Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Praktik FWB pun bisa dijalani secara bersamaan dengan lebih dari satu pasangan. Artinya satu orang bisa memiliki beberapa pasangan FWB hanya untuk melakukan hubungan seksual.
Ketua Asosiasi Seksiologi Indonesia (ASI) Denpasar sekaligus pengajar seksiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (Unud) I Made Oka Negara menyebut praktik hubungan seksual sebelum menikah ini sangat berisiko.
"Risiko paling basic adalah infeksi menular seksual (IMS). Risiko dari FWB ini sama dengan risiko orang yang melakukan hubungan seksual tidak aman. Bayangin dengan satu pasangan yang nggak jelas, tanpa proteksi kondom aja, sudah bisa infeksi dengan berbagai macam jenis mulai dari sifilis, gonore, klamidia, herpes sampai HIV. Belum lagi kehamilan tidak diinginkan, baik itu risiko aborsi, psikososial karena ketahuan hamil," ujar Oka saat berbincang dengan kumparan, Sabtu (24/9).
ADVERTISEMENT
Oka mengasumsikan berdasarkan berbagai penelitian yang dibacanya, sekitar 10 hingga 30 persen remaja dan pemuda di Indonesia telah melakukan hubungan seksual pranikah. Termasuk praktik FWB yang masuk di dalam persentase itu.
"Angkanya dua dekade lalu sangat sedikit, di bawah 5 persen mungkin. Tetapi berbagai riset angka mereka yang melakukan seks sebelum menikah, angkanya nggak pernah keluar dari 10 sampai 30 persen. Itu berubah, dibandingkan dua dekade lalu, angkanya tidak setinggi itu," dijelaskannya.
Sikap manusia perkotaan yang semakin individual juga turut menyuburkan praktik FWB ini. Ketika masyarakat menjadi tak acuh dengan kehidupan orang lain, menyebabkan praktik FWB atau sejenisnya dilakukan tanpa rasa was-was.
"Masyarakat itu tidak ambil pusing dengan perilaku anak muda, cuek, itu risiko kota besar. Orang tua, guru, masih enggan memberikan edukasi seksual yang benar. Artinya si anak tanpa edukasi yang benar dilepas begitu saja. Kemudian mendapat stimulus. Sekarang tergantung dari lingkungan temannya, ada peer pressure untuk mengajak melakukan (seks) itu, atau temannya justru melarang," katanya.
ADVERTISEMENT
Oka menyarankan agar edukasi seks bisa diajarkan sedini mungkin kepada anak. Termasuk penggunaan gawai dan internet secara bertanggung jawab untuk menghindari praktik seperti FWB dengan aktivitas seksual yang berisiko menularkan IMS.