Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Gerilyawan Palestina diklaim menembakkan roket dari Gaza ke Israel pada Sabtu (3/12). Namun tak ada korban jiwa akibat tembakan tersebut.
ADVERTISEMENT
Serangan itu terjadi saat gelombang kekerasan mengancam wilayah Tepi Barat. Belum ada pihak yang mengeklaim serangan roket tersebut, tetapi menurut tentara Israel itu merupakan serangan roket pertama dalam satu bulan terakhir.
Meski begitu, salah satu faksi bersenjata di Gaza, Jihad Islam, sempat mengancam akan membalas setelah pasukan Israel membunuh dua pemimpinnya di kota Jenin, Tepi Barat, Kamis lalu.
Dikutip dari AFP, saksi mata mengatakan tentara Israel merespons dengan cepat membalas serangan roket itu dengan menembaki dua pos pengamatan di timur Gaza yang dioperasikan oleh Hamas.
Serangan roket itu terjadi ketika gelombang pertumpahan darah di Tepi Barat memicu kecaman internasional terhadap tentara Israel karena menggunakan kekuatan mematikan terhadap warga sipil Palestina.
ADVERTISEMENT
Kritik telah difokuskan pada pembunuhan Ammar Hadi Mufleh (22) dalam sengketa di kota Huwara, tepat di selatan Nablus, pada hari Jumat lalu.
Utusan perdamaian PBB untuk Timur Tengah, Tor Wennesland, menyoroti pembunuhan itu "selama perkelahian dengan seorang tentara Israel".
Uni Eropa mengatakan sangat prihatin dengan meningkatnya tingkat kekerasan yang telah menyebabkan 10 warga Palestina dibunuh oleh pasukan keamanan Israel dalam beberapa hari terakhir.
"Fakta yang tidak dapat diterima seperti itu harus diselidiki dan harus ada pertanggungjawaban penuh," kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Joseph Borell.
"Di bawah hukum internasional, kekuatan mematikan hanya dibenarkan dalam situasi di mana terdapat ancaman yang serius dan mengancam jiwa," sambungnya.
Menurut versi peristiwa Israel, Mufleh mencoba membuka paksa pintu mobil pasangan Israel sebelum menikam seorang polisi perbatasan.
ADVERTISEMENT
Seorang perwira polisi perbatasan senior kemudian menembak mati Mufleh, karena telah merebut senjatanya.
Pejabat kota Palestina Wajeh Odeh mengatakan kepada AFP bahwa penembakan itu terjadi setelah pertengkaran.
"Seorang tentara Israel mendorong orang Palestina itu ke lantai dan menembaknya dari jarak nol," kata Odeh.
Namun di sisi lain, Perdana Menteri Israel Yair Lapid mengatakan dia sepenuhnya mendukung keputusan petugas polisi perbatasan untuk melepaskan tembakan "untuk menyelamatkan nyawa".
"Pasukan keamanan kami akan terus bertindak tegas melawan terorisme," katanya.