RSCM: Mereka yang Bermain Judol Kebanyakan Tulang Punggung Keluarga

15 November 2024 14:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala divisi psikiatri RSCM sekaligus psikiater dan peneliti Dr. Kritiana Siste usai menengok pasien korban judi online di RSCM, Jakarta  pada Jumat (15/11/2024). Foto: Abid Raihan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala divisi psikiatri RSCM sekaligus psikiater dan peneliti Dr. Kritiana Siste usai menengok pasien korban judi online di RSCM, Jakarta pada Jumat (15/11/2024). Foto: Abid Raihan/kumparan
ADVERTISEMENT
Kepala Departemen Psikiatri RSCM Dr. Kristiana Siste menyebut para korban judi online yang dirawat di rumah sakitnya banyak yang jadi tulang punggung keluarga.
ADVERTISEMENT
“Kebanyakan itu bukan pengangguran, saya bisa mengatakan demikian. Justru kebanyakan mereka bekerja dalam tulang punggung keluarga,” jelasnya di RSCM, Jakarta pada Jumat (15/11).
Usianya pun beragam, namun mayoritas di usia produktif dari 18-35 tahun. Ada juga yang berusia anak, paling muda umur 14 tahun.
“Usia produktif, jadi sekitar 18 sampai 35 tahun yang datang. Anak-anak ada sekitar remaja ya, 14 tahun, 17 tahun, 18 tahun itu ada, tapi kebanyakan 18 sampai 35 tahun yang datang,” terangnya.
Mereka datang dari berbagai daerah. Para korban yang dirawat datang dari Kalimantan, Sumatera, Jawa Tengah, hingga Sulawesi. Mayoritas yang dirawat RSCM datang dari Jabodetabek.
“Jadi, yang datang kemari itu kebanyakan adalah memang dari Jabodetabek, tapi ada rujukan juga dari luar kota, misalnya dari Kalimantan, Sumatera, kemudian juga dari Jawa Tengah itu ada yang datang kemari juga,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
“Ada juga dari Sulawesi juga datang kemari, untuk dirujuk oleh dokter umum di sana atau oleh teman psikiater juga di sana,” lanjutnya.
Menurut Siste, ada 146 pasien rawat jalan di RSCM dari Januari-Oktober 2024 karena kecanduan judol. Selain itu ada 46 pasien rawat inap.
“Jadi berobat jalan ya, 126 pasien. Tapi untuk yang dirawat inap dari Januari sampai Oktober 2024, itu ada sekitar 46,” jelasnya.
“Jadi untuk rawat jalan sendiri ada peningkatan 2 kali lipat dibandingkan 2023, dan rawat inap itu ada peningkatan 3 kali lipat dibandingkan dengan 2023,” sambungnya.
Kata Siste, mereka yang dirawat jalan karena sudah kambuh beberapa kali. Mereka harus dijauhkan dari handphone dan ATM-nya.
“Karena kita tahu website-nya kan tidak bisa di-uninstall ya, nah itu (judol) tidak bisa tanpa handphone sama sekali, tidak bisa tanpa ATM, tidak bisa tanpa M-banking, maka itu harus dirawat inap, walaupun misalnya kekambuhannya baru 1 kali,” ucapnya.
ADVERTISEMENT