Risma Cek Operasi Katarak 320 Warga Batola, Ada yang Menderita Pterygium

12 Juni 2024 16:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mensos Tri Rismaharini kunjungan kerja ke RSUD Abdul Aziz, Marabahan, Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Selasa (11/6/2024). Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mensos Tri Rismaharini kunjungan kerja ke RSUD Abdul Aziz, Marabahan, Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Selasa (11/6/2024). Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mensos Tri Rismaharini menyaksikan operasi katarak di RSUD Abdul Aziz Marabahan, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selatan, Rabu (12/6). Operasi itu merupakan bagian dari Bakti Sosial Kemensos.
ADVERTISEMENT
“Ada 320 pasien katarak yang menjalani operasi. Karena alatnya bagus dan dokternya agak banyak biasanya kalau 300-an dua hari, tapi ini kita bisa satu hari,” ujar Risma usai menyaksikan operasi.
Risma bilang, dari 320 pasien yang menjalani operasi tak semuanya berusia lanjut. Ada juga yang masih berusia muda. Jumlahnya ada sebanyak 60 orang. Hanya saja kebanyakan dari mereka bukan menderita katarak, tapi Pterygium.
“Selain yang tua juga ada yang muda. Tapi ini bukan katarak tapi Pterygium. Pterygium ini penyebabnya karena iritasi karena sinar matahari waktu naik motor, debu dan sebagainya. Jadi tidak semua yang muda itu katarak. Jadi tadi dikelompokkan ada 60 orang yang muda,” jelasnya.
Dalam operasi katarak kali ini peralatan yang digunakan cukup canggih. Apabila dulu metode operasi dilakukan dengan cara penyobekan, kali ini dilakukan dengan cara disedot. Dengan begitu mengurangi risiko dalam operasi, efisiensi waktu dan lebih cepat dalam proses pemulihan.
ADVERTISEMENT
“Peralatannya itu memudahkan dan orang tak perlu takut karena bukan disobek sehingga relatif memperkecil risiko dari operasi dan bisa segera sembuh,” beber Risma.
Mensos Tri Rismaharini kunjungan kerja ke RSUD Abdul Aziz, Marabahan, Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Selasa (11/6/2024). Foto: kumparan
Lebih jauh dikatakan Risma, dalam operasi ini Kemensos juga turut menggandeng sejumlah lembaga medis, seperti dari Himpunan Bersatu Teguh, dan ERHA Klinik dr Andreas Wahju Pudji Nugroho.
Adapun jumlah dokter spesialis mata yang dilibatkan, ada sebanyak 10 orang. “Ada dokter mata enam orang dari Jakarta, dari Banjarmasin tiga dan dari Marabahan satu. Makanya kami berganti 300 dalam satu hari,” ucapnya.

Tenaga Terapis untuk Penyandang Disabilitas Fisik Kurang

Usai meninjau operasi katarak, Risma menghadiri pembagian sembako kepada masyarakat di kantor Bupati Batola. Ia berbincang dengan warga di sana, mereka menyampaikan sejumlah keluhan, salah satunya soal penanganan kaum difabel.
Mensos Tri Rismaharini kunjungan kerja ke RSUD Abdul Aziz, Marabahan, Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Selasa (11/6/2024). Foto: kumparan
Dalam kesempatan itu, Risma juga menyerahkan sejumlah alat bantu, khususnya kepada penyandang disabilitas fisik, seperti kursi roda dan tongkat alat bantu jalan.
ADVERTISEMENT
Risma mengatakan, bahwa penanganan untuk penyandang disabilitas khususnya fisik yang terpenting adalah pemberian terapi guna proses pemulihan. Sebab metode ini, kata Risma, sudah terbukti cukup ampuh.
“Kenapa begitu? Karena saya sudah membuktikan ada yang di usia 28 tahun duduk di kursi roda setelah diterapi bisa jalan. Ada juga di Sumenep 19 tahun, itu bisa jalan. Jadi sebetulnya kekuatan terapi itu sangat bagus. Jadi itu yang kita lakukan,” katanya.
Dalam kegiatan bakti sosial kali ini, Risma mengatakan Kemensos mendatangkan 20 tenaga terapis dari berbagai daerah untuk memberikan terapi bagi disabilitas.