Rocky Gerung: Saya Enggak Punya Dendam Pribadi dengan Jokowi

4 Agustus 2023 16:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
Rocky Gerung menggelar konferensi pers terkait pernyataannya Bajingan Tolol. Foto: Nadia Riso/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Rocky Gerung menggelar konferensi pers terkait pernyataannya Bajingan Tolol. Foto: Nadia Riso/kumparan
ADVERTISEMENT
Rocky Gerung buka suara setelah polemik 'Bajingan Tolol' ke Presiden Jokowi berbuntut panjang hingga pelaporan ke polisi. Meski begitu, Rocky menegaskan dia tak punya dendam apa pun ke Jokowi.
ADVERTISEMENT
Saat itu, Rocky mengomentari kebijakan IKN yang dinilainya dapat merugikan masyarakat adat di sana. Menurutnya, apa yang diucapkan adalah kritik, bukan hinaan.
"Saya paham kemarahan sebagian publik [karena] belum bisa bedakan mana kritik publik dan dendam pribadi," kata Rocky dalam konferensi pers soal kasus "Bajingan Tolol' di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (4/8).
Rocky pun meminta maaf jika pernyataannya malah menimbulkan perselisihan yang terus berlanjut tanpa arah. Namun, Rocky tetap menganggap apa yang disampaikan semata-mata kritik terhadap Jokowi.
"Ini adalah kritik saya terhadap Presiden Jokowi, yang saya ucapkan dengan tajam dan biasa saya lakukan itu di mana-mana. Saya tidak mengkritik atau menghina Jokowi sebagai individu, tidak," ujar Rocky yang didampingi wartawan senior Hersubeno Arief dan Komite Eksekutif KAMI, Gde Siriana Yusuf.
Rocky Gerung menggelar konferensi pers terkait pernyataannya Bajingan Tolol. Foto: Nadia Riso/kumparan
Rocky pun yakin Jokowi tidak mempermasalahkan itu. Apalagi, Jokowi sempat menanggapi dan menyebutnya sebagai hal remeh temeh.
ADVERTISEMENT
"Karena itu, saya kira Pak Jokowi juga mengerti. Itu yang menyebabkan dia tidak melaporkan saya. Dia mengerti bahwa itu soal jabatan publik dia," tuturnya.
Rocky juga mengaku sedih karena polemik ini membuat masyarakat adat Dayak jadi terpecah. Ia menegaskan, pernyataannya terkait IKN merupakan bentuk membela masyarakat adat untuk tidak dieksploitasi investor China.
"Sudah 5-6 kali saya ke Kalimantan diundang universitas dan masyarakat adat tentang pendapat saya IKN ini berbahaya secara diplomasi, geopolitik, dan kebudayaan. Karena pasti masyarakat adat akan tersingkir dan itu artinya hilang jejak kultural kita di situ," pungkasnya.