RS di Sorong Minim Tempat Tidur, Pasien Terpaksa Diinfus Sambil Duduk

18 Mei 2023 11:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi RS Sele Be Solu di Sorong minim tempat tidur, pasien diinfus sambil duduk.  Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi RS Sele Be Solu di Sorong minim tempat tidur, pasien diinfus sambil duduk. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Rumah Sakit Sele Be Solu merupakan satu-satunya rumah sakit umum daerah (RSUD) terbesar di Kota Sorong, Papua Barat Daya.
ADVERTISEMENT
Mirisnya, meskipun merupakan rumah sakit terbesar di Kota Sorong, fasilitas di sana masih minim, seperti tempat tidur, ruang rawat inap dan juga dokter umum.
Seperti yang terlihat di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Sele Be Solu, beberapa pasien terpaksa hanya duduk di kursi dengan selang infus terpasang, lantaran 10 tempat tidur yang ada di IGD semuanya sudah penuh terisi. Puluhan pasien juga masih dirawat di IGD, karena ruangan rawat inap yang ada di rumah sakit penuh.
Menindaklanjuti persoalan yang ada di RS Sele Be Solu Sorong, Komisi I DPRD Kota Sorong serta Kepala Dinas Kesehatan Kota Sorong langsung melakukan kunjungan kerja ke sana, Rabu (17/5).
Kondisi RS Sele Be Solu di Sorong minim tempat tidur, pasien diinfus sambil duduk. Foto: Dok. Istimewa
Ketua Komisi I DPRD Kota Sorong H Muhammad Taslim mengatakan, tujuan kunjungannya ke RS Sele Be Solu terkait pengaduan masyarakat bahwa ada pasien gawat darurat yang tidak dilayani dengan baik oleh oknum dokter.
ADVERTISEMENT
"Kami ke sini juga untuk menanyakan langsung mengenai antrean online untuk pasien rawat jalan, yang pelayanannya dinilai masyarakat sangat lama sekali. Dan juga mengenai minimnya fasilitas tempat tidur di UGD dan ketersediaan dokter," kata Taslim.
Menurut Taslim, Penjabat Wali Kota Sorong dan juga Penjabat Gubernur Papua Barat Daya harus bisa mengambil langkah cepat untuk mengatasi hal ini.
Taslim menyebut, berdasarkan informasi dari direktur rumah sakit, masyarakat yang datang berobat cukup padat yaitu 200 sampai 250 orang per hari. Tetapi fasilitas tempat tidur dan juga ketersediaan dokter masih minim.
"Kami akan terus koordinasi baik dengan Pj Wali Kota Sorong maupun Pj Gubernur Papua Barat Daya untuk mengambil langkah cepat mengatasi masalah ini," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, soal kondisi IGD RS Sele Be Solu dengan keterbatasan tempat tidur juga jadi sorotan. Katanya, sesuai Undang-undang fasilitas kesehatan maupun dokter itu tidak bisa menolak pasien. Kalau pasien ditolak, maka pihak rumah sakit bisa dapat pidana.
Penjelasan pihak RS
Sementara itu, Direktur RS Sele Be Solu drg Susi P. Djitmau mengakui, fasilitas tempat tidur di IGD saat ini memang hanya ada 10. Sementara jumlah pasien rawat inap yang datang berobat, sekitar 200 sampai 250 orang per hari.
"Saat ini di IGD kurang lebih ada 10 tempat tidur. Dalam peraturan, jarak antara tempat tidur harus diatur dalam sebuah gedung. Tapi gedung IGD saat ini cukup dengan jumlah 10 tempat tidur," bebernya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, rumah sakit merupakan faskes tingkat lanjut atau rujukan. Harusnya di IGD dengan jumlah tempat tidur 10 unit, rata-rata kebutuhan dokter umum 9 orang. Tapi di sini dokter IGD hanya ada 3 orang.
"Upaya kami untuk menambah enam orang dokter umum untuk melayani di IGD, yaitu kami menggunakan dana BLUD untuk sewa dokter mitra," jelasnya.
Kondisi RS Sele Be Solu di Sorong minim tempat tidur, pasien diinfus sambil duduk. Foto: Dok. Istimewa
Mengingat kondisi IGD yang hanya bisa menampung 10 tempat tidur, kata Susi, seharusnya pihaknya menolak pasien saat tempat tidur penuh.
"Tetapi karena alasan kemanusiaan, kalau pasien itu masih bisa duduk kami akan upayakan pasang infus di tempat duduk. Tapi kalau kondisi pasien tidak bisa duduk, terpaksa kami harus rujuk. Kami bersyukur karena hari ini dari Komisi I meninjau ke sini, begini lah keadaan kami di RS Sele Be Solu," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Kemudian mengenai masalah antrean online, saat ini management rumah sakit sedang berproses. Kata Susi, Kemenkes sudah memberikan sistem informasi rumah sakit versi 2 dan pihaknya sedang memindahkan data dari sistem informasi versi 1 ke versi 2.
"Target kami bulan Mei sudah ada pengadaan komputer, lalu kami lanjut untuk implementasinya. Mengenai masalah insentif dokter, kami sudah membahas hal tersebut dengan pemilik rumah sakit. Mudah-mudahan bisa segera diproses," pungkasnya.