bekerja di fasilitas pengemasan pembuat vaksin Sinovac Biotech. Foto: Thomas Peter/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pekerja bekerja di fasilitas pengemasan pembuat vaksin Sinovac Biotech. Foto: Thomas Peter/REUTERS
ADVERTISEMENT
Banyak yang meragukan efikasi dari vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh perusahaan asal China, Sinovac Biotech Ltd. Efikasinya moderat hanya 65 persenan dan menurun usai 6 bulan.
ADVERTISEMENT
Sebetulnya, tak sedikit negara yang telah melakukan riset/studi untuk memastikan efikasi vaksin Sinovac terhadap masyarakat lokal. Khususnya negara-negara yang banyak memakai vaksin ini mulai dari Uruguay, Chili, termasuk Indonesia.
Berikut hasil studi vaksin Sinovac di sejumlah negara dirangkum kumparan, Selasa (27/7):
China
Merebaknya virus corona di Kudus yang terjadi secara tak terkontrol telah menyerang ratusan tenaga kesehatan. Padahal, seluruh tenaga kesehatan tersebut telah mendapatkan vaksinasi lengkap menggunakan Sinovac.
Sebagai produsen, Sinovac akhirnya memberikan penjelasan terkait 350 tenaga kesehatan di Kudus yang masih terpapar corona walau telah diinjeksi vaksin buatannya. Apalagi, sejumlah kasus varian Delta yang dikenal punya penyebaran lebih cepat telah teridentifikasi di wilayah tersebut.
"Vaksin ini memang tidak 100 persen memberikan perlindungan, melainkan bisa mengurangi gejala infeksi dan efektif mencegah kematian," tulis Sinovac dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Global Times.
Vaksin buatan Sinovac Biotech, China, bernama CoronaVac. Foto: Sinovac
Selain itu, pakar kesehatan menyatakan bahwa Sinovac terbilang efektif melawan varian Delta. Meski demikian, walau sudah divaksin, tetap harus ada perlindungan yang ketat
ADVERTISEMENT
"Hasil uji coba terbaru, vaksin kami yang diberikan secara luas termasuk vaksin Sinovac masih efektif melawan varian Delta," kata Prof Wei Sheng dari Fakultas Kesehatan Masyarakat di Huazhong University of Science and Technology, saat diwawancarai oleh CCTV, dikutip dari ANTARA.
Chile
Riset mengenai efikasi vaksin Sinovac dilakukan di Chile pada periode 2 Februari-1 Mei 2021 dengan melibatkan hingga 10,2 juta partisipan. Penelitian ini dipublikasikan pada Rabu (7/7) di New England Journal of Medicine.
Hasil penelitian tersebut mengungkap bahwa efikasi vaksin Sinovac dalam pencegahan infeksi COVID-19 mencapai 65,9%. Sementara untuk pencegahan hospitalisasi (perawatan di rumah sakit) akibat COVID-19, efikasinya mencapai 87,5%.
Untuk pencegahan perawatan intensif di ICU, vaksin ini 90,3% efektif; dan untuk pencegahan kematian yang berkaitan dengan COVID-19, efikasinya mencapai 86,3%.
ADVERTISEMENT
Hasil ini merupakan referensi yang sangat baik, mengingat Chile memiliki tingkat testing COVID-19 terbaik di Amerika Latin, akses kesehatan universal, serta sistem pelaporan masyarakat yang terstandardisasi, sebagaimana dikutip dari Global Times.
Ilustrasi vaksin corona dari Sinovac. Foto: Thomas Peter/REUTERS
Seorang ilmuwan dan ahli kardiologi, Eric Topol, menyebut bahwa angka tersebut adalah hasil yang cukup baik. Menurutnya, vaksin Sinovac ini bekerja dengan baik, terlebih dalam mencegah gejala berat.
Tetapi, jika hanya menerima satu dosis saja, tentu efikasinya tidak akan setinggi dosis penuh. Penelitian tersebut memaparkan bahwa efikasi dalam mencegah infeksi COVID-19 hanya mencapai 15,5% jika hanya menerima satu dosis saja.
