Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
ADVERTISEMENT
Menteri Sosial Tri Rismaharini mengamuk ke pendamping PKH (Program Keluarga Harapan—penyalur bantuan Kemensos) di Desa Golo Wune, Pegunungan Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (25/2).
ADVERTISEMENT
"Jangan ketawa, saya ngomong serius ini. Saya enggak pernah dapat laporan dari kalian masalah-masalah seperti ini. Dosa kalian semua! Dosa kalian!" kata Risma.
Yang membuat Risma murka adalah karena ia mengetahui dari media tentang Maria Evin, padahal seharusnya Risma tahu dari pendamping PKH.
Menurut Risma, Maria adalah ibu yang mengurus 3 anak seorang diri di gubuk reyot. Suami Maria pergi merantau dan tidak kembali.
Nah, dalam perbincangan dengan Risma, pendamping PKH itu awalnya mengusulkan Kemensos untuk memberikan motor trail supaya para pendamping PKH dapat menjangkau area sulit.
Di situlah Risma "meledak" karena pendamping PKH di Papua pun bisa melaksanakan tugasnya tanpa motor trail.
"Saya harus keras soalnya. Saya di Kemensos keras saya ngomong, coba tanya, dulu di Kemensos saya datang jam 7 pagi, setengah 7, gak ada yang datang. Sekarang saya datang setengah 7, banyak yang datang," kata Risma.
ADVERTISEMENT
Risma melanjutkan, "Saya pulang, dulu, jam 4 sore, 5 sore, sudah enggak ada orang. Sekarang penuh di kantor sampai jam 9 malam. Berubah. Karena kita tidak akan pernah selesai kalau mereka belum sejahtera. Hayo. Mana loh pertanggungjawaban kalian."
"Saya keras karena itu dititipkan Tuhan kepada kita, bukan hanya agama, kita dibayar untuk ngurusi mereka. Paham!? Saya keras lho, saya enggak mau foto dengan kalian. Paham ya anak-anakku semuanya!?" kata Risma.
Risma pun menyinggung soal kerja dengan hati untuk membantu orang miskin, dan banyak orang di sekitar masih hidup dengan tidak layak.
"Saya ngomong sama staf saya, 'Bu, ke Labuan Bajo, ibu rekreasi,' gila itu saya melihat orang miskin saja enggak tega, ngapain saya rekreasi? Saya enggak mau itu gunakan itu," kata Risma.
ADVERTISEMENT
Risma melanjutkan, "Masih banyak saudara kita yang membutuhkan perhatian kita. Kalau mereka hidupnya lebih bagus, kita berhak untuk hidup lebih bagus, tapi kalau kalau mereka belum, kita tidak berhak, termasuk saya. Paham anak-anakku semuanya? Ayolah, ayo kerja yang ikhlas."
"Saya ingat, ada anak pendamping PKH dari Yahukimo itu, itu dia untuk saya ngomong mau vidcall dengan kalian, yang terjadi dia harus jalan kaki 3 hari 2 malam jalan kaki hanya untuk dapat sinyal, dia bisa vidcall dengan saya," kata Risma.
Risma kembali mengingatkan soal banyak orang yang lebih sengsara.
"Yang kerja gini seperti saya itu urusannya dengan Tuhan, bukan masalah duniawi. Saya habis kerja keras begini saya masih pakai alat untuk penyangga ini, sakit sekali, tapi saya pastikan enggak ada mundur. Saya mau ke sini hari ini, saya pergi ke sini meskipun risikonya saya kumat lagi tapi itu saya ambil," ujar Risma.
ADVERTISEMENT
"Saya nangis waktu koma di Papua, saking sakitnya, tapi risiko saya ambil, pergi ke sini lagi. Jadi anak-anakku ayolah, apa yang mau kita cari di hidup ini. Kita besok mati, enggak ada yang bisa menunda mati," kata Risma.