RS Penuh, Gerindra Minta Fasilitas di Kompleks GBK Jadi RS Darurat COVID-19

29 Juni 2021 11:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga yang menggunakan masker melintasi mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus Corona di kawasan Tebet, Jakarta. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga yang menggunakan masker melintasi mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus Corona di kawasan Tebet, Jakarta. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
ADVERTISEMENT
Jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia terus meningkat signifikan. Beberapa rumah sakit di sejumlah daerah telah melebihi kapasitas perawatan akibat banyaknya pasien positif yang dirawat.
ADVERTISEMENT
Kondisi itu menyebabkan pasien lain harus menunggu antrean untuk bisa dirawat karena tidak ada ketersediaan tempat tidur dan ruangan. Persoalan ini tentu tidak hanya berkaitan dengan pasien positif COVID-19, tapi juga pasien lain yang memiliki penyakit selain COVID-19.
"Bupati, wali kota, dan gubernur bersama dengan pemerintah pusat diminta untuk segera membuka RS darurat dengan memanfaatkan gedung-gedung milik pemerintah daerah seperti pusat pendidikan dan latihan (diklat), stadion olahraga atau GOR, termasuk pusdiklat yang dimiliki oleh sejumlah BUMN. Maka koordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan Kementerian BUMN menjadi perlu," kata Sekjen Gerindra Ahmad Muzani dalam keterangannya, Selasa (29/6).
Menurut Muzani, pembukaan RS darurat menjadi penting mengingat peningkatan jumlah kasus positif COVID-19 terus meningkat signifikan di banyak daerah. Dia juga meminta agar fasilitas yang ada di kompleks GBK digunakan untuk membuka RS darurat COVID-19.
ADVERTISEMENT
Karena saat ini Jakarta merupakan zona merah yang laju peningkatan kasusnya terbesar di Indonesia.
"Kami menyarankan agar beberapa fasilitas gedung di kompleks GBK Senayan digunakan untuk RS darurat tersebut. Seperti di Tennis Indoor dan sarana lainnya. Karena RS di area Jabodetabek mayoritas telah melebihi kapasitas yang menyebabkan antrean panjang pasien," jelasnya.
Suasana olahraga Minggu pagi di kawasan GBK. Foto: Dok. Yuda Gunawan
"Selain itu beberapa asrama haji juga dapat difungsikan sebagai RS darurat, apalagi tahun ini ibadah haji ditiadakan," lanjutnya.
Muzani melanjutkan, saat ini fasilitas kesehatan yang ada di Wisma Atlet telah melebihi kapasitas. Sehingga pasien COVID-19 pun harus menunggu antrean.
"Khusus di Jakarta, untuk kondisi seperti sekarang ini kita tidak mungkin bergantung pada Wisma Atlet yang sudah hampir melebihi kapasitas, yang menyebabkan pasien positif lainnya harus mengantre. Dan pembukaan RS darurat juga perlu dilakukan di daerah-daerah zona merah COVID-19 khususnya di Pulau Jawa," papar Wakil Ketua MPR itu.
ADVERTISEMENT
Dalam situasi seperti ini, kata Muzani, yang diperlukan adalah kerja sama yang maksimal antara semua pihak, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan seluruh komponen bangsa.
Pemerintah juga diharapkan membuka kembali peluang bagi pihak-pihak yang ingin menjadi relawan dalam rangka penanganan COVID-19 di Indonesia. Karena saat ini seluruh tenaga kesehatan dan para dokter yang menangani pasien COVID-19 sangat kelelahan akibat terus meningkatnya jumlah kasus positif.
"Mengingat para nakes kita seperti dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya sangat kelelahan karena pasien positif terus bertambah dan berdatangan ke setiap rumah sakit," ujar Muzani.
Muzani juga meminta pemerintah untuk terus melakukan kontrol di lapangan agar protokol kesehatan bisa diterapkan dengan baik. Masyarakat juga diminta untuk tidak berkerumun, menjaga jarak, dan selalu menggunakan masker.
ADVERTISEMENT
"Jangan saling menyalahkan karena beban dan persoalannya begitu berat. Ini adalah masalah kita bersama. Kami percaya bahwa solidaritas dan kebersamaan kita akan mampu menghadapi badai ini," tutupnya.