Sementara, efikasi dalam mencegah hospitalisasi mencapai 37,4%; efikasi dalam mencegah perawatan di ICU mencapai 44,7%; dan efikasi dalam mencegah kematian yang berkaitan dengan COVID-19 mencapai 45,7%.
ADVERTISEMENT
Jadi, vaksinasi dengan dosis penuh memang sangat dianjurkan demi memperoleh perlindungan maksimal terhadap COVID-19.
Uruguay
Uruguay telah mencoba membandingkan data efikasi dari pemakaian vaksin COVID-19 merek Sinovac dan Pfizer di negara itu. Sejumlah aspek yang dibandingkan yakni penurunan tingkat penularan, tingkat kesakitan, dan tingkat kematian.
Data ini dibagikan oleh penulis, pemerhati, dan akademisi asal Inggris yang berdomisili di Uruguay, Shaun J Lawson, di akun Twitternya @shaunjlawson.
Menurut data terbaru per 30 Juni 2021 yang dibagikan Lawson, vaksin Sinovac terbukti efektif menurunkan risiko seseorang terpapar COVID-19 hingga 59% di Uruguay. Sementara dalam aspek ini, vaksin Pfizer efiksinya 78,06%.
Efikasi kedua vaksin tersebut pun sangat tinggi dalam mencegah seseorang yang terpapar masuk ICU di negara itu. Vaksin Sinovac dapat mencegah pasien corona masuk ICU hingga 90.87%, sedangkan Pfizer mencapai 97.8%.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, vaksin Sinovac dan Pfizer juga punya efikasi yang tinggi dalam mencegah orang yang terinfeksi corona wafat di Uruguay. Menurut data yang dibagikan Lawson, vaksin Sinovac efektif 94.65% untuk mencegah kematian.
Sementara vaksin Pfizer dapat efektif hingga 96.16% mencegah kematian pada pasien corona.
“Kedua vaksin ini telah menunjukkan kemampuan yang lebih dari ekspektasi. Keduanya telah membuat perbedaan besar,” tulis Lawson dikutip kumparan, Jumat (23/7).
Sebelumnya, Lawson juga pernah membagikan data efikasi vaksin Sinivac dan Pfizer terkait penurunan tingkat penularan dan tingkat kematian di Uruguay, pada 31 Mei lalu. Pada saat itu, efikasi vaksin Pfizer (75%) terbukti lebih efektif mencegah orang terpapar corona dibandingkan Sinovac (57%).
Namun, menariknya saat itu efikasi vaksin Sinovac (97%) dalam mencegah kematian pada pasien corona lebih tinggi daripada vaksin Pfizer (80%). Menurut tangkapan layar yang diambil Lawson, data ini diambil dari situs resmi Kementerian Kesehatan Uruguay.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, Uruguay telah memvaksinasi corona dosis penuh 2,11 juta atau sekitar 60% dari warganya. Sementara itu, ada 4,62 juta orang yang setidaknya sudah disuntik dosis pertama.
Menurut Lawson, mayoritas warga divaksin menggunakan vaksin Sinovac.
Indonesia
BPOM telah menerbitkan emergency use authorization (EUA) untuk vaksin CoronaVac dari Sinovac Biotech Ltd, China sejak Januari 2021. Hal ini juga berdasarkan data interim hasil uji klinis III di Bandung.
"Hasil efikasi uji klinis di Bandung 65.30 persen," kata Kepala BPOM Penny Lukito dalam jumpa pers virtual, Senin (11/1).
Data imunogenisitas vaksin ini sampai 3 bulan cukup baik, yakni di atas 99 persen.
Tetapi menurut Guru Besar FK Universitas Padjadjaran Prof Kusnandi Rusmil, imunogenisitas vaksin Sinovac menurun setelah 6 bulan usai penyuntikan. Oleh sebab itu, kata Prof Kusnandi, penyuntikan ulang atau suntikan ketiga nantinya dianjurkan untuk dilakukan terhadap para penerima vaksin ini.
ADVERTISEMENT
"Sinovac setelah 6 bulan itu turun, sehingga memang rencananya setelah 6 bulan harus disuntik ulang," kata Prof Kusnandi kepada kumparan, Jumat (16/7).