Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Riwayat Pesawat Kepresidenan RI: Dari Era Sukarno hingga Jokowi
4 Agustus 2021 11:52 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Biaya pengecatan pesawat Boeing Business Jet 2 (BBJ-2) ini disebut-sebut menghabiskan dana hingga Rp 2 miliar. Biaya sebesar ini dibenarkan oleh pihak Istana, namun dibantah pengecatan merupakan bentuk foya-foya.
Kasatpres, Heru Budi Hartono, menegaskan rencana pengecatan pesawat ini sudah dilakukan sejak 2019 dan bukan baru direncanakan. Soal pandemi, pemerintah tengah mengucurkan banyak dana untuk penanganan pandemi COVID-19.
"Dapat dijelaskan, bahwa pengecatan pesawat ini telah direncanakan sejak tahun 2019, serta diharapkan dapat memberikan kebanggaan bagi bangsa dan negara," kata Heru dalam keterangannya, Selasa (3/8).
Sementara itu, staf khusus Mensesneg, Faldo Maldini, menyebut pengecatan pesawat menjadi merah ini merupakan bagian perawatan dan sudah direkomendasikan diservis tahun ini.
"Ini bukan rencana baru, sudah dimulai sejak 2019 untuk menyambut Hari Kemerdekaan ke-75. Namun, pesawat BBJ-2 itu diservis sesuai rekomendasi pabrik [yang] jatuh pada 2021," ungkap Faldo.
ADVERTISEMENT
Tenaga Ahli Utama KSP Ali Mochtar Ngabalin turut menegaskan pengecatan pesawat menjadi merah putih tidak ada kaitan apa pun dengan partai politik yang berkuasa saat ini.
Sejarah Pesawat Kepresidenan
Bicara soal pesawat kepresidenan, hampir setiap negara pasti memilikinya. Pesawat ini memiliki desain dan spesifikasi khusus untuk menunjang pelaksanaan tugas kenegaraan presiden dan wakil presiden.
Apalagi, Indonesia memiliki wilayah yang luas, sehingga membutuhkan pesawat khusus untuk menunjang perjalanan udara, baik di dalam negeri maupun internasional.
Indonesia juga memiliki sejarah panjang terkait pesawat kepresidenan sejak kepemimpinan Presiden Sukarno hingga Joko Widodo.
Berikut perjalanan pesawat kepresidenan dari masa ke masa dikutip dari berbagai sumber, Rabu (4/8).
Sukarno
Pada saat Sukarno menjadi presiden, ia beberapa kali mendapatkan hadiah pesawat dari kepala negara lain. Sebut saja pesawat Lockheed C-140 Jetstar yang diberikan Presiden Amerika Serikat John F Kennedy. Lalu ada juga pesawat Ilyushin II-18 yang diberikan Presiden Uni Soviet.
ADVERTISEMENT
Indonesia memiliki tiga jenis pesawat Lockheed C-140 pada saat itu, yang dinamakan Saptamarga, Irian, dan Pancasila. Salah satunya pernah dijadikan pesawat kepresidenan dan diparkir di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Pesawat ini diketahui dapat menampung hingga 12 penumpang.
Sementara itu, dari dua pesawat jenis Ilyushin II-18 yang diberikan Uni Soviet, salah satunya diberi nama Dolok Martimbang dan menjadi pesawat kepresidenan. Sukarno menggunakan pesawat ini untuk melakukan kunjungan ke dalam dan luar negeri.
Namun, sebelum itu, pemerintah pernah membeli pesawat DC-3 Dakota yang dibeli menggunakan 20 kg emas sumbangan masyarakat Aceh.
Pada tahun 1963, Garuda Indonesia Airways juga sempat membeli Convair 990 untuk dijadikan pesawat kepresidenan, dan mendukung perjalanan Sukarno saat kunjungan ke luar negeri.
ADVERTISEMENT
Soeharto
Saat awal kepemimpinan Soeharto, pesawat kepresidenan yang dipakai adalah C-130 Hercules milik TNI AU. Setelah itu, Soeharto sempat memakai helikopter SA-330 Puma MD-11 Garuda Indonesia.
Dalam kunjungan dalam negerinya, Soeharto juga menggunakan beberapa pesawat, seperti Boeing 737 Classic dan Airbus A300.
Sementara untuk perjalanan kunjungan ke luar negeri, Soeharto sempat menggunakan pesawat Douglas DC-8 dan Airbus A330 milik Garuda Indonesia. Pada tahun 1990-an, Garuda Indonesia mengganti DC-10 menjadi MD-11 yang dinilai memiliki mesin lebih kuat.
BJ Habibie
Selama menjabat sebagai presiden, Habibie diketahui hanya sekali memakai pesawat kepresidenan, yakni saat menghadiri KTT ASEAN di Myanmar.
Pesawat yang dipakai adalah Avro RJ-185 yang dioperasikan Pelita Air Service. Pesawat ini juga sempat digunakan oleh Soeharto.
ADVERTISEMENT
Abdurrahman Wahid
Presiden Gus Dur diketahui menggunakan tiga jenis pesawat berbeda saat menjadi presiden. Ketiga pesawat itu adalah Garuda Indonesia MD-11 dan Boeing 707 milik TNI AD. Lalu ada juga Aerospatiale AS 332-L Super Puma yang pernah digunakan Soeharto.
Megawati Soekarnoputri
Megawati diketahui masih menggunakan pesawat kepresidenan yang sama seperti Soeharto dan Gus Dur, yakni Garuda Indonesia MD-11, Boeing 707 dan Aerospatiale AS 332-L Super Puma.
Susilo Bambang Yudhoyono
SBY sebelumnya juga masih menggunakan beberapa pesawat yang pernah dipakai pendahulunya, seperti Boeing 737-800 untuk perjalanan dengan jarak pendek. Lalu ada Airbus A330-300 yang digunakan untuk kunjuungan ke luar negeri.
Pada masa SBY inilah barulah pemerintah membeli pesawat kepresidenan sendiri dengan Boeing 737-800 BBJ-2 (Boeing Business Jet 2), yang dioperasikan TNI AU dan masuk Skadron Udara 17. Pesawat yang berwarna biru putih ini biasa digunakan untuk kunjungan dalam dan luar negeri, serta dapat melayani VIP dan VVIP.
ADVERTISEMENT
Pesawat BBJ-2 dibeli pada 2010 dengan harga 91,2 juta dolar AS atau sekitar Rp 820 miliar. Namun, pesawat ini baru tiba di Indonesia pada April 2014, atau hanya 6 bulan saja SBY menggunakan BBJ-2 sebelum lengser.
Joko Widodo
Sedangkan Jokowi sejak awal memimpin masih konsisten menggunakan pesawat yang sama seperti SBY, yakni pesawat kepresidenan 737-800 BBJ-2. Jokowi juga difasilitasi Helikopter Kepresidenan.
Pada Februari 2020, sempat ramai Presiden Jokowi menyewa pesawat kepresidenan baru. Pesawat dengan tipe Boeing 777-300 ER ini disewa dari Garuda Indonesia.
Pesawat ini disewa dengan tujuan penghematan anggaran dan efisiensi waktu. Apalagi, saat itu Jokowi direncakan menghadiri KTT ASEAN di Amerika Serikat. Kasetpres Haru Budi mengungkapkan waktu tempuh dengan pesawat ini hanya 14 jam dan hanya membutuhkan satu kali transit.
"Jika menggunakan pesawat kepresidenan Indonesia-1 (BBJ-2) yang digunakan Presiden saat ini, yaitu tipe Boeing 737-800, jarak tersebut harus ditempuh dengan beberapa kali transit, sehingga perjalanan bisa mencapai dua hari," jelas Heru (28/2/2020).
ADVERTISEMENT
Namun, KTT ASEAN batal digelar akibat penyebaran COVID-19. Maka, pesawat kepresidenan yang baru itu juga batal dipakai Jokowi untuk terbang ke AS.
Dan baru-baru ini, pesawat kepresidenan menjadi sorotan karena warnanya diubah dari biru putih menjadi merah putih. Salah satu kritikan datang dari Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief.
Andi mengatakan, desain pesawat kepresidenan warna biru, merupakan karya seorang mayor di TNI AU. Namun, ia tak menyebutkan siapa desainer yang dimaksud. Selain itu, warna biru sengaja dipilih sebagai warna kamuflase sebagai upaya meningkatkan keamanan saat terbang.
"Dulu biru. Desain dan warna karya seorang mayor desainer di TNI AU. Dominasi biru langit adalah upaya peningkatan keamanan penerbangan, sebagai warna kamuflase saat terbang," tutup Andi.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT