Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
RPCB Syantikara Yogyakarta jadi Shelter Corona, Gratis dan Lintas Iman
31 Juli 2021 16:37 WIB
·
waktu baca 2 menitDiperbarui 10 Agustus 2021 12:52 WIB

ADVERTISEMENT
Masih tingginya angka kasus corona di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) membuat semua pihak berbondong-bondong memberikan kontribusi. Tak terkecuali Rumah Pembinaan Carolus Borromeus (RPCB) Syantikara Yogyakarta. Sebanyak 82 kamar di sana dijadikan shelter COVID-19. Total bisa menampung 164 orang.
ADVERTISEMENT
Dewan Penasehat Shelter Syantikara, Ambrosius Koesmargono mengatakan bahwa pengalihan fungsi asrama ini sebagai sikap Provinsial Kongregasi Carolus Borromerus (CB) karena masih tingginya kasus corona di DIY. Terlebih masih banyak pasien corona yang jalani isoman dengan tidak ideal.
"Secara resmi shelter dibuka tanggal 1 Agustus (besok). Tapi kita menerima sebelumnya sudah menerima isoman nakes kita. Selain juga uji coba relawan seperti apa," kata Koesmargono dijumpai di Rumah Pembinaan Carolus Borromeus (RPCB) Syantikara Yogyakarta di Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Jumat (30/7) lalu.
Dia mengatakan bahwa kamar-kamar yang ada di sini siap digunakan isolasi pasien corona yang tanpa gejala dan bergejala ringan. Siapa pun pasien corona dari agama apa pun diperbolehkan isolasi di sini dengan gratis.
"Lintas batas tidak ada ketentuan harus Kristen, harus Katolik. Kita menerima semua," katanya.
ADVERTISEMENT
Simbol gotong royong lintas iman pun terlihat dari relawan yang ada. Banyak relawan berasal dari GusDurian hingga Srikandi Lintas Iman. Total ada 90 relawan yang bergabung. Mereka terdiri dari dokter, ahli gizi, perawat, hingga petugas keamanan.
"Prinsipnya untuk pasien yang kesusahan isoman di rumah atau lingkungan sekitar rumah memang tidak memungkinkan. Sehingga lebih baik di shelter saja," katanya.
Meski hanya untuk pasien corona tanpa gejala dan bergejala ringan, tetapi setiap harinya akan ada dokter yang mengunjungi shelter. Mereka akan memantau kesehatan pasien secara berkala.
"Selain dokter ada juga psikolog. Kita terintegrasi dengan rumah sakit yayasan seperti Panti Rapih, Panti Rini, Panti Nugroho juga ada Stike," katanya.
Ketua Gugus Tugas Covid-19 Shelter Syantikara dr Agus Wijanarko mengatakan bahwa shelter ini terkoordinasi dengan Kecamatan Depok.
ADVERTISEMENT
Artinya untuk warga yang hendak menggunakan fasilitas ini harus melapor ke Puskesmas di Kecamatan Depok dahulu. Baik itu Puskesmas Depok 1, Puskesmas Depok 2, maupun Puskesmas Depok 3. Selain juga bisa dari rumah sakit jejaring Yayasan Panti Rapih.
"Prioritas kita memang pasien yang rumahnya kecil keterbatasan makan, dan keterbatasan ekonomi. Jadi memang tidak dipungut biaya," ujarnya.
"Apabila saat isolasi mengalami gejala (memburuk) maka akan dibawa ke rumah sakit rujukan COVID-19," ujarnya